131
3.6. Keterbatasan Dana Pinjaman dan Godaan RABO BANK
Perkembangan dan pertumbuhan komunitas CUM “Talenta” baik dari sisi keanggotaan maupun dari sisi keuangan tampaknya telah pula memunculkan sejumlah persoalan
baru. Salah satu persoalan tersebut adalah ketidakmampuan komunitas CUM “Talenta” mencairkan dana pinjaman kepada anggota. Artinya, jumlah simpanan anggota tidak
mampu mencukupi kebutuhan pinjaman kredit yang dimohonkan oleh anggota sendiri. Terjadi antrian peminjam yang cukup panjang karena permohonan pinjaman tidak dapat
dengan segera dicairkan. Tidak jarang keadaan itu telah memicu timbulnya konflik antara anggota dan komisaris. Bahkan, sejak tahun 2008 hingga tahun 2011 trend
anggota yang menarik sahamnya dan selanjutnya menyatakan diri keluar menunjukkan trend yang menaik.
Dalam laporan pertanggungajawaban Badan Pengurus dan laporan Badan Pengawas pada RAT tahun 2012, meskipun jumlahnya tidak terlalu signifikan bila
dibandingkan dengan jumlah anggota yang masuk menjadi anggota komunitas CUM “Talenta”, namun jumlah anggota yang keluar sesungguhnya menunjukan trend menaik
lihat: Tabel 6: Pertumbuhan dan Perkembangan komunitas CUM “Talenta” 2007- 2011.
Dalam kondisi seperti itu, sebuah satu Bank Umum nasional yakni RABO BANK”,
198
sempat menawarkan kerjasama dengan memberi pinjaman modal kepada komunitas CUM “Talenta” dengan jasa 0,5. Setelah melalui perbincangan dan diskusi
yang mendalam -meskipun pada awalnya tawaran kerjasama tersebut sempat disetujui Pimpinan Pusat GKPS, namun
kerjasama itu kemudian dibatalkan. Alasan
198
Rabo Bank adalah salah satu dari 23 Bank Umum Nasional yang sahamnya secara mayoritas telah dikuasai asing dan sedang beroperasi di wilayah pedesaan di Indonesia. Selanjutnya lihat: T.Handono
Eko Prabowo 2010 Pengembangan Kekuatan-Kekuatan Transformatif Untuk Kedaulatan Sosial Ekonomi: Sebuah Refleksi Sosial Ekonomi, Yogyakarta, USD, hlm,7-6
132
pembatalankerjasama tersebut lantaran dianggap melanggar prinsip kemandirian dan keswadayaan yang diatur dalam ADART komunitas CUM Talenta”.
199
199
Wawancara dengan SS manajer CUM Saribudolok tanggal 05 Maret 2012, di kantor CUM “Talenta” Saribudolok.
133
BAB IV IDENTITAS POLITIK “GEREJA SUKU” :
DARI GERAKAN EKONOMI KE GERAKAN POLITIK
4.1. Pengantar
Pada pembahasan di dua bab sebelumnya, secara deskriptif telah dipaparkan latar belakang historis kemunculan wacana “credit union modifikasi” CUM dan juga
bagaimana wacana CUM dikonkretisasi ke dalam konteks GKPS yang mewujud menjadi kesatuan sosial komunitas CUM “Talenta”. Selain itu, sudah diceritakan juga
sejumlah Aktivitas yang dilakukan kesatuan sosial komunitas CUM “Talenta” untuk merespon tuntutan-tuntutan dari beragam kesatuan sosial yang antagonistik yang
membentuk komunitas tersebut. Penguraian pada bab sebelumnya masih sekadar memberi informasi dan belum membeberkan secara mendalam ihwal hegemoni yang
dihadapi oleh MPA dan strategi diskursif yang dilakukannya untuk menciptakan formasi hegemoni tandingan yang dicita-citakannya. Demikian juga halnya dengan uraian
tentang pembentukan kesatuan sosial Komunitas CUM “Talenta” belum membeberkan problematisasinya dari perspektif hegemoni LM.
Oleh karena itu, uraian pada bab IV ini berisi analisis atas artikulasi identitas politik “gereja suku” di ruang publik tersebut sebagaimana direpresentasikan oleh
Komunitas CUM “Talenta”. Dengan melakukan analisis dan porblematisasi atas data- data yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, uraian pada bab ini dapat memberi
gambaran menyeluruh tentang tujuan dan inti studi ini dilakukan yakni untuk mengetahui sejauhmana komunitas CUM “Talenta” mampu mengartikulasi identitas
politik “gereja suku” GKPS di ruang publiknya di pedesaan di tanah Simalungun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI