Berlanjutnya Kolonialisme di Indonesia

transmigrasi merupakan produk asing, namun, menurut pemerintahan Orde Baru, program ini cukup berhasil karena beberapa hal. Pertama, program transmigrasi telah berhasil memindahkan penduduk yang padat terutama di Pulau Jawa, Bali, dan Madura ke wilayah baru yang penduduknya lebih sedikit. Kedua, program ini menjadi solusi untuk mengatasi jumlah penduduk miskin di Indonesia. Ketiga, program transmigrasi membuka jalan untuk pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Dengan melanjutkan program transmigrasi dari pemerintah kolonial Hindia Belanda, pemerintahan Orde Baru, telah melanjutkan kebijakan kolonial. Namun, dengan melanjutkan program transmigrasi dari pemerintah kolonial Belanda, pemerintah Indonesia tidak merasa bahwa kebijakan transmigrasi sebagai bentuk dari kolonialisme baru. Hal ini dikarenakan oleh pandangan pemerintah yang menganggap bahwa kebijakan transmigrasi sebagai solusi untuk mengatasi jumlah penduduk di Pulau Jawa, mengurangi angka kemiskinan, dan melaksanakan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

F. Transmigrasi Orde Baru sebagai Kolonialisme Internal

Dengan berakhirnya kolonialisme Eropa di Indonesia, secara khusus kolonialisme Belanda, maka secara de iure bangsa Indonesia memang telah terbebas dari segala macam bentuk penindasan asing. Ini bukan berarti bahwa Indonesia terlepas dari pengaruh asing. Hal ini tampak dengan terus direproduksinya ilmu pengetahuan Barat di Indonesia. Meskipun bangsa Indonesia telah merdeka dari tangan penjajahan asing, secara de facto praktek- praktek kolonial di Indonesia tidak ikut berakhir, sebaliknya terus berlanjut dan digantikan oleh kolonialisme internal yang baik pelaku maupun korbannya adalah sama-sama orang Indonesia. Menurut Bradley Simpson, di masa awal kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Soekarno mengakui bahwa Indonesia adalah negara besar yang kaya sumber daya alam. Oleh karena itu, dalam menjalankan pemerintahannya Presiden Soekarno mulai mengambil alih kontrol ekonomi dari tangan asing dengan cara membangun basis ekonomi bagi kesatuan nasional, pembangunan, dan kemandirian nasional. Pengambilalihan kontrol ekonomi tersebut dilakukan karena Soekarno meyakini bahwa kolonialisme di Indonesia belum benar-benar berakhir. Oleh karena itu, dalam pidato kenegaraan yang disampaikan presiden pada pembukaan Konferensi Asia-Afrika di Bandung, Soekarno mengatakan: Saya meminta Anda, jangan memahami kolonialisme hanya dalam bentuknya yang lama, seperti kami orang Indonesia, dan saudara- saudara kita di berbagai belahan Asia dan Afrika pahami. Kolonialisme juga memiliki pakaiannya yang baru, dalam bentuk kontrol ekonomi, kontrol intelektual, kontrol tindakan fisik oleh kelompok kecil tapi asing dalam sebuah bangsa. 68 Kutipan pidato Presiden Soekarno dalam pembukaan Konferensi Asia- Afrika seperti yang dikutip oleh Simpson menunjukkan bahwa semangat kolonialisme tidak pernah berakhir meskipun daerah jajahan telah merdeka sekalipun. Dengan kata lain, menurut Simpson, kolonialisme yang berakhir di Indonesia hanyalah penjajahan dalam bentuk fisik bukan non-fisik. 68 Ibid, hal. 25