Latar Belakang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bid Ask Spread Pada Masa Sebelum Dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini, keberadaan pasar modal menjadi sangat penting karena peranannya yang sangat besar dalam membangun perekonomian suatu negara. Banyaknya pilihan investasi dengan ekspektasi pengembalian yang lebih besar di masa depan, masyarakat pun semakin tertarik dengan iklim investasi di pasar modal. Banyak masyarakat kini yang lebih memilih menunda konsumsi penggunaan sejumlah dana pada masa sekarang dengan tujuan untuk mendapat keuntungan di masa yang akan datang. Partisipasi masyarakat di pasar modal pun menjadi sama pentingnya dengan pasar modal itu sendiri. Tanpa para pelaku, pasar modal tidak dapat bejalan dengan semestinya. Demikian juga sebaliknya tanpa pasar modal, maka para pelaku tersebut juga tidak memiliki kehidupan yang wajar. Pada umumnya pasar modal merupakan lembaga perantara intermediaries, yang menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Selain itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang mempunyai kelebihan dana investor dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. Universitas Sumatera Utara Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa 1 saham, 2 obligasi, 3 bukti right, 4 bukti waran, 5 derivative Samsul, 2006. Seorang investor memiliki kekuasaan penuh dalam menentukan pada efek mana mereka akan menginvestasikan asetnya. Namun pada dasarnya semua investor akan memilih berinvestasi pada jenis aset yang memberikan return yang setinggi-tingginya dari suatu investasi yang dilakukan. Seorang investor membutuhkan adanya informasi historis maupun ramalan yang akurat, relevan, dan tepat waktu karena sangat menentukan keberhasilan mereka dalam menanamkan modal jangka panjang di pasar modal Yuliastari, 2008. Dengan kata lain, informasi hanya akan bernilai apabila informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal yang akan tercermin dalam indikator atau karakteristik pasar seperti volume perdagangan, harga saham dan lain-lain. Informasi tersebut dapat berupa informasi mengenai fluktuasi harga sekuritas di masa lalu atau fluktuasi volume perdagangannya. Sementara itu, informasi yang berupa ramalan akan peristiwa di masa depan kebanyakan digunakan investor sebagai antisipasi atau disebut dengan pendiskontoan informasi. Kejadian yang diantisipasi misalnya pengumuman keputusan finansial, antara lain pembagian dividen, right issue, stock split pemecahan saham, atau pembagian saham bonus. Kebijakan stock split dilakukan apabila harga saham di pasar dianggap terlalu tinggi sehingga likuiditas perdagangan saham mulai mengecil. Handa dan Schwartz dalam Saftiana dan Rahmidiansari 2008 menyatakan bahwa investor menginginkan tiga hal dari pasar yaitu likuiditas, likuiditas dan likuiditas. Hal ini Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa ketika saham dinilai terlalu “mahal” oleh investor, saham akan mulai tidak diminati atau likuiditas saham tersebut akan menurun. Oleh karena itu, penting bagi emiten untuk memperhatikan likuiditas saham perusahaan mereka sehinga bid price minat beli terhadap saham mereka tetap tinggi. Salah satunya dengan melakukan stock split saat harga saham dinilai terlalu mahal oleh investor. Salah satu faktor untuk mengukur tingkat likuiditas saham adalah dengan mengguanakan Trading Volume Activity Prasetino, 2012. Hal ini dikarenakan volume perdagangan saham sering digunakan sebagai parameter aktivitas jual beli saham di bursa, semakin meningkat jual beli saham maka aktivitas perdagangan saham dibursa juga akan semakin meningkat. Hal tersebut akan berpengaruh pada permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Semakin meningkat permintaan dan penawaran suatu saham, maka pengaruhnya pun akan semakin besar terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Sedangkan semakin meningkatnya volume perdagangan saham hal tersebut menandakan bahwa saham tersebut semakin diminati oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naik atau turunnya harga atau return saham tersebut Fatmawati dan Marwan, 1999. Saham yang aktif diperdangkan adalah saham dengan tingkat return yang tinggi Nurmayanti, 2009. Hal ini dikarenakan dealer tidak akan lama menyimpan suatu saham yang aktif diperdagangkan sehingga menurunkan biaya pemilikan dan pada akhirnya menurunkan tingkat bid ask spread saham Nany, 2004. Pada awal tahun 2005, penelitian yang dilakukan Dash dan Gouda 2005 pada sampel di pasar modal India tentang pengaruh stock split terhadap likuiditas Universitas Sumatera Utara saham di pasar modal India menemukan bahwa masih sering terjadi pergerakan harga yang tidak normal yang jauh melampaui kisaran perdagangan normal. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Forjan dan McCorry 1995 pada bursa saham utama di US. Hasil penelitian ini menyimpulkan adanya peningkatan harga saham dan penurunan persentase bid ask spread setelah pengumuman stock split. Wang dan Yau 2000 juga menyimpulkan hal yang sama. Mereka menyimpulkan bahwa harga saham berpengaruh positif terhadap bid ask spread. Artinya peningkatan harga akan menyebabkan bid ask spread saham mengalami kenaikan. Sementara itu, beberapa peneliti di Indonesia menyimpulkan hal yang bervariasi tentang pengaruh harga saham terhadap bid ask spread saham. Hasil penelitian Ady, Ubud dan Harry 2010 dan Purwanto 2004 menyimpulkan harga saham berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap bid ask spread. Tetapi hal sebaliknya justru terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Akmila dan Kusuma 2003 tentang pengaruh stock split terhadap likuiditas saham yang menemukan bahwa harga saham berpengaruh positif signifikan terhadap bid ask spread saham. Lyroudy dan Apostolos 2006 juga melakukan penelitian tentang pengaruh stock split terhadap volume perdagangan pada saham yang terdaftar di NASDAQ. Lyroudy dan Apostolos 2006 dan Suresha dan Naidu 2013 menyimpulkan stock split meningkatkan likuiditas saham. Mereka sama-sama menyimpulkan adanya peningkatan volume perdagangan sesudah stock split dengan membandingkannya pada masa sebelum stock split. Sementara itu, Wang Universitas Sumatera Utara dan Yau 2000 meneliti pengaruh volume perdagangan secara parsial terhadap bid ask spread saham dan menyimpulkan bahwa volume perdagangan berpengaruh negatif terhadap bid ask spread. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penenlitian yang dilakukan oleh Akmila dan Kusuma 2003 yang menemukan bahwa volume perdagangan berpengaruh positif terhadap bid ask spread saham. Artinya likuiditas saham, yang dapat diukur dengan volume perdagangan, mengalami penurunan setelah stock split . Rokhman, Didied dan Kiptiyah 2009 juga melakukan analisis pada return , abnormal return, aktivitas volume perdagangan dan bid ask spread saham di seputar pengumuman stock split pada perusahaan manufaktur di BEJ. Hasil penelitian ini menyimpulkan adanya perbedaan yang signifikan pada return dan abnormal return pada masa sebelum dan sesudah stock split. Ambarwti 2008 sendiri menyimpulkan bahwa return saham memiliki pengaruh positif signifikan terhadap bid ask spread. Namun Halim dan Hidayat 2000 menemukan hal yang berlawanan. Dengan menggunakan model koreksi kesalahan, Halim dan Hidayat 2000 menyatakan bahwa baik volume perdagangan danatau return saham berpengaruh dengan arah yang negatif terhadap bid ask spread saham perusahaan industri rokok di BEJ. Berdasarkan data periode tahun 2008 sampai 2013, terdapat 51 perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan stock split up. Stock split up dilakukan bertujuan agar harga saham lebih rendah dan jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak, sehingga investor mudah melakukan pembelian. Universitas Sumatera Utara Berikut disajikan gejala pengamatan awal pada rata-rata bid-ask spread beberapa perusahaan yang melakukan kegiatan stock split up dengan rasio pemecahan saham yang bervariasi. Tabel 1.1 Data Peningkatan Rata-rata Bid-Ask Spread Tertinggi Perusahaan Yang Melakukan Stock Split Up No EMITE N Rata-rata Bid- Ask Spred Sebelum Stock Split Rata-rata Bid Ask Spread Sesudah Stock Split Selisih Bid-Ask Spread Sesudah-Sebelum 1 PWON 0.012500 0.029024 0.016523 2 BBCA 0.009890 0.021871 0.011981 3 TINS 0.002335 0.010753 0.008419 4 DILD 0.009305 0.017197 0.007891 5 ACES 0.008398 0.015910 0.007512 6 SSIA 0.007426 0.014825 0.007399 7 JTPE 0.010095 0.017455 0.007360 8 INTA 0.006515 0.013715 0.007200 Sumber : Data Diolah Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa beberapa perusahaan di BEI yang melakukan stock split up pada periode 2008-2013 yang mengalami peningkatan rata-rata bid ask spread sesudah stock split dilakukan. Fenomena ini berlawanan dengan apa yang diungkapkan oleh Forjan dan McCorry 1995, yang menyatakan bahwa persentase bid-ask spread akan mengecil sesudah stock split dilakukan. Begitu juga dengan teori yang mendasari stock split itu sendiri yaitu signaling hypothesis dan optimal trading range hypothesis yang menyatakan bahwa setelah dilakukannya stock split, maka likuiditas saham akan meningkat Griffin, 2010. Dari berbagai penelitian yang telah dijelaskan, dapat dilihat bahwa stock split memberi pengaruh yang tidak konsisten terhadap bid ask spread maupun variabel lain yang mempengaruhi bid ask spread seperti, harga saham, volume Universitas Sumatera Utara perdagangan dan return saham. Dari beberapa penelitian tersebut, dapat dilihat pula bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain di bursa asing dengan hasil penelitian yang dilakukan di BEI. Selain itu fenomena yang terjadi pada rata-rata bid-ask spread pada beberapa perusahaan di BEI yang melakukan stock split pada periode 2008-2013 yang menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori yang ada, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk memperkuat teori yang ada.

1.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 156 121

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 15 121

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

5 22 132

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 14

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BID ASK SPREAD PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT (Studi kasus pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode tahun 2011-2013)

0 0 14