Metode Pengambilan Contoh Biofisik

Quantized dan juga mengaktifkan default linear transform. Koreksi yang dilakukan menggunakan persamaan 13: y koreksi = y - y maksimal …………………………………………………………………13 dimana y koreksi = Nilai spektral yang telah dikoreksi y = Nilai spektral masing-masing piksel y maksimal = Nilai maksimal spektral masing-masing piksel Dapat diilustrasikan: Kanal 1: y = 79, y maksimal = 255 Kanal 2: y = 43, y maksimal = 255 Kanal 3: y = 24, y maksimal = 255 Kanal 4: y = 0, y maksimal = 255 Tahap berikutnya dilakukan koreksi geometri citra ALOS AVNIR-2, sebagai dasar acuan menggunakan citra Quickbird multispektral 2006 yang sudah terkoreksi. Setelah didapatkan citra ALOS AVNIR-2 terkoreksi. Selanjutnya dilakukan interpretasi visual tutupan lahan dari citra ALOS AVNIR-2 multispektral, diolah menggunakan perangkat lunak Er Mapper 6.4 Lampiran 4 pengoperasian Er Mapper. Kedua citra tersebut diolah sebelum ke lapangan. Tujuan dari pengolahan untuk memberikan informasi jenis penggunaan lahan apa saja yang dimanfaatkan penduduk dan wilayah mana saja yang rusak akibat tsunami. Hasil analisis citra Quickbird multispektral 2006 dan citra ALOS AVNIR-2 2008 dilakukan verifikasi lapangan. Setelah itu dilakukan interpretasi ulang hasil dari data lapangan sehingga dapat memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan lapangan sesungguhnya. Analisis kerusakan ekosistem selain menggunakan data citra hasil verifikasi juga dibantu dengan analisis biofisik hasil pengukuran lapangan, sehingga dapat memberikan informasi kerusakan ekosistem yang terukur. Proses analisis kerusakan ekosistem diilustrasikan pada Gambar 20.

3.4.3 Pemodelan Analisis Genangan Tsunami

Model genangan akibat tsunami yang dianalisis dari gelombang datang run up dengan ketinggian 30 m. Penggunaan tinggi gelombang 30 m mengacu pada Tabel 5 Hubungan antara magnitude tsunami m ketinggian tsunami meter, dan skala kerugian dari Imamura dan Iida, 1949. Tinggi gelombang tersebut sangat dahsyat dengan tingkat kerusakan yang nyata di garis pantai lebih dari 500 km, sehingga digunakan untuk model genangan. Pemodelan genangan tsunami Gambar 21 dianalisa menggunakan beberapa data penunjang seperti data kontur dari Peta RBI lembar 0421-54 53 Sabang, citra Quickbird multispektral 2006, data citra ALOS AVNIR-2 dan data tabular perhitungan koefisien kekasaran permukaan. Gelombang tsunami dengan tinggi gelombang 30 m mengakibatkan terjadi penggenangan penggunaan lahan di wilayah pesisir. Wilayah yang tergenang di pesisir timur Pulau Weh memiliki tinggi kontur yang berbeda-beda, untuk mengetahui wilayah genangan maka perlu dibuat peta kontur. Peta kontur diperoleh dari hasil digitasi Peta RBI lembar 0421-54 53 Sabang. Tahap berikutnya Peta Kontur diolah untuk mendapatkan Peta Kemiringan Lereng. Proses pembuatan Peta Kemiringan Lereng dari data DEM yang dibuat dari data kontur, kemudian dihitung dengan prinsip pitagoras. Setelah diperoleh peta tersebut, dilanjutkan dengan perhitungan H loss menggunakan Peta Kemiringan Lereng dan Peta Penggunaan Lahan. Peta Penggunaan Lahan diperoleh dari citra ALOS AVNIR-2 dikonversi menjadi Peta Koefisien Kekasaran Permukaan menggunakan Tabel 13. Tabel 13. Nilai kekasaran permukaan untuk pemodelan tsunami Jenis Penggunaan Lahan Kekasaran Permukaan Hutan 0,070 Vegetasi mangrove 0,025 Kebun 0,035 Lahan Terbangun 0,045 Lahan Terbuka 0,015 Sumber: Putra 2008 Gambar 20. Skema proses analisis kerusakan ekosistem Gambar 21. Skema proses pemodelan genangan.