Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas

VIF 10 dan tolerence 0.1. Dari hasil pengujian model regresi diperoleh hasil untuk masing-masing variabel sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas Sesudah Stock Split Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant -2.622 .556 -4.718 .000 Ln_Harga -.276 .050 -.596 -5.541 .000 .953 1.049 Ln_Volume -.010 .027 -.040 -.373 .711 .949 1.053 Ln_Return -.074 .055 -.143 -1.356 .181 .994 1.006 a. Dependent Variable: Ln_Spread Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Data Diolah Berdasarkan pada Tabel 4.9, dapat dilihat bahwa tidak terdapat variabel yang memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance yang lebih besar dari 0.1. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa model regresi pada masa sesudah stock split dalam penelitian ini terbebas dari multikolinearitas.

4.2.2.2.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi pada masa sesudah stock split bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson D-W. Suatu model regresi linear dikatakan terbebas dari autokorelasi Universitas Sumatera Utara apabila dudw4-du. Berikut disajikan tabel yang menyajikan hasil uji Durbin Watson pada masa sesudah stock split. Tabel 4.10 Hasil Uji Durbin Watson Pada Masa Sesudah Stock Split Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .628 a .394 .361 .32575 1.977 a. Predictors: Constant, Ln_Return, Ln_Harga, Ln_Volume b. Dependent Variable: Ln_Spread Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Data Diolah Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai DW adalah 1.977. Sementara nilai dl batas atas = 1.7055 dan du batas bawah = 1.7809 dan 4-du = 2,2191. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini.

4.2.2.2.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas pada masa sesudah stock split bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketiksamaan varians dari satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu uji grafik dan uji glejser. Berikut akan disajikan hasil grafik scatterplot pada masa sesudah stock split. Universitas Sumatera Utara Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Data Diolah Gambar 4.7 Hasil Uji Grafik Scatterplot Sesudah Stock Split Uji grafik scatterplot pada masa sesudah stock split menunjukkan tidak adanya pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 nol pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model. Sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi bid ask spread Y pada masa sesudah stock split berdasarkan variebel bebas yaitu harga saham X1, volume perdagangan saham X2 dan return saham X3 sesudah stock split. Sementara itu, uji heteroskedastisitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan uji glejser, yang dilakukan dengan cara meregres seluruh variabel independen dengan nilai absolute residual absut sebagai variabel dependennya. Model regresi yang bebas dari heteroskedastisitas adalah model dengan nilai Universitas Sumatera Utara signifikan 0.05. Berikut adalah hasil uji glejser pada model regresi data pada masa sesudah stock split. Tabel 4.11 Hasil Uji Glejser Sesudah Stock Split Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .430 .347 1.237 .221 Ln_Harga .063 .031 .262 2.024 .051 Ln_Volume -.029 .017 -.217 -1.670 .101 Ln_Return .048 .034 .176 1.388 .171 a. Dependent Variable: Absut Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Data Diolah Pada Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa nilai signifikan semua variabel independen lebih besar dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini terbebas dari heteroskedastisitas, sehingga layak dipakai untuk melihat pengaruh variabel independen pada masa sesudah stock split terhadap variabel dependen pada masa sesudah stock split.

4.2.3. Pengujian Hipotesis

4.2.3.1.Uji Determinasi R 2 Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah 0 - 1. Semakin besar nilai koefisien determinasi Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 156 121

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 15 121

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

5 22 132

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 14

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BID ASK SPREAD PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT (Studi kasus pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode tahun 2011-2013)

0 0 14