172
4.3.4.4. Mendirikan Perusahaan CV. Talenta: Memotong Jalur Pemasaran Kopi
Tanaman kopi adalah