Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bid Ask Spread Pada Masa Sebelum Dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BID ASK SPREAD PADA MASA SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT

DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2013

OLEH

QUITSYAH AGNES PAKPAHAN 100502194

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Bid Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Program Studi Strata 1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam sikripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2014 Yang Membuat Pernyataan,

Quitsyah A. Pakpahan NIM : 100502194


(3)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BID ASK SPREAD PADA MASA SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT

DI BURSA EFEK INDONESIA

Bid Ask spread adalah selisih harga jual dan harga beli saham di pasar modal. Bid-ask spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual sahamnya dan mendapatkan keuntungan dari spread antara harga jual dan harga beli. Hal ini mengindikasikan bahwa likuiditas saham yang tercermin dari harga saham, volume perdagangan dan return saham akan mempengaruhi bid ask spread suatu saham. Bid ask spread akan semakin besar apabila risiko yang dimiliki oleh suatu saham semakin besar, misalnya saham yang kurang likuid pasti memiliki risiko yang lebih tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: (1) pengaruh dari variabel-variabel harga saham, volume perdagangan, return saham terhadap bid ask spread secara simultan ataupun parsial, baik pada masa sebelum dan sesudah stock split, (2) perbedaan antara harga saham pada masa sebelum dan sesudah stock split, (3) perbedaan antara volume perdagangan saham pada masa sebelum dan sesudah stock split, (4) perbedaan antara return saham pada masa sebelum dan sesudah stock split, dan (5) perbedaan antara bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah stock split.

Penelitian dilakukan pada 32 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik populasi sasaran, yaitu pada perusahaan terdaftar yang melakukan pemecahan saham naik selama periode 2008-2013. Penelitian menggunakan data harian saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode enam hari sebelum dan sesudah stock split. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dan Paired Sample T-test.

Hasil penelitian menyimpulkan : (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara harga saham, volume perdagangan dan return terhadap bid ask spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split. Harga saham secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split. Volume perdagangan saham mempengaruhi bid ask spread dengan arah berlawanan atau negatif dan tidak signifikan baik pada masa sebelum dan sesudah stock split. Sementara itu, return saham sebelum stock split berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid ask spread sebelum stock split. Namun, pada masa sesudah stock split, return saham sesudah stock split

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap bid ask spread sesudah stock split, (2) terdapat perbedaan harga saham, volume perdagangan dan bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah stock split, (3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara return saham pada masa sebelum dan sesudah stock split,

Kata Kunci : stock split, harga saham, volume perdagangan, return saham, bid ak spread


(4)

ABTRACT

ANALYZE OF FACTORS THAT INFLUENCES BID ASK ASK SPREAD BEFORE AND AFTER STOCK SPLIT ON INDONESIAN STOCK

EXCHANGE

Bid Ask Spread is the difference of ask-price and bid-price of shares on the capital market. Bid ask spread is a factor that can influence the investor decision whether hold or sell their shares and make profit from spread of ask price and bid price. This is indicates that the stock liquidity as reflected in the stock price, trading volume, stock return will affect bid ask spread. Bid ask spread will increase if the risk of stock is increase, such as the less liquidity of stock, the higher risk.

The aim of this research are: (1) to discover the simultaneous and partial relationship between variables, stock price, trading volume, stock return toward bid ask spread, while before and after stock split, (2) to discover the difference of stock price while before and after stock split, (3) to discover the difference of trading volume while before and after stock split, (4) to discover the difference of stock return while before and after stock split, (5) to discover difference of bid ask spread while before and after stock split.

There are 32 samples of companies that have registered on Indonesian Stock Exchange. Sample was taken by using some criteria such as the company was on stock split up and traded on 2008-2013. This research used daily data report from Indonesian Stock Exchange for six days while before and after stock split. The analysis method used multiple regression analysis and paired sample t test.

The result showed that: (1)There is positive and significant influence between stock price, trading volume and stock return to bid ask spread, while before and after stock split. Stock price has a negative and significant influence to bid ask spread while before and after stock split. Trading volume has negative influence but not significant to bid ask spread while before and after stock split. Stock return has positive and significant influence to bid ask spread while before stock split. After stock split, stock return has negative influence but not significant to bid ask spread after stock split. (2) There is a significant difference of stock price, trading volume and bid ask spread while before and after stock split. (3) There is no significant difference of stock return while before and after stock split.

Keywords: stock split, stock price, trading volume, stock return, bid ask spread


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukurkepada Yesus Kristus yang senantiasa menyertai dengan kasih setia yang melimpah dan yang telah memberikan kekuatan, pertolongan, karunia dan berkat-Nya selama menjalani kehidupan terkhusus dalam perkuliahan dan penulisan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini yang berjudul “ Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bid Ask Spread Pada Masa Sebelum Dan Sesudah Stock Split di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulis kepada orangtua tercinta (E. Pakpahan dan M. Br. Sianturi) yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik dan untuk segala kasih saying, doa, semangat, bimbingan, perhatian, dukungan yang luar biasa dan tiada hentinya selama ini bahkan selama perkuliahan, terlebih dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga untuk kakak terkasih (Ony Y. Pakpahan dan Peranika Pakpahan) dan adik-adikku tersayang (Roboy Pakpahan, Sarinah Pakpahan, Tati Apriana Pakpahan dan Usi Hexsa Putri Pakpahan) yang telah memberikan dukungan moril dan doa yang begitu besar sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran dan motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dra. Marhayanie, Msi selaku sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan , Dra. Friska Sipayung, Msi, selaku sekretaris Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr.Khaira Amalia Fachrudin SE, MBA, Ak, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME, selaku dosen Pembaca Penilai penulis yang banyak membantu dan membimbing dan menyelesaikan skripsi ini.

6. Yang terkasih sahabat-sahabat (Ruslan, Beatrice, Debi, Fitriyanti, Laura, Najmi, Mucshin, Henry, Jepri, Hendra, Stephen) yang banyak mengajari dalam belajar selama perkuliahan, memotivasi, dukungan, perhatian, dan terkhusus dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk teman-teman Selsiloam ( Bang Leo, Kak Sinurmaida, Malem, Elisabet, Lidya, Theo, Desi, Siska, Yohana, Floren, Fahri) yang banyak memberi motivasi, doa, dan nasihat. Terima kasih atas kebersamaan selama perkuliahan, untuk teman-teman S1 Manajemen stambuk 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(7)

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan mungkin skripsi ini banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.

Medan, April 2014 Yang Membuat Pernyataan,

Quitsyah A. Pakpahan NIM : 100502194


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... 8

1.4.Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1.Landasan Teori ... 10

2.1.1.Konsep Pasar Modal yang Efisien ... 10

2.1.2.Stock Split ... 11

2.1.2.1.Pengertian Stock Split ... 11

2.1.2.2.Tujuan Perusahaan Melakukan Stock Split ... 12

2.1.2.3.Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split ... 13

2.1.2.4.Teori Stock Split ... 14

2.1.3.Pengertian Bid Ask Spread ... 16

2.1.4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bid Ask Spread ... 18

2.1.4.1. Harga Saham ... 18

2.1.4.2.Volume Perdagangan Saham ... 19

2.1.4.3. Return Saham. ... 20

2.1. Penelitian Terdahulu ... 21

2.2. Kerangka Konseptual ... 23

2.3. Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1.Jenis dan Desain Penelitian ... 26

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.3.Batasan Operasional ... 27

3.4.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 27

3.4.1. Variabel Dependent (Variabel Terikat) ... 27

3.4.2. Variabel Independent (Variabel Bebas) ... 28

3.5.Populasi dan Sampel ... 29


(9)

