Teknik Pengumpulan Data Orientalisme timur atas timur wacana `Pembangunan` dalam program transmigrasi pemerintah orde baru di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.

Wawancara akan dilakukan pada para pejabat daerah yang mewakili dinas terkait dan warga transmigrasi yang mengikuti program transmigrasi di Kabupaten Melawi. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui bagaimana penduduk lokal orang-orang Dayak di Kabupaten Melawi diwacanakan oleh para pejabat daerah, yang mewakili pemerintah Orde Baru dan orang-orang pendatang yang menjadi peserta program transmigrasi. Untuk memenuhi hal tersebut, maka penulis akan memilih orang-orang yang akan diwawancarai seperti: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Melawi, serta orang-orang pendatang yang menjadi peserta program transmigrasi. G.3. Sumber Data Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian tesis ini dibagi dalam dua kategori. Pertama, data lisan yang akan melibatkan beberapa narasumber wawancara. Kedua, data tertulis yang akan diambil dari beberapa buku-buku yang terkait dengan kajian orientalisme, kajian transmigrasi, Surat Keterangan Menteri Transmigrasi, serta karya tulis ilmiah lainnya yang menurut penulis dapat membantu dalam penyelesaian tesis ini. G.4. Teknik Pengumpulan Data Dalam teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah melakukan beberapa tahapan, di antaranya observasi lapangan. Tujuan dari observasi lapangan ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi di lokasi yang dijadikan wilayah transmigrasi. Selain itu, penulis juga akan melakukan wawancara dengan beberapa narasumber sebagai berikut: 1. Wawancara dengan Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat. 2. Wawancara dengan Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Melawi. 3. Wawancara dengan warga pendatang yang menjadi peserta program transmigrasi di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini akan dibagi menjadi lima bab. Masing-masing bab akan memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Pada bab pertama tesis ini akan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teoritis teknik pengumpulan data, dan sitematika penulisan tesis. Dalam bab dua penulis akan menguraikan tentang ideologi kolonial di Indonesia dari masa kolonial hingga masa pascakolonial. Selain itu, dalam bab ini penulis juga akan menguraikan mengenai orientalisme dalam sejarah Indonesia, hubungan antara kolonialisme, orientalisme dan imperialisme, berlanjutnya kolonialisme di Indonesia, dan contoh kasus program transmigrasi yang menunjukkan bahwa kolonialisme di Indonesia terus berlanjut pada masa pascakolonial, secara khusus di masa pemerintahan Orde Baru. Dalam bab tiga penulis akan menguraikan tentang wacana apa saja yang mengiringi berlanjutnya kolonialisme di Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru. Selain itu, dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai sejarah transmigrasi di Indonesia, pelaksanaan program transmigrasi di Kabupaten Melawi, dan menguraikan bagaimana penduduk lokal orang-orang Dayak yang ada di Kabupaten Melawi diwacanakan oleh pemerintah Orde Baru. Dalam bab empat penulis akan menganalisis hasil penulisan atas bab satu, dua, dan tiga serta menguraikan apakah kebijakan transmigrasi yang dilanjutkan oleh pemerintah Orde Baru serupa dengan orientalisme yang terjadi di Timur Tengah, secara khusus orientalisme di Mesir. Selain itu, dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang bagaimana kebijakan transmigrasi pemerintah Orde Baru yang berlangsung di Kabupaten Melawi mirip dengan orientalisme yang terjadi di Timur Tengah, apa sebenarnya orientalisme itu, dan bagaimana membuktikan bahwa orientalisme itu juga terjadi dalam pelaksanaan program transmigrasi di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Sementara itu pada bab lima penulis akan menyimpulkan beberapa hal pokok yang ada dalam tulisan tesis ini yang dimulai dari bab pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Beberapa hal tersebut mencakup gagasan-gagasan pokok yang bisa menunjukkan bahwa orientalisme maupun kolonialisme yang terjadi di Indonesia pada masa pascakolonial, pelakunya bukanlah orang-orang Barat pada umumnya, melainkan pelakunya adalah orang-orang Indonesia sendiri, secara khusus pemerintah Orde Baru.