Bencana Gempabumi Strategi mitigasi tsunami berbasis ekosistem mangrove dalam aplikasi pemanfaatan ruang pantai timur Pulau Weh

20 temperatur 6.000-10.000 o C. Reaksi kimia-fisika dalam bentuk cairan menimbulkan proses arus konveksi. Pergerakan antar lempeng terjadi karena arus konveksi di dalam bumi. Gerak antar lempeng dapat terjadi dalam bentuk tumbukantabrakan dan pemisahan. Pemisahan biasanya terjadi pada retakan kulitbumi di dasar laut, lempeng dasar samudera tumbuh dan bergerak saling menjauh karena desakan carian magma yang keluar dari dalam bumi. Bilamana lempeng-lempeng bertabrakanbertumbukan secara frontal, lempeng Samudera biasanya menujammenyusup di bawah lempeng Benua. Proses ini disebut proses subduksi. Salah satu ciri utama dari daerah wilayahzona benturan antar lempeng adalah tingkat kegempaan yang tinggi. Dengan demikian gempabumi adalah serangkaian proses pembentukan dan penyimpanan energi yang terjadi akibat benturan antar lempeng. Pada dasarnya energi yang tersimpan dalam lempeng- lempeng kulit bumi ini akan terlepas bila telah melampui batas plasitas tegangan Suparka 1994. Tumbukan antar Lempeng Samudera yang menujam di bawah Lempeng Benua, pada saat bersamaan Lempeng Benua akan tertarik turun dan terjadi akumulasi tegangan. Tegangan akan mencapai batasnya dari Lempeng Benua sehingga terjadi patahan dan melenting ke atas menyebabkan gempabumi Gambar 5. Permukaan air laut bergerak naik dan turun. Perubahan permukaan air laut ini mengikuti perubahan deformasi vertikal di dasar laut sehingga membangkitkan gelombang. Gempabumi dapat menimbulkan tsunami jika 1. Gempa di laut dengan kekuatan 6.5 SR atau 6 MW, 2. Kedalaman puncak gempa 60 km ,3. Terjadi deformasi vertikal dasar laut yang cukup besar dan 4. Biasanya terjadi di zona subduksitumbukan lempeng tektonik Kato et al. 2010; Iida 1963 Gambar 6.

2.5 Pengertian Tsunami

Secara harfiah tsunami berasal dari Bahasa Jepang. Tsu berarti pelabuhan dan nami adalah gelombang. Secara umum tsunami diartikan sebagai gelombang laut yang berasal dari pelabuhan Levin dan Nosov 2009. Istilah tsunami dikenal luas oleh masyarakat dunia setelah adanya kejadian gempa besar 15 Juni 1896, yang menimbulkan tsunami besar melanda kota Pelabuhan Sanriku Jepang. 22 Tsunami sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan gangguan implusif yang terjadi pada medium laut. Gangguan implusif bisa berupa gempabumi tektonik di laut, erupsi vulkanik meletusnya gunung api di laut, longsoran land slide di laut atau jatuhnya meteor di laut. Akibat dari gangguan impulsive menyebabakan terjadinya gelombang laut yang datang tiba-tiba, sebagai akibat terganggunya kestabilan air laut, yang menghempas pantai dan menimbulkan bencana Bien 2005.

2.5.1 Karakter Tsunami

Tsunami yang ditimbulkan oleh gaya implusif bersifat transien, artinya tsunami semakin melemah dengan bertambahnya waktu dan hanya berlangsung sesaat Kajiura dan Shuto 1994. Gelombang tsunami berbeda dengan gelombang pasang surut yang dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi dan gelombang angin yang digerakkan oleh tiupan angin di permukaan laut. Meijde 2005 dan UNESCO-IOC 2006 menjelaskan bahwa ada perbedaan yang jelas antara tsunami dengan gelombang laut akibat angin seperti terlihat pada Gambar 7. Tsunami yang memiliki ketinggian satu meter di laut dalam kedalaman air 30 m dapat meninggi hingga puluhan meter pada garis pantai dan merupakan gelombang panjang. Berbeda dengan gelombang laut yang terjadi karena terpaan angin yang hanya mengganggu kestabilan permukaan laut, maka energi tsunami meluas sampai ke dalam lautan kolom air. Saat mendekati pantai, energi tsunami terkonsentrasi pada arah vertikal karena berkurangnya kedalaman air dan berubah arah menjadi horizontal ketika memendeknya panjang gelombang yang diakibatkan perlambatan gerak gelombang UNESCO-IOC 2006. CDIT 2007 menjelaskan bahwa perlambatan gerak gelombang ini disebut sebagai attenuasi jarak akibat penyebaran tsunami ke segala arah. Tsunami memiliki karakteristik dalam hal panjang gelombang, jarak antar puncak gelombang, periode, dan tinggi gelombang yang membedakannya dengan jenis gelombang lain Synolakis 2003. UNESCO-IOC 2006 menerangkan bahwa, kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman perairan, yang mengakibatkan terjadinya percepatan atau perlambatan sesuai dengan bertambah atau berkurangnya kedalaman dasar laut.