3.8.Teknik Analisis Data ... 32

3.8.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 32

3.8.2. Analisis Regresi Linear Berganda ... 32

3.9.Uji Asumsi Klasik ... 33

3.9.1.Uji Normalitas ... 33

3.9.2.Uji Multikolinearitas ... 34

3.9.3.Uji Autokarelasi ... 35

3.9.4.Uji Heteroskedasitas ... 36

3.10. Pengujian Hipotesis ... 36

3.10.1. Uj Statistik F ... 37

3.10.2. Statistik t ... 37

3.10.3. Uji Paired Sample T test (Uji Beda) ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1.Gambaran Umum ... 39

4.1.1.Data Penelitian ... 39

4.2.Hasil Penelitian ... 39

4.2.1.Analisis Statistik Deskriptif ... 39

4.2.1.1.Analisis Statistik Deskriptif Pada Masa Sebelum Stock Split ... 40

4.2.1.2.Analisis Statistik Deskriptif Pada Masa Sesudah Stock Split ... 41

4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 43

4.2.2.1.Uji Asumsi Klasik Pada Masa Sebelum Stock Split ... 43

4.2.2.1.1.Uji Normalitas Pada Masa Sebelum Stock Split ... 43

4.2.2.1.2.Uji Multikolinearitas Pada Masa Sebelum Stock Split ... 47

4.2.2.1.3.Uji Autokorelasi ... 48

4.2.2.1.4.Uji Heteroskedastisitas ... 49

4.2.2.2.Uji Asumsi Klasik Pada Masa Sesudah Stock Split ... 52

4.2.2.2.1.Uji Normalitas Pada Masa Sesudah Stock Split ... 52

4.2.2.2.2.Uji Multikolinearitas Pada Masa Sesudah Stock Split ... 55

4.2.2.2.3.Uji Autokorelasi ... 56

4.2.2.2.4.Uji Heteroskedastisitas ... 57

4.2.3. Pengujian Hipotesis ... 59

4.2.3.1.Uji Determinasi (R2) ... 59

4.2.3.1.1.Uji Determinasi Pada Masa Sebelum Stock Split ... 60

4.2.3.1.2.Uji Determinasi Pada Masa Sesudah Stock Split ... 61


(10)

4.2.3.2.1.Uji Signifikansi Simultan Pada Masa

Sebelum Stock Split ... 62

4.2.3.2.2.Uji Signifikansi Simultan Pada Masa Sesudah Stock Split ... 63

4.2.3.3.Uji Signifikansi Parsial (t-Test) ... 64

4.2.3.3.1.Uji t Pada Masa Sebelum Stock Split ... 65

4.2.3.3.2.Uji t Pada Masa Sesudah Stock Split .... 67

4.2.3.4.Uji Bedas ... 69

4.2.3.4.1.Uji Beda Harga Saham Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 70

4.2.3.4.2.Uji Beda Volume Perdagangan Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 71

4.2.3.4.3.Uji Beda Return Saham Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 72

4.2.3.4.4.Uji Beda Bid Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 73

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

4.3.1. Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan Saham dan Return Saham Terhadap Bid ask spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 74

4.3.2. Perbedaan Antara Harga Saham Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 80

4.3.3. Perbedaan Antara Volume Perdagangan Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 81

4.3.4. Perbedaan Antara Return Saham Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 82

4.3.5. Perbedaan Antara Bid Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

5.1.Kesimpulan ... 84

5.2.Keterbatasan Penelitian ... 85

5.3.Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN ... 88


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Data Peningkatan Rata-rata Bid-Ask Spread Tertinggi

Perusahaan Yang Melakukan Stock Split Up ... 6

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 24

Tabel 3.1 Perhitungan Jumlah Sampel ... 32

Tabel 3.2 Data Sampel Penelitian ... 32

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Sebelum Stock Split ... 42

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Sesudah Stock Split ... 43

Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov-smirnov ... 48

Tabel 4.4 Hasil Uji Kolmogorov-smirnov Setelah Transformasi ... 49

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Stock Split ... 50

Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson Sebelum Stock Split ... 51

Tabel 4.7 Hasil Uji Glejser Sebelum Stock Split ... 53

Tabel 4.8 Hasil Uji Kolmogorov-smirnov Setelah Transformasi ... 57

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas Sesudah Stock Split ... 58

Tabel 4.10 Hasil Uji Durbin Watson Sesudah Stock Split ... 59

Tabel 4.11 Hasil Uji Glejser Sesudah Stock Split ... 61

Tabel 4.12 Hasil Uji Determinasi Sebelum Stock Split ... 62

Tabel 4.13 Hasil Uji Determinasi Sesudah Stock Split ... 63

Tabel 4.14 Hasil Uji F Sebelum Stock Split ... 65

Tabel 4.15 Uji F Sesudah Stock Split ... 66

Tabel 4.16 Hasil Uji T Sebelum Stock Split ... 68

Tabel 4.17 Hasil Uji T Sesudah Stock Split ... 70

Tabel 4.18 Hasil Uji Beda Harga Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 73

Tabel 4.19 Hasil Uji Beda Volume Perdagangan Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 74

Tabel 4.20 Hasil Uji Beda Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 75

Tabel 4.21 Hasil Uji Beda Bid Ask Spread Sebelum dan Sesudah Stock Split 76


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 28

Gambar 4.1 Grafik Histogram Sebelum Stock Split ... 46

Gambar 4.2 Normal Probability Plot Sebelum Stock Split ... 47

Gambar 4.3 Statistik Durbin Watson Sebelum Stock Split ... 51

Gambar 4.4 Hasil Uji Grafik Scatterplot Sebelum Stock Split ... 52

Gambar 4.5 Grafik Histogram Sesudah Stock Split ... 55

Gambar 4.6 Normal Probability Plot Sesudah Stock Split ... 56

Gambar 4.7 Statistik Durbin Watson Sesudah Stock Split ... 59


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Populasi Sasaran ... 92

Lampiran 2 Data Rasio Pemecahan Saham Populasi Sasaran ... 94

Lampiran 3 Data Harga Saham Sebelum Stock Split ... 95

Lampiran 4 Data Harga Saham Sesudah Stock Split ... 96

Lampiran 5 Data Volume Perdagangan Sebelum Stock Split ... 97

Lampiran 6 Data Volume Perdagangan Sesudah Stock Split ... 98

Lampiran 7 Data Return Saham Sebelum Stock Split ... 99

Lampiran 8 Data Return Saham Sesudah Stock Split... 100

Lampiran 9 Data Bid Ask Spread Sebelum Stock Split ... 100

Lampiran 10 Data Bid Ask Spread Sesudah Stock Split ... 102

Lampiran 11 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Pada Masa Sebelum Stock Split ... 103

Hasil Analisis Statistik Deskriptif Pada Masa Sebelum Stock Split ... 103

Lampiran 12 Uji Normalitas Sebelum Stock Split ... 105

Analisis Statistik ... 106

Uji Multikolinearitas Pada Masa Sebelum Stock Split ... 107

Uji Autokorelasi Sebelum Stock Split ... 107

Uji Heteroskedastisitas Sebelum Stock Split ... 108

Lampiran 13Uji Normalitas Sesudah Stock Split ... 109

Analisis Statistik ... 110

Uji Multikolinearitas Pada Masa Sesudah Stock Split ... 110

Uji Autokorelasi Sesudah Stock Split ... 111

Uji Heteroskedastisitas Sesudah Stock Split ... 111

Lampiran 14 Uji Determinasi Pada Masa Sebelum Stock Split ... 112

Uji Determinasi Pada Masa Sesudah Stock Split ... 112

Lampiran 15 Uji Signifikansi Simultan Pada Masa Sebelum Stock Split .. 113

Uji Signifikansi Simultan Pada Masa Sesudah Stock Split ... 113

Lampiran 16 Uji T Pada Masa Sebelum Stock Split ... 114

Uji T Pada Masa Sesudah Stock Split ... 114

Lampiran 17 Hasil Uji Beda Harga Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 115

Lampiran 18 Hasil Uji Beda Volume Perdagangan Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 115

Lampiran 19 Hasil Uji Beda Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 116

Lampiran 20 Hasil Uji Beda Bid Ask Spread Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 116


(14)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BID ASK SPREAD PADA MASA SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT

DI BURSA EFEK INDONESIA

Bid Ask spread adalah selisih harga jual dan harga beli saham di pasar modal. Bid-ask spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual sahamnya dan mendapatkan keuntungan dari spread antara harga jual dan harga beli. Hal ini mengindikasikan bahwa likuiditas saham yang tercermin dari harga saham, volume perdagangan dan return saham akan mempengaruhi bid ask spread suatu saham. Bid ask spread akan semakin besar apabila risiko yang dimiliki oleh suatu saham semakin besar, misalnya saham yang kurang likuid pasti memiliki risiko yang lebih tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: (1) pengaruh dari variabel-variabel harga saham, volume perdagangan, return saham terhadap bid ask spread secara simultan ataupun parsial, baik pada masa sebelum dan sesudah stock split, (2) perbedaan antara harga saham pada masa sebelum dan sesudah stock split, (3) perbedaan antara volume perdagangan saham pada masa sebelum dan sesudah stock split, (4) perbedaan antara return saham pada masa sebelum dan sesudah stock split, dan (5) perbedaan antara bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah stock split.

Penelitian dilakukan pada 32 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik populasi sasaran, yaitu pada perusahaan terdaftar yang melakukan pemecahan saham naik selama periode 2008-2013. Penelitian menggunakan data harian saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode enam hari sebelum dan sesudah stock split. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dan Paired Sample T-test.

