Signaling Theory Trading Range Theory.

1. Signaling Theory

Teori signaling dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam insider perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi mutakhir dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor luar. Munculnya masalah asymmetric information ini membuat investor secara rata-rata memberikan penilaian yang lebih rendah terhadap semua saham perusahaan. Dalam bahasa teori signaling, kecenderungan ini disebut pooling equilibrium karena perusahaan berkualitas bagus dan perusahaan berkualitas jelek dimasukkan dalam ‘pool’ penilaian yang sama Arifin, 2005:11-12. Menurut Griffin 2010, peristiwa stock split sering kali dipandang sebagai kejadian yang positif karena mengindikasikan kinerja perusahaan yang lebih baik di masa depan. Hal ini menyebabkan peristiwa stock split dapat mempengaruhi nilai perusahaan, yang tercermin dari perubahan harga dan volume perdagangan saham yang terjadi. Sehingga pengumuman stock split akan direspon pasar sebagai suatu sinyal yang mempengaruhi harga saham dan volume perdagangan saham.

2. Trading Range Theory.

Sartono 2010:297 berpendapat bahwa tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam trading range tertentu. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh trading range theory, bahwa manajemen menilai harga sahamnya terlalu tinggi overpriced menyebabkan kurang efektifnya saham tersebut diperdagangkan. Trading range theory ini sebagian Universitas Sumatera Utara besar diakibatkan oleh pengaruh psikologis, karena investor dengan jumlah dana investasi terbatas akan lebih memilih untuk berinvestasi pada jumlah lembar saham yang lebih banyak ketimbang pada saham dengan jumlah lembar saham yang lebih sedikit, meskipun jumlah yang diinvestasikan sama Griffin, 2010. Teori ini menyatakan bahwa dengan dilakukannya stock split akan mempengaruhi psikologis investor yang merasa harga suatu saham sudah terlampau mahal. Manajemen berharap stock split dapat meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjual-belikannya yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.

2.1.3. Pengertian Bid Ask Spread

Dokumen yang terkait

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 156 121

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 15 121

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

5 22 132

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 14

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Varian Return Terhadap Bid-Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BID ASK SPREAD PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT (Studi kasus pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode tahun 2011-2013)

0 0 14