Analisis Biofisik Metode Analisis Data

Hasil dari proses model builder akan menghasilkan Peta Genangan Gelombang Datang 30 M. Wilayah yang tergenang kemudian dianalisis tingkat kerentanannya sehingga dilakukan proses analisis tingkat kerentanan.

3.4.4 Analisis Tingkat Kerentanan

Proses ini bertujuan untuk mengetahui wilayah pesisir mana saja yang rentan terhadap tsunami, data yang diperlukan adalah Peta Kontur, Peta Genangan Gelombang Datang 30 M, Peta Bentuklahan. Peta Bentuklahan diperoleh dari deliniasi citra Quickbird multispektral 2006. Langkah pengerjaan analisis tingkat kerentanan ditampilkan dalam Gambar 22 dan proses pengoperasian dengan ARCGIS 9.3 tertera di Lampiran 4. Peta Kontur, Peta Genangan Gelombang Datang 30 M dan Peta Bentuklahan dilakukan proses pembobotan dengan tingkat pembobot yang berbeda-beda. Pemilihan nilai-nilai bobot bersifat subjektif, didasarkan pada pemahaman dan pengetahuan para ahli pada tingkat relatif pentingnya suatu indikator dalam menentukan tingkat kerentanan. Nilai bobot untuk Peta Kontur bobot 50, Peta Genangan Gelombang Datang 30 M bobot 30, Peta Bentuklahan bobot 20. Peta Kontur diberi bobot 50 lebih tinggi dari bobot jarak genangan dan bentuklahan dikarenakan jika terjadi tsunami dengan tinggi gelombang 30 m maka kontur 0-25 sangat rentan terkena imbas dari tsunami. Kontur 0-25 merupakan wilayah yang landai sehingga dengan mudah tergenang. Atas dasar tersebut jika suatu wilayah pesisir sangat rentan terkena tsunami maka bobotnya lebih tinggi dari jarak genangan dan bentuklahan. Peta Genangan Gelombang Datang 30 M dengan bobot 30 menerangkan jarak genangan antara 0-175 m berada pada kontur 0-25 sangat rentan terkena tsunami. Peta Bentuklahan dengan bobot 20 menginformasikan bentuklahan yang berada pada daerah tidal flatdaerah pasang surut mangrove cukup rentan terkena tsunami. Setiap peta tematik diberi skor berdasarkan indeks peta dan hasilnya diperoleh nilai atau matriks atribut yang merupakan hasil perkalian antara bobot dengan skor kelas. kemudian akan dibagi menjadi 4 kelas yaitu: 1. Sangat Rentan, 2. Cukup Rentan, 3. Rentan dan Aman. Uraian bobot tiap peta diperjelas dalam Tabel 14-16 dibawah ini: Gambar 22. Skema analisis tingkat kerentanan. Tabel 14 Kelas kontur dengan bobot 50 Kelas Kontur Skor Indeks Kontur Keterangan Kelas Kontur T 25 4 200 Sangat Rentan 25T 50 3 150 Cukup Rentan 50T75 2 100 Rentan T75 1 50 Aman Ket T = Kontur Tabel 15. Kelas jarak genangan dengan bobot 30 Kelas Jarak Genangan m Skor Indeks Genangan Keterangan Kelas Genangan J175 4 120 Sangat Rentan 175J 351 3 90 Cukup Rentan 351J 527 2 60 Rentan J527 1 30 Aman Ket J = Jarak Genangan Tabel 16. Kelas bentuklahan dengan bobot 20 Kelas Bentuklahan Skor Indeks Bentuklahan Keterangan Kelas Bentuklahan Pasang Surut Mangrove 3 60 Cukup Rentan Gisik Muda 3 60 Cukup Rentan Gisik Tua 2 20 Rentan Lereng Vulkanik 1 20 Aman Pegunungan Vulkanik 1 20 Aman Setelah dilakukan pembobotan dari masing-masing peta kemudian dilakukan tumpang susun overlay untuk mendapatkan tingkat kerentanan. Proses pengerjaan terlebih dahulu pada parameter yang berbobot paling tinggi kemudian hasilnya dioverlay kembali dengan parameter yang berbobot lebih rendah dan seterusnya. Dalam proses tumpang susun overlay menggunakan persamaan 14. ……………………………………………….…14 dimana : IK = Indeks Kerentanan T = Kontur J = Jarak genangan dari garis pantai L = Bentuklahan w1 = Bobot untuk kontur w2 = Bobot untuk jarak genangan dari garis pantai w3 = Bobot untuk bentuklahan s1 = Skor untuk kontur s2 = Skor untuk jarak genangan s3 = Skor untuk bentuklahan Proses overlay antara ke tiga peta Peta Kontur, Peta Genangan Gelombang Datang 30 M dan Peta Bentuklahan menghasilkan Peta Tingkat Kerentanan. Nilai yang tertinggi 380 dan nilai terendah 180 oleh penulisan nilai hasil overlay dari ketiga peta diistilahkan Total_Skor. Dari nilai penjumlahan ke tiga peta tersebut dibagi menjadi 4 kelas sehingga rentang nilai tertinggi-nilai terendah dibagi 4 kelas 380-1804 = 50. Adapun pembagian kelas Tingkat Kerentanan terdapat pada Tabel 17. Tabel 17. Kelas tingkat kerentanan Kisaran Nilai Total_Skor Tingkat Kerentanan Kelas Tingkat Kerentanan TK 230 1 Aman 230TK280 2 Cukup Rentan 280TK 330 3 Rentan TK 330 4 Sangat Rentan Ket TK = Tingkat Kerentanan Setelah diperoleh hasil analisis tingkat kerentanan maka diolah untuk dibuat dalam bentuk spasial sehingga menghasilkan Peta Tingkat Kerentanan. Langkah berikutnya melakukan proses pengelolaan pesisir berbasis mitigasi.

3.4.5 Pengelolaan Pesisir Berbasis Mitigasi

Setelah dihasilkan Peta Tingkat Kerentanan maka dapat diketahui wilayah pesisir yang rentan bahaya tsunami, oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan pesisir berbasis mitigasi. Model pengelolaan pesisir berbasis mitigasi dengan cara peningkatan kerapatan ekosistem mangrove dan penambahan areal habitat ekosistem mangrove. Uraian proses pengelolaan pesisir tertera pada Gambar 23. Peneliti tsunami Kenji Harada dan Fumihiko Imamura dari Universitas Tohoku 2002 menerangkan vegetasi pantai dengan tebal 200 m, kerapatan 30 pohon per 100 m 2 , dan diameter pohon 15 cm dapat meredam 50 persen energi tsunami dengan tinggi gelombang datang run up 3 m. Uraian tersebut diaplikasikan ke wilayah penelitian, dengan menggunakan kerapatan dan