Hasil penelitian menyimpulkan : (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara harga saham, volume perdagangan dan return terhadap bid ask spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split. Harga saham secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split. Volume perdagangan saham mempengaruhi bid ask spread dengan arah berlawanan atau negatif dan tidak signifikan baik pada masa sebelum dan sesudah stock split. Sementara itu, return saham sebelum stock split berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid ask spread sebelum stock split. Namun, pada masa sesudah stock split, return saham sesudah stock split

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap bid ask spread sesudah stock split, (2) terdapat perbedaan harga saham, volume perdagangan dan bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah stock split, (3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara return saham pada masa sebelum dan sesudah stock split,

Kata Kunci : stock split, harga saham, volume perdagangan, return saham, bid ak spread


(15)

ABTRACT

ANALYZE OF FACTORS THAT INFLUENCES BID ASK ASK SPREAD BEFORE AND AFTER STOCK SPLIT ON INDONESIAN STOCK

EXCHANGE

Bid Ask Spread is the difference of ask-price and bid-price of shares on the capital market. Bid ask spread is a factor that can influence the investor decision whether hold or sell their shares and make profit from spread of ask price and bid price. This is indicates that the stock liquidity as reflected in the stock price, trading volume, stock return will affect bid ask spread. Bid ask spread will increase if the risk of stock is increase, such as the less liquidity of stock, the higher risk.

The aim of this research are: (1) to discover the simultaneous and partial relationship between variables, stock price, trading volume, stock return toward bid ask spread, while before and after stock split, (2) to discover the difference of stock price while before and after stock split, (3) to discover the difference of trading volume while before and after stock split, (4) to discover the difference of stock return while before and after stock split, (5) to discover difference of bid ask spread while before and after stock split.

There are 32 samples of companies that have registered on Indonesian Stock Exchange. Sample was taken by using some criteria such as the company was on stock split up and traded on 2008-2013. This research used daily data report from Indonesian Stock Exchange for six days while before and after stock split. The analysis method used multiple regression analysis and paired sample t test.

The result showed that: (1)There is positive and significant influence between stock price, trading volume and stock return to bid ask spread, while before and after stock split. Stock price has a negative and significant influence to bid ask spread while before and after stock split. Trading volume has negative influence but not significant to bid ask spread while before and after stock split. Stock return has positive and significant influence to bid ask spread while before stock split. After stock split, stock return has negative influence but not significant to bid ask spread after stock split. (2) There is a significant difference of stock price, trading volume and bid ask spread while before and after stock split. (3) There is no significant difference of stock return while before and after stock split.

Keywords: stock split, stock price, trading volume, stock return, bid ask spread


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini, keberadaan pasar modal menjadi sangat penting karena peranannya yang sangat besar dalam membangun perekonomian suatu negara. Banyaknya pilihan investasi dengan ekspektasi pengembalian yang lebih besar di masa depan, masyarakat pun semakin tertarik dengan iklim investasi di pasar modal. Banyak masyarakat kini yang lebih memilih menunda konsumsi/ penggunaan sejumlah dana pada masa sekarang dengan tujuan untuk mendapat keuntungan di masa yang akan datang. Partisipasi masyarakat di pasar modal pun menjadi sama pentingnya dengan pasar modal itu sendiri. Tanpa para pelaku, pasar modal tidak dapat bejalan dengan semestinya. Demikian juga sebaliknya tanpa pasar modal, maka para pelaku tersebut juga tidak memiliki kehidupan yang wajar.

Pada umumnya pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries), yang menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Selain itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal.


(17)

Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang

berupa (1) saham, (2) obligasi, (3) bukti right, (4) bukti waran, (5) derivative (Samsul, 2006). Seorang investor memiliki kekuasaan penuh dalam menentukan

pada efek mana mereka akan menginvestasikan asetnya. Namun pada dasarnya semua investor akan memilih berinvestasi pada jenis aset yang memberikan return

yang setinggi-tingginya dari suatu investasi yang dilakukan.

Seorang investor membutuhkan adanya informasi (historis maupun ramalan) yang akurat, relevan, dan tepat waktu karena sangat menentukan keberhasilan mereka dalam menanamkan modal jangka panjang di pasar modal (Yuliastari, 2008). Dengan kata lain, informasi hanya akan bernilai apabila informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal yang akan tercermin dalam indikator atau karakteristik pasar seperti volume perdagangan, harga saham dan lain-lain. Informasi tersebut dapat berupa informasi mengenai fluktuasi harga sekuritas di masa lalu atau fluktuasi volume perdagangannya. Sementara itu, informasi yang berupa ramalan akan peristiwa di masa depan kebanyakan digunakan investor sebagai antisipasi atau disebut dengan pendiskontoan informasi. Kejadian yang diantisipasi misalnya pengumuman keputusan finansial, antara lain pembagian dividen, right issue, stock split

(pemecahan saham), atau pembagian saham bonus.

Kebijakan stock split dilakukan apabila harga saham di pasar dianggap terlalu tinggi sehingga likuiditas perdagangan saham mulai mengecil. Handa dan Schwartz dalam Saftiana dan Rahmidiansari (2008) menyatakan bahwa investor menginginkan tiga hal dari pasar yaitu likuiditas, likuiditas dan likuiditas. Hal ini


(18)

menunjukkan bahwa ketika saham dinilai terlalu “mahal” oleh investor, saham akan mulai tidak diminati atau likuiditas saham tersebut akan menurun. Oleh karena itu, penting bagi emiten untuk memperhatikan likuiditas saham perusahaan mereka sehinga bid price (minat beli) terhadap saham mereka tetap tinggi. Salah satunya dengan melakukan stock split saat harga saham dinilai terlalu mahal oleh investor.

Salah satu faktor untuk mengukur tingkat likuiditas saham adalah dengan mengguanakan Trading Volume Activity (Prasetino, 2012). Hal ini dikarenakan volume perdagangan saham sering digunakan sebagai parameter aktivitas jual beli saham di bursa, semakin meningkat jual beli saham maka aktivitas perdagangan saham dibursa juga akan semakin meningkat. Hal tersebut akan berpengaruh pada permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Semakin meningkat permintaan dan penawaran suatu saham, maka pengaruhnya pun akan semakin besar terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Sedangkan semakin meningkatnya volume perdagangan saham hal tersebut menandakan bahwa saham tersebut semakin diminati oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naik atau turunnya harga atau return saham tersebut (Fatmawati dan Marwan, 1999). Saham yang aktif diperdangkan adalah saham dengan tingkat return yang tinggi (Nurmayanti, 2009). Hal ini dikarenakan dealer tidak akan lama menyimpan suatu saham yang aktif diperdagangkan sehingga menurunkan biaya pemilikan dan pada akhirnya menurunkan tingkat bid ask spread saham (Nany, 2004).

Pada awal tahun 2005, penelitian yang dilakukan Dash dan Gouda (2005) pada sampel di pasar modal India tentang pengaruh stock split terhadap likuiditas


(19)

saham di pasar modal India menemukan bahwa masih sering terjadi pergerakan harga yang tidak normal yang jauh melampaui kisaran perdagangan normal. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Forjan dan McCorry (1995) pada bursa saham utama di US. Hasil penelitian ini menyimpulkan adanya peningkatan harga saham dan penurunan persentase bid ask spread setelah pengumuman stock split. Wang dan Yau (2000) juga menyimpulkan hal yang sama. Mereka menyimpulkan bahwa harga saham berpengaruh positif terhadap bid ask spread. Artinya peningkatan harga akan menyebabkan bid ask spread saham mengalami kenaikan.

Sementara itu, beberapa peneliti di Indonesia menyimpulkan hal yang bervariasi tentang pengaruh harga saham terhadap bid ask spread saham. Hasil penelitian Ady, Ubud dan Harry (2010) dan Purwanto (2004) menyimpulkan harga saham berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap bid ask spread. Tetapi hal sebaliknya justru terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Akmila dan Kusuma (2003) tentang pengaruh stock split terhadap likuiditas saham yang menemukan bahwa harga saham berpengaruh positif signifikan terhadap bid ask spread saham.

Lyroudy dan Apostolos (2006) juga melakukan penelitian tentang pengaruh stock split terhadap volume perdagangan pada saham yang terdaftar di NASDAQ. Lyroudy dan Apostolos (2006) dan Suresha dan Naidu (2013) menyimpulkan stock split meningkatkan likuiditas saham. Mereka sama-sama menyimpulkan adanya peningkatan volume perdagangan sesudah stock split


(20)

dan Yau (2000) meneliti pengaruh volume perdagangan secara parsial terhadap

bid ask spread saham dan menyimpulkan bahwa volume perdagangan berpengaruh negatif terhadap bid ask spread.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penenlitian yang dilakukan oleh Akmila dan Kusuma (2003) yang menemukan bahwa volume perdagangan berpengaruh positif terhadap bid ask spread saham. Artinya likuiditas saham, yang dapat diukur dengan volume perdagangan, mengalami penurunan setelah

stock split.

Rokhman, Didied dan Kiptiyah (2009) juga melakukan analisis pada

return, abnormal return, aktivitas volume perdagangan dan bid ask spread saham di seputar pengumuman stock split pada perusahaan manufaktur di BEJ. Hasil penelitian ini menyimpulkan adanya perbedaan yang signifikan pada return dan abnormal return pada masa sebelum dan sesudah stock split. Ambarwti (2008) sendiri menyimpulkan bahwa return saham memiliki pengaruh positif signifikan terhadap bid ask spread. Namun Halim dan Hidayat (2000) menemukan hal yang berlawanan. Dengan menggunakan model koreksi kesalahan, Halim dan Hidayat (2000) menyatakan bahwa baik volume perdagangan dan/atau return saham berpengaruh dengan arah yang negatif terhadap bid ask spread saham perusahaan industri rokok di BEJ.

Berdasarkan data periode tahun 2008 sampai 2013, terdapat 51 perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan stock split up. Stock split up

dilakukan bertujuan agar harga saham lebih rendah dan jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak, sehingga investor mudah melakukan pembelian.


(21)

Berikut disajikan gejala pengamatan awal pada rata-rata bid-ask spread beberapa perusahaan yang melakukan kegiatan stock split up dengan rasio pemecahan saham yang bervariasi.

Tabel 1.1

Data Peningkatan Rata-rata Bid-Ask Spread Tertinggi Perusahaan Yang Melakukan Stock Split Up

No EMITE N Rata-rata Bid-Ask Spred Sebelum Stock Split Rata-rata Bid Ask Spread Sesudah Stock Split Selisih Bid-Ask Spread (Sesudah-Sebelum)

1 PWON 0.012500 0.029024 0.016523

2 BBCA 0.009890 0.021871 0.011981

3 TINS 0.002335 0.010753 0.008419

4 DILD 0.009305 0.017197 0.007891

5 ACES 0.008398 0.015910 0.007512

6 SSIA 0.007426 0.014825 0.007399

7 JTPE 0.010095 0.017455 0.007360

8 INTA 0.006515 0.013715 0.007200

Sumber : Data Diolah

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa beberapa perusahaan di BEI yang melakukan stock split up pada periode 2008-2013 yang mengalami peningkatan rata-rata bid ask spread sesudah stock split dilakukan. Fenomena ini berlawanan dengan apa yang diungkapkan oleh Forjan dan McCorry (1995), yang menyatakan bahwa persentase bid-ask spread akan mengecil sesudah stock split dilakukan. Begitu juga dengan teori yang mendasari stock split itu sendiri yaitu signaling hypothesis dan optimal trading range hypothesis yang menyatakan bahwa setelah dilakukannya stock split, maka likuiditas saham akan meningkat (Griffin, 2010).

Dari berbagai penelitian yang telah dijelaskan, dapat dilihat bahwa stock split memberi pengaruh yang tidak konsisten terhadap bid ask spread maupun variabel lain yang mempengaruhi bid ask spread seperti, harga saham, volume


(22)

perdagangan dan return saham. Dari beberapa penelitian tersebut, dapat dilihat pula bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain di bursa asing dengan hasil penelitian yang dilakukan di BEI. Selain itu fenomena yang terjadi pada rata-rata bid-ask spread pada beberapa perusahaan di BEI yang melakukan stock split pada periode 2008-2013 yang menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori yang ada, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk memperkuat teori yang ada.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dikemukakan bahwa terdapat ketidakkonsistenan dari hasil penelitian terdahulu yang berkenaan dengan pengaruh pemecahan saham terhadap harga saham, volume perdagangan dan

return saham. Hasil penelitian yang dilakukan Lyroudy dan Dasilas (2006), Wang dan Yau (2000), Forjan dan McCorry (1995) dan Suresha dan Naidu (2013), menunjukkan kesesuaian dengan teori-teori yang melandasi pemecahan saham itu sendiri yaitu Trading Range Theory dan Signaling Theory yang dikemukakan oleh Griffin (2010).

Berbeda dengan kebanyakan hasil penelitian di pasar modal Indonesia yang dilakukan oleh Ady, Ubud dan Harry (2010), Purwanto (2004) Akmila dan Kusuma (2003) dan Halim dan Hidayat (2000) yang menyatakan adanya penurunan likuiditas dan peningkatan persentase bid ask spread setelah pelaksanaan stock split.


(23)

Dari permasalahan tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh antara variabel-variabel bebas, yaitu harga saham, volume perdagangan, dan return saham terhadap variabel terikat yaitu

bid ask spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split.

2. Apakah terdapat perbedaan antara harga saham pada masa sebelum dan sesudah stock split.

3. Apakah terdapat perbedaan antara volume perdagangan saham pada masa sebelum dan sesudah stock split.

4. Apakah terdapat perbedaan antara return saham pada masa sebelum dan sesudah stock split.

5. Apakah terdapat perbedaan antara bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah stock split.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan penelitian ini, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh antara variabel-variabel bebas, yaitu harga saham,

volume perdagangan, dan return saham terhadap variabel terikat yaitu bid ask spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split.

2. Menganalisis perbedaan antara harga saham pada masa sebelum dan sesudah stock split.


(24)

3. Menganalisis perbedaan antara volume perdagangan saham pada masa sebelum dan sesudah stock split.

4. Menganalisis perbedaan antara return saham pada masa sebelum dan sesudah stock split.

5. Menganalisis perbedaan antara bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah stock split.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Bagi emiten, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan, pertimbangan dan informasi dalam mengambil kebijakan dan keputusan pada saat terjadi peristiwa stock split.

b. Bagi investor, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam mengambil keputusan pada saat melakukan pembelian maupun penjualan saham ketika terjadi peristiwa stock split.

c. Bagi dunia akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pandangan mengenai pengaruh stock split di pasar saham.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis

2.1.1. Konsep Pasar Modal yang Efisien

Konsep pasar modal yang efisien memang bisa diartikan secara berbeda untuk tujuan yang berbeda pula. Untuk bidang keuangan, konsep pasar yang efisien lebih ditekankan pada aspek informasi, artinya pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Dalam hal ini, informasi yang tersedia bisa meliputi semua informasi yang tersedia baik informasi di masa lalu (misalkan laba perusahaan di masa lalu), maupun informasi saat ini (misalkan rencana kenaikan deviden di tahun ini), serta informasi yang bersifat sebagai pendapat/opini rasional yang beredar di pasar yang mempengaruhi perubahan harga (misal, jika banyak investor yang berpendapat bahwa harga saham akan naik, maka informasi tersebut nantinya akan tercermin pada perubahan harga saham yang cenderung naik) (Tandelilin, 2001:112).

Sebagian orang berpendapat bahwa manajemen sering mempunyai informasi sampingan tentang perusahaan yang tidak bisa disampaikannya kepada investor. Perbedaan aksebilitas ke informasi antara manajer dan investor , yang disebut asimestri informasi ini bisa mengakibatkan harga saham lebih rendah ketimbang dalam kondisi pasti (Keown et all, 2010:210). Pembeli dan penjual saham yang rasional akan mempertimbangkan setiap informasi yang ada sebelum akhirnya memutuskan membeli/menjual suatu saham tertentu. Mereka akan


(26)

mempertimbangkan return dan risiko dalam menilai suatu saham. Bagi pembeli, nilai saham merupakan harga maksimum yang berani dibayar untuk saham tersebut dan bagi penjual nilai saham merupakan harga minimal untuk melepas suatu saham.

Dalam pasar modal yang kompetitif dimana banyak pemain yang aktif berdagang, interaksi antara banyak pembeli dan banyak penjual akan menghasilkan harga ekuilibrium atau nilai pasar dari tiap-tiap saham. Harga yang terbentuk merupakan cerminan dari tindakan kolektif pembeli dan penjual berdasarkan semua informasi yang mereka miliki. Ketika ada informasi baru muncul, pembeli dan penjual (diasumsikan) akan menyerap dengan segera informasi tersebut lewat aktivitas penjualan atau pembelian sehingga dengan cepat akan terjadi ekuilibrium harga yang baru.

2.1.2. Stock Split

2.1.2.1. Pengertian Stock Split

Stock split merupakan tindakan memperkecil atau memperbesar nilai nominal saham. Split (pemecahan) saham dilakukan dengan beberapa alasan, tergantung pada tujuan split apakah untuk memperbanyak jumlah saham (split-up) atau memperkecil jumlah saham beredar yang biasa disebut dengan split-down

(Samsul, 2006:190).

Tindakan split-up akan meningkatan jumlah saham yang beredar dengan menurunkan nominal per lembar saham di pasar sehingga terjangkau oleh investor. Split 1:2 berarti satu saham lama ditarik dari peredaran dan diganti


(27)

dengan 2 saham baru tetapi nilai nominal saham baru itu lebih kecil, yaitu ½ dari nominal sebelum pemecahan saham. Sebaliknya, split-down atau reverse split

adalah tindakan menurunkan jumlah saham beredar. Tujuan split-down adalah untuk meningkatkan harga saham di pasar agar image perusahaan meningkat.

Split-down dilakukan dengan menarik kembali sejumlah saham beredar dan diganti dengan satu saham baru yang nominalnya lebih tinggi akan tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas. Split-down 5:1 berarti 5 saham lama diganti dengan 1 saham baru.

Dengan pemecahan saham, pemegang saham harus menukarkan sahamnya dengan saham baru yang memiliki nilai nominal yang lebih rendah. Sebab jika batas waktu penukaran yang ditetapkan terlampaui, maka saham dengan nilai nominal lama tidak bisa diperdagangkan di bursa (Halim, 2005:97). Hal ini menyebabkan, meskipun stock split menambah/mengurangi jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham dengan nilai nominal yang lebih kecil/besar, namun stock split tidak akan menyebabkan perubahan nilai kapitalisasi saham tersebut.

2.1.2.2. Tujuan Perusahaan Melakukan Stock Split

Secara umum stock split bertujuan mengendalikan harga saham. Dengan demikian saham lebih mudah dimiliki oleh investor kecil serta adanya peningkatan likuiditas saham perusahaan di pasar modal.

Sartono (2001:297) menyatakan bahwa, tujuan dilakukannya stock split


(28)

Brigham dan Houston (2001) menyimpulakan bahwa, terdapat beberapa studi empiris yang menjadi alasan perusahaan melakukan stock split diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Secara rata-rata, harga saham akan naik tidak lama setelah perusahaan mengumumkan pemecahan saham atau dividen.

b. Kenaikan harga merupakan akibat dari kenyataan bahwa investor menganggap pemecahan saham/dividen itu sebagai isyarat laba dan dividen masa mendatang yang lebih tinggi. Hanya perusahaan yang manajemennya mempunyai anggapan bahwa prospeknya bagus yang cenderung memecah saham mereka, pengumuman pemecahan saham/dividen dianggap sebagai isyarat bahwa laba dan dividen tunai cenderung akan naik.

c. Jika suatu perusahaan mengumumkan suatu pemecahan atau dividen saham, harga sahamnya akan cenderung naik. Namun, jika dalam waktu beberapa bulan mendatang perusahaan tidak mengumumkan kenaikan laba atau dividen, harga sahamnya akan turun ke tingkat semula.

d. Komisi pialang dalam satuan persentase umumnya lebih tinggi pada saham yang berharga rendah.

2.1.2.3. Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split

Bagian integral dari kebijakan saham adalah penggunaan stock devidends

(deviden saham) dan stock splits (pemecahan saham). Keduanya melibatkan penerbitan lembar saham baru secara pro rata terhadap pemegang saham yang ada sekarang. Menurut Keown et al (2010:221), pengumuman dividend dan stock


(29)

split dipersepsi sebagai kabar yang baik. Para pendukung stock dividend dan stock split kerap menyatakan bahwa pemegang saham mendapatkan manfaat kunci karena harga saham tidak akan turun persis sesuai proporsi dengan kenaikan lembar saham.

Samsul (2006:273) berpendapat bahwa apabila sebuah perusahaan telah merencanakan untuk melakukan split saham, yang akan diusulkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mendatang, maka hasil RUPS akan diumumkan secara resmi melalui surat kabar dan pemberitahuan manajemen perusahaan kepada pihak Bapepam serta Bursa Efek. Pemberitahuan semacam ini pernah dilakukan pada tanggal 14 Desember 2004. Ternyata reaksi pasar terhadap pengumuman hasil RUPS ini sangat positif karena para investor menilai saham perusahaan ini sangat menguntungkan, yaitu memberikan return sebesar 20% per tahun yang jauh di atas bunga deposito yang hanya sebesar 7%. Pelaksanaan split

itu sendiri membutuhkan waktu 16 hari setelah tanggal pengumuman. Karena investor memberikan reaksi positif terhadap split ini, maka harga saham naik selama menunggu pelaksanaan split dari tanggal 13 sampai dengan 29 Desember 2004.

2.1.2.4. Teori Stock Split

Seiring dengan perkembangannya, berdasarkan beberapa penelitian terdahulu muncul berbagai teori yang menjelaskan motivasi perusahaan melakukan stock split. Terdapat dua teori utama yang mendominasi literatur stock split adalah signaling theory dan trading range theory (Yuliastari, 2008).


(30)

1. Signaling Theory

Teori signaling dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam (insider) perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi mutakhir dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor luar. Munculnya masalah asymmetric information ini membuat investor secara rata-rata memberikan penilaian yang lebih rendah terhadap semua saham perusahaan. Dalam bahasa teori signaling, kecenderungan ini disebut pooling equilibrium

karena perusahaan berkualitas bagus dan perusahaan berkualitas jelek dimasukkan dalam ‘pool’ penilaian yang sama (Arifin, 2005:11-12).

Menurut Griffin (2010), peristiwa stock split sering kali dipandang sebagai kejadian yang positif karena mengindikasikan kinerja perusahaan yang lebih baik di masa depan. Hal ini menyebabkan peristiwa stock split dapat mempengaruhi nilai perusahaan, yang tercermin dari perubahan harga dan volume perdagangan saham yang terjadi. Sehingga pengumuman stock split akan direspon pasar sebagai suatu sinyal yang mempengaruhi harga saham dan volume perdagangan saham.

2. Trading Range Theory.

Sartono (2010:297) berpendapat bahwa tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam trading range tertentu. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh trading range theory, bahwa manajemen menilai harga sahamnya terlalu tinggi (overpriced) menyebabkan kurang efektifnya saham tersebut diperdagangkan. Trading range theory ini sebagian


(31)

besar diakibatkan oleh pengaruh psikologis, karena investor dengan jumlah dana investasi terbatas akan lebih memilih untuk berinvestasi pada jumlah lembar saham yang lebih banyak ketimbang pada saham dengan jumlah lembar saham yang lebih sedikit, meskipun jumlah yang diinvestasikan sama (Griffin, 2010).

Teori ini menyatakan bahwa dengan dilakukannya stock split akan mempengaruhi psikologis investor yang merasa harga suatu saham sudah terlampau mahal. Manajemen berharap stock split dapat meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjual-belikannya yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.

2.1.3. Pengertian Bid Ask Spread

Menurut Bodie, Kane dan Markus (2006:94), bid-asked spread merupakan selisih antara harga penawaran dan permintaan dealer. Harga beli (bid price) merupakan harga yang ingin ditawarkan oleh dealer untuk sebuah sekuritas; harga jual (ask price) merupakan harga yang diminta oleh dealer yang ingin menjual sebuah sekuritas. Dealer yang menerima perintah jual/beli dari investor dapat memeriksa seluruh daftar harga jual beli terkini, menghubungi dealer yang memiliki harga terbaik, dan melakukan perdagangan. Besar kecilnya spread

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu order processing cost, inventory control cost

dan adverse selection cost.

Order processing cost berkaitan dengan biaya transaksi untuk memproses order jual dan order beli. Semakin tinggi biaya yang digunakan untuk memproses suatu order jual dan atau order beli maka spread saham akan semakin meningkat.


(32)

Inventory control cost merupakan biaya penyesuaian posisi persediaan sekuritas

market maker. Ho dan Stall dalam Arifin (2005:162) menyatakan market maker

akan menaikkan harga beli atau harga jual ketika jumlah persediaan sekuritas menipis dan menurunkan harga jual dan atau harga beli ketika persediaan sekuritas terlalu banyak. Peningkatan spread yang digunakan untuk mengkompensasi market maker dari risiko karena bertransaksi dengan informed traders merupakan komponen adverse selection cost dari bid ask spread. Market maker biasanya akan menurunkan harga beli setiap kali selesai membeli sekuritas dan menaikkan harga jual setiap kali selesai menjual sekuritas.

Menurut Nurmayanti (2009), bid-ask spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual sahamnya dan mendapatkan keuntungan dari spread antara harga jual dan harga beli. Hal ini mengindikasikan bahwa likuiditas saham yang tercermin dari harga saham, volume perdagangan dan return saham akan mempengaruhi bid ask spread suatu saham. Amihud dan Mandelson dalam Arifin (2005:156) menyatakan bahwa bid ask spread akan semakin besar apabila risiko yang dimiliki oleh suatu saham semakin besar, misalnya saham yang kurang likuid pasti memiliki risiko yang lebih tinggi.


(33)

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bid Ask Spread 2.1.4.1. Harga Saham

Definisi harga saham menurut Sartono (2001:141) merupakan nilai sekarang atau present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima. Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu : nilai buku, nilai pasar dan nilai pasar. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi.

Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan. Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued). Sebaliknya jika nilai pasar saham di bawah nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong murah (undervalued), sehingga dalam situasi ini investor biasanya membeli saham tersebut (Tandelilin, 2001:183-184).

Meskipun stock split tidak memberikan manfaat ekonomis terhadap pemegang saham, namun stock split kerap kali dipandang memberikan manfaat kunci bagi pemegang saham karena harga saham tidak akan turun persis sesuai proporsi dengan kenaikan lembar saham. Untuk split dari satu menjadi dua, harga saham mungkin tidak turun persis 50 %.


(34)

Keown et al (2010:376) berpendapat, spread akan lebih besar untuk mata uang yang jarang diperdagangkan. Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya harga dapat mengurangi permintaan. Sama halnya dengan saham, ketika saham terlalu mahal maka akan jarang diperdagangkan/saham kurang likuid, sehingga menyebabkan spread membesar karena risiko untuk saham tersebut lebih besar. Artinya harga saham berpengaruh positif terhadap bid ask spread. Ketika harga saham naik maka bersamaan dengan itu bid ask spread saham juga akan mengalami kenaikan.

2.1.4.2.Volume Perdagangan

Menurut Arifin (2005:161-162), kompensasi yang diterima oleh market maker atas jasa likuiditas sekuritas adalah bentuk bid ask spread yaitu perbedaan antara harga beli dan harga jual sekuritas. Secara konseptual, bid ask spread pada pasar sekuritas merupakan kompensasi ekonomis yang diberikan kepada market maker untuk mendorong mereka agar tetap mau memberikan layanan likuiditas. Market maker diharapkan selalu siap menjual sekuritas ketika ada orang yang mau beli dan siap membeli ketika ada orang yang siap menjual sekuritas. Volume perdagangan merupakan suatu instrument yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap informasi melalui parameter volume saham yang diperdagangkan di pasar (Sutrisno, 2000).

Nany (2003) menyatakan volume perdagangan yang besar mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Apabila suatu saham aktif diperdagangkan, maka dealer tidak akan lama menyimpan saham


(35)

tersebut sebelum diperdagangkan sehingga, mengakibatkan menurunnya tigkat

bid ask spread saham.

2.1.4.3. Return Saham

Menurut Tandelilin (2001:47-48), yang menjadi alasan investor berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Sumber-sumber return

investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss).

Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita membeli saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan

capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham bisa surat berharga jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Dalam kata lain, capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas. Amihud dan Mendelson dalam Arifin (2005:156), menyatakan bahwa adanya hubungan negatif nonlinear antara likuiditas yang diukur dengan bid ask spread dengan ekspektasi return. Untuk menarik investor agar mau membeli saham yang kurang likuid, saham yang kurang likuid harus memberikan ekspektasi return yang lebih tinggi. Selain itu, kurang likuidnya suatu saham menandakan bahwa saham tersebut mengandung risiko yang lebih besar.


(36)

2.2. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No

Judul/ Peneliti Variabel Penelitian

Metode

Analsis Hasil Penelitian

1. Analisis Variabel yang

Berpengaruh Terhadap Spread

Harga Saham Pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta / Ady, Ubud dan Harry (2010)

Dependen : -Dividend yield

-Volume perdagangan -Varian return

-Harga

-Lama terdaftar Independen : Spread Model Regresi Linier Berganda

- Variabel dividend yield dan volume perdagangan mempunyai pengaruh negatif signifikan, varian return

berpengaruh positif signifikan terhadap

spread.

- Harga saham berpengaruh negatif tidak signifikan dan lama terdaftar berpengaruh positif signifikanterhadap

spread.

- Terdapat multikolinier antara volume perdagangan dan kapitalisasi pasar sehingga kapitalisasi pasar dikeluarkan dari model spread.

- Varian return adalah variabel yang paling berpengaruh terhadap spread.

2. Pengaruh Return

Saham,

Earnings, dan Volume Perdagangan Saham Terhadap

Bid Ask Spread

Sebelum dan Sesudah Pengumuman Laporan Keuangan / Nurmayanti (2009) Dependen : -Return saham

Earning -Volume perdagangan -Dummy sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan Independen: -Bid ask spread

sebelum pengumuman laporan keuangan -Bid ask spread

setelah pengumuman laporan keuangan Paired Sample T-Test Analisis regresi linear berganda

-Return saham mempunyai pengaruh signifikan terhadap bid ask spread

saham setelah pengumuman laporan keuangan.

-Earning berpengaruh signifikan terhadap bid ask spread sebelum pengumuman laporan keuangan baik dalam kondisi good news maupun bad news.

-Volume perdagangan mempunyai

pengaruh signifikan terhadap bid ask spread pada masa sebelum maupun sesudah pengumuman laporan keuangan, baik dalam kondisi good news maupun bad news.

-Tidak ada perbedaan pada bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan baik dalam kondisi good news maupun bad news.

3. Pengaruh Return

Saham, Volume Perdagangan Saham dan Varian Return

Saham Terhadap Bid-Ask Spread

Saham

Pada Perusahaan

Dependen: -Return saham -Volume

perdagangan -Varian return

Independen: Bid-ask spread sahan Analisis regresi linear berganda

-Secara bersama-sama return saham, volume perdagangan, dan varian return

saham berpengaruh signifikan terhadap

bid ask spread saham.

-Variabel return saham dan varian

return secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid ask spread saham yang tergabung dalam LQ 45 periode tahun 2003-2005


(37)

Manufaktur yang Tergabung Dalam Indeks LQ 45 Periode Tahun 2003-2005/ Ambawti (2008)

parsial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread

saham yang tergabung dalam LQ 45 periode tahun 2003-2005

4. Analisis Pengaruh Harga Saham, Return

Saham, Varian

Return Saham,

Earnings dan Volume Perdagangan Saham Terhadap

Bid Ask Spread

Sebelum dan Sesudah Pengumuman Laporan Keuangan/ Nany (2003) Dependen : -Harga saham -Return saham -Varian -Return Saham -Earnings -Volume

perdagangan Independen: -Bid ask spread

sebelum pengumuman laporan keuangan -Bid ask spread

setelah pengumuman laporan keuangan Paired Sample T-Test Analisis regresi linear berganda

-Tidak terdapat perbedaan antara bid ask spread sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan.

-Harga saham berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap bid ask spread baik sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan.

-Return saham berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap bid ask spread baik sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan.

-Varian return berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid ask spread baik sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan.

-Earnings berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread

sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan.

-Volume perdagangan berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap bid ask spread sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan

-Harga saham, return saham, varian

return, earnings dan volume perdagangan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap bid ask spread baik sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan. 5. Pengaruh Stock

Split Terhadap Likuiditas dan

Return Saham di Bursa Efek Jakarta/ Sutrisno, Francisca dan Soffy (2000)

Dependen : -Harga saham -Volume

perdagangan -Varian saham -Abnormal return Independen : Spread Paired Sample T-Test Analisis regresi linear berganda

-Stock split hanya mempengaruhi harga, volume perdagangan dan persentase

spread, tetapi tidak mempengaruhi varians dan abnormal return baik ditinjau secara individual maupun sebagai sebuah portofolio.

-Harga, volume, dan varians saham menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap spread.

-Jika ditinjau sebagai sebuah portofolio, hanya harga yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap spread. Sumber : Data Diolah


(38)

2.3. Kerangka Konseptual

Saham yang likuid merupakan saham yang mudah diperjualbelikan di bursa. Semakin likuid suatu saham maka semakin aktif pula saham tersebut diperdagangkan. Apabila suatu saham aktif diperdagangkan, maka dealer tidak akan lama menyimpan saham tersebut sebelum diperdagangkan sehingga, mengakibatkan menurunnya tigkat bid ask spread saham. Oleh karena itu, ketika suatu saham mulai tidak likuid karena harganya yang terlampau mahal menurut investor banyak perusahaan yang melakukan stock split untuk menjaga likuiditas saham mereka. Tujuannya adalah untuk menempatkan saham pada trading range

tertentu (Sartono, 2010:297).

Bid-ask spread saham merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual sahamnya dan mendapatkan keuntungan dari spread antara harga jual dan harga beli. Hal ini mengindikasikan bahwa likuiditas saham yang tercermin dari harga saham, volume perdagangan dan return saham akan mempengaruhi bid ask spread suatu saham. Amihud dan Mandelson dalam Arifin (2005:156) menyatakan bahwa bid ask spread akan semakin besar apabila risiko yang dimiliki oleh suatu saham semakin besar, misalnya saham yang kurang likuid pasti memiliki risiko yang lebih tinggi.

Adapun kerangka pemikiran teoritis yang diajukan penelitian ini dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1.


(39)

   

   

Sumber : Data Diolah

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh signifikan antara variabel-variabel bebas, yaitu harga saham, volume perdagangan, dan return saham terhadap variabel terikat yaitu

bid ask spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split. Harga Saham Sebelum

Stock Split

Volume Perdagangan Sebelum Stock Split

Retun Saham Sebelum

Stock Split

Harga Saham Sesudah

Stock Split

Volume Perdagangan Sesudah Stock Split

Retun Saham Sesudah

Stock Split

Bid Ask Spread

Sebelum Stock Split

Bid Ask Spread

Sesudah Stock Split

Ket:


(40)

2. Terdapat perbedaan antara harga saham pada masa sebelum dan sesudah stock split.

3. Terdapat perbedaan antara volume perdagangan saham pada masa sebelum dan sesudah stock split.

4. Terdapat perbedaan antara return saham pada masa sebelum dan sesudah

stock split.

5. Terdapat perbedaan antara bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif kausal dan komparatif. Menurut Sugiyono (2007:30), desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen dan variabel dependen. Selain itu, penelitian ini juga merupakan jenis penelitian komparatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu.

Waktu peristiwa (event date) dalam penelitian ini adalah 12 hari yaitu enam hari sebelum stock split dan enam hari sesudah stock split. Penelitian ini menggunakan metodologi studi peristiwa (event study) yang bertujuan untuk mengamati dampak dari suatu peristiwa, yaitu stock split, terhadap sekuritas.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dipilihnya BEI sebagai objek penelitian dikarenakan BEI merupakan pasar modal terbesar di Indonesia dan menyediakan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai sejak November 2013 hingga April 2014.


(42)

3.3. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

a. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan corporate action berupa stock split up selama periode 2008-2013.

b. Variabel yang digunakan adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas terdiri dari harga saham, volume perdagangan dan return saham pada masa sebelum dan sesudah stock split. Variabel terikatnya adalah bid ask spread

pada masa sebelum dan sesudah stock split.

c. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah daftar perusahaan yang melakukan stock split pada tahun 2008-2013, harga saham enam hari sebelum dan sesudah stock split, volume perdagangan saham enam hari sebelum dan sesudah stock split, return saham saham enam hari sebelum dan sesudah stock split, harga bid dan harga ask saham enam hari sebelum dan sesudah stock split. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari situs internet seperti www.idx.o.id, www.ksei.com.co.id, dan www.yahoo.com.

3.4. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.4.1. Variabel Dependent (Variabel Terikat)

Dalam penelitian ini variabel dependent yang digunakan adalah bid ask spread. Menurut Stoll dalam Magdalena (2003), bid ask spread dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


(43)

Spreadt =

dimana

Spreadt = Bid ask spread hari ke t Askt = Ask price hari ke t

Bidt = Bid price hari ke t

3.4.2. Variabel Independent (Variabel Bebas)

Variabel-variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Harga saham sebelum dan sesudah stock split

Harga saham yang digunakan dalam penelitian adalah harga penutupan (closing price) harian saham. Harga penutupan merupakan cerminan posisi permintaan dan penawaran terakhir atas suatu saham pada suatu hari perdagangan. Penelitian ini menggunakan harga penutupan selama enam hari sebelum dan enam hari sesudah stock split.

b. Volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split

Volume perdagangan saham merupakan jumlah lembar saham yang diperdagangkan secara harian. Volume perdagangan saham yang digunakan adalah volume perdagangan harian saham selama enam hari sebelum dan sesudah

stock split.

c. Return Saham sebelum dan sesudah stock split

Return harian merupakan persentase perubahan harga saham pada hari ke t dengan harga saham pada hari t sebelumnya, adapun return saham dihitung dengan menggunakan rumus (Jones, 2010:130) :


(44)

dimana

TR = Total return saham

Pt = Harga penutupan saham pada hari ke t atau harga jual

Pb= Harga saham pada hari ke t-1 atau harga saham pada awal periode CF = Aliran kas pada periode t.

PC = Perubahan harga atau Pt-Pb

3.5. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang listing di BEI selama periode 2008-2013 dan melakukan corporate action berupa stock split, yaitu 48 perusahaan. Periode pengamatan yang digunakan adalah 12 hari perdagangan, yaitu enam hari sebelum stock split dan enam hari sesudah stock split. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode populasi sasaran dengan kriteria tertentu, yaitu:

a. Perusahaan yang listing di BEI pada periode 2008 sampai dengan 2013 dan melakukan corporate action berupa stock split pada periode 2008 sampai dengan 2013.

b. Pemecahan saham yang dilakukan adalah pemecahan saham naik. c. Data perusahaan tersedia lengkap untuk kebutuhan analisis.

d. Tidak melakukan corporate action yang lain seperti pengumuman right issue, stock dividend, bonus share dan pengumuman saham lainnya pada waktu yang sama dengan rentang waktu penelitian.


(45)

Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdapat 32 perusahaan. Berikut tabel yang menyajikan ringkasan perhitungan populasi sasaran yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.

Tabel 3.1

Perhitungan Populasi Sasaran

Emiten yang melakukan kebijakan stock split 60

Emiten yang melakukan reverse split 9

Emiten yang tidak mempunyai data lengkap 14 Emiten yang melakukan corporate action yang lain selama

periode penelitian 5

Jumlah populasi sasaran yang digunakan dalam penelitian 32 Sumber : Data Diolah

Berdasarkan keterangan di atas, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua yang menjadi populasi sasaran sebagai berikut:

Tabel 3.2

Data Populasi Sasaran Penelitian

No Nama Perusahaan Kode Tanggal Stock Split

1. Bank Sentral Asia Tbk BBCA 28 Januari 2008 2. Delta Dunia Makmur Tbk DOID 4 Agustus 2008 3. Persahaan Gas Negara (Persero) PGAS 4 Agustus 2008

4. Timah (Persero) Tbk TINS 8 Agustus 2008

5. Citra Tubindo Tbk CTBN 7 Januari 2009

6. Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN 8 Desember 2010 7. Intiland Development Tbk DILD 26 Juli 2010

8. Tunas Ridean Tbk TURI 17 Juni 2010

9. Astra Otoparts Tbk AUTO 24 Juni 2011

10. Bank Rakyat Indonesia (Persero) BBRI 11 Januari 2011 11. Bank Tabungan Pensiunan Nasional BTPN 28 Maret 2011

12. Intraco Penta Tbk INTA 6 Juni 2011

13. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk JTPE 26 Juli 2011

14. PP London Sumatra Indonesia Tbk LSIP 25 Februari 2011 15. Surya Semesta Internusa Tbk SSIA 7 Juli 2011

16. Malindo Feedmill, Tbk MAIN 15 Juni 2011 17. Ace Hardware Indonesia, Tbk ACES 1 November 2012


(46)

No Nama Perusahaan Kode Tanggal Stock Split

18. Berlina, Tbk BRNA 6 November 2012

19. Central Omega Resources Tbk DKFT 3 Agustus 2012

20. Kalbe Farma Tbk KLBF 8 Oktober 2012

21. Kresna Graha Sekurindo Tbk KREN 7 Agustus 2012 22. Modern Internasional Tbk MDRN 3 Juli 2012

23. Pudjiadi & Sons Tbk PNSE 28 September 2012 24. Pool Advista Indonesia Tbk POOL 3 Januari 2012

25. Petrosea Tbk PTRO 6 Maret 2012

26. Pakuwon Jati Tbk PWON 30 Maret 2012

27. Surya Citra Media Tbk SCMA 29 Oktober 2012 28. Arwana Citramulia Tbk ARNA 8 Juli 2013 29. Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA 19 April 2013 30. Modernland Realty Ltd Tbk MDLN 13 November 2013

31. Nipress Tbk NIPS 25 November 2013

32. Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI 29 November 2013 Sumber : www.ksei.co.id

3.6. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Data tersebut diperoleh dari dari lembaga atau instansi melalui pengutipan data atau melalui studi pustaka yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari: 1. IDX tahun 2008-2013

2. KSEI tahun 2008-2013


(47)

3.7. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu metode pengumpulan data dengan menelaah maupun mengutip langsung dari sumber tertulis seperti buku-buku, maupun literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.

b. Studi observasi, yaitu dengan mencatat harga saham penutupan, volume perdagangan, return saham dan harga bid dan ask harian masing-masing perusahaan selama periode penelitian, yaitu enam hari pada masa sebelum

stock split dan enam hari sesudah stock split.

3.8. Teknik Analisis Data

3.8.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum (Ghozali, 2006:19).

3.8.2. Analisis Regresi Linear Berganda

Hipotesis H1-H6 menggunakan uji regresi dengan tingkat toleransi sebesar 5% (α 0,05). Ho diterima apabila probabilitasnya sign > 0,05, dengan Ho ditolak apabila probabilitasnya sign ≤ = 0,05. Persamaan dalam regresi berganda merupakan cara yang dapat digunakan untuk menguji interaksi antar beberapa variable. Regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda


(48)

karena menggunakan satu variable dependen bid ask spread dan tiga variabel independen yaitu harga saham (X1), volume perdagangan (X2), dan return saham (X3). Adapun rumus yang dipakai yaitu (Imam Ghozali, 2000)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan :

Y = variabel terikat yaitu bid-ask spread

X1 = variabel bebas yaitu harga saham

X2 = variabel bebas yaitu volume perdagangan saham X3 = variabel bebas yaitu return saham

a = Konstanta

b1= Koefisien regresi harga saham

b2= Koefisien regresi volume perdagangan saham b3= Koefisien regresi return saham

e = Faktor gangguan

3.9. Uji Asumsi Klasik 3.9.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak (Ghozali, 2006:110). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Menurut Imam Ghozali (2006:112), pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan :


(49)

d. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

e. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.9.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel variabel independen. Jika variabel-variabel saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas adalah nol (Ghozali, 2006:91).

Menurut Imam Ghozali ( 2006:91 ), untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut :

a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (biasanya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.


(50)

c. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2)

Variance Inflation Factor ( VIF ). Batas toleransi value adalah 0,10 dan VIF adalah 10. Apabila nilai tolerance value kurang dari 0,10 atau VIF lebihbesar dari 10 maka terjadi multikolinearitas.

3.9.3. Uji Autokarelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Pengujian autokorelasi ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW-test). Menurut Ghozali (2006,96), terdapat beberapa kriteria yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan apakah ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu sebagai berikut:

a. Jika 0 < d <dl, berarti ada aotukorelasi positif.

b. Jika dl d du, berarti hasilnya tidak dapat disimpulkan c. Jika 4-dl < d< 4, berarti ada autokorelasi negatif.

d. Jika 4-du d 4-dl, berarti hasilnya tidak dapat disimpulkan e. Jika du < d < 4-du, berarti tidak ada autokorelasi.


(51)

3.9.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:105). Model regresi yang baik adalah yang terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisias.

Menurut Ghozali (2006:105), cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedasitas adalah dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID, caranya dengan mendeteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot antara SRESID dan ZPRED.

Sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesuangguhnya). Dasar analisis adalah sebagai berikut :

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 dan sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.10. Pengujian Hipotesis

Untuk memudahkan penghitungan dalam penelitian yang akan dilakukan, maka digunakan alat bantu SPSS. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian hipotesis untuk penelitian ini adalah :


(52)

1. Uji Statistik F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai sig dengan tingkat signifikasi sebesar 5 %. Apabila Sig < 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan secara simultan variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependen. Atau dapat juga dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel, bila nilai F hasil perhitungan lebih besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2. Uji Statistik t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Uji t digunakan untuk menguji suatu hipotesis mengenai sikap koefisien regresi parsial individual terhadap variabel dependennya. Uji t dilakukan dengan membandingkan Sig t dengan tingkat signifikasi sebesar 5 %. Apabila Sig t < 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel independent dengan variabel dependennya. Atau sebaliknya, apabila Sig t > 0,05 maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independent dengan variabel dependennya.


(53)

3. Uji paired sample t test (Uji beda)

Hipotesis kedua, ketiga dan keempat akan menguji apakah terdapat perbedaan harga saham, volume perdagangan dan return saham selama periode pengamatan. Begitu pula dengan hipotesis kelima yang akan menguji apakah terdapat perbedaan atau perubahan bid ask spread yang terjadi selama dua belas hari di sekitar peristiwa stock split, yaitu enam hari sebelum stock split dan enam hari sesudah stock split. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji beda

paired sample t-test. Pada uji ini, variabel yang akan diuji beda akan dikelompokkan menjadi dua, yaitu pada masa sebelum stock split dan sesudah

stock split. Lalu uji menggunakan paired sample t test dilakukan sehingga akan diketahui ada tidaknya perbedaan/perubahanyang terjadi di sekitar stock split.


(1)

13.3. Uji Autokorelasi Pada Masa Sesudah Stock Split

Tabel 4.10

Hasil Uji Durbin Watson Pada Masa Sesudah Stock Split

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .628a .394 .361 .32575 1.977

a. Predictors: (Constant), Ln_Return, Ln_Harga, Ln_Volume b. Dependent Variable: Ln_Spread

13.4. Uji Heteroskedastisitas Pada Masa Sesudah Stock Split

Gambar 4.7


(2)

Hasil Uji Glejser Pada Masa Sesudah Stock Split

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .430 .347 1.237 .221

Ln_Harga .063 .031 .262 2.024 .051

Ln_Volume -.029 .017 -.217 -1.670 .101

Ln_Return .048 .034 .176 1.388 .171

a. Dependent Variable: Absut

Lampiran 14

14.1. Uji Determinasi Pada Masa Sebelum Stock Split

Tabel 4.12

Hasil Uji Determinasi Pada Masa Sebelum Stock Split

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .584a .341 .312 .52559

a. Predictors: (Constant), Ln_Return, Ln_Volume, Ln_Harga

14.2. Uji Determinasi Pada Masa Sesudah Stock Split

Tabel 4.13


(3)

Lampiran 15

15.1. Uji Signifikansi Simultan Pada Masa Sebelum Stock Split

Tabel 4.14

Hasil Uji F Pada Masa Sebelum Stock Split

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9.710 3 3.237 11.717 .000a

Residual 18.784 68 .276

Total 28.494 71

a. Predictors: (Constant), Ln_Return, Ln_Volume, Ln_Harga b. Dependent Variable: Ln_Spread

15.2. Uji Signifikansi Simultan Pada Masa Sesudah Stock Split

Tabel 4.15

Hasil Uji F Pada Masa Sesudah Stock Split

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.796 3 1.265 11.924 .000a

Residual 5.836 55 .106

Total 9.632 58

a. Predictors: (Constant), Ln_Return, Ln_Harga, Ln_Volume b. Dependent Variable: Ln_Spread


(4)

16.1. Uji T Pada Masa Sebelum Stock Split

Tabel 4. 16

Hasil Uji T Pada Masa Sebelum Stock Split

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.497 .937 -.531 .597

Ln_Harga -.351 .066 -.552 -5.350 .000

Ln_Volume -.046 .037 -.128 -1.240 .219

Ln_Return .176 .075 .233 2.361 .021

a. Dependent Variable: Ln_Spread

16.2. Uji T Pada Masa Sesudah Stock Split

Tabel 4. 17

Hasil Uji T Pada Masa Sesudah Stock Split

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.622 .556 -4.718 .000

Ln_Harga -.276 .050 -.596 -5.541 .000


(5)

Lampiran 17

Tabel 4.18

Hasil Uji Beda Harga Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std.

Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pair 1 Harga_sb - Harga_sd 6.649E3 8864.06 639.70 5386.75 7910.35 10.393 191 .000

Sumber : Data Diolah

Lampiran 18

Tabel 4.19

Hasil Uji Beda Volume Perdagangan Sebelum dan Sesudah Stock Split

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig.

(2-tailed

)

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

Pair 1 Volume_sb - Volume_sd -10596349.53 22481396.12 1622455.01 -13796580.37 -7396118.68 -6.53 191 .000


(6)

Tabel 4.20

Uji Beda Return Saham Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Return_sb - Return_sd .0023427 .0470104 .003392 -.004349 .009034 .691 191 .491

Sumber : Data Diolah

Lampiran 20

Tabel 4.21

Hasil Uji Beda Bid Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviati

on

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pair 1 Spread_sb - Spread_sd .059970 .351644 .025377 .009913 .110026 2.363 191 .019


Dokumen yang terkait

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 156 121

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 15 121

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

5 22 132

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 14

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BID ASK SPREAD PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT (Studi kasus pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode tahun 2011-2013)

0 0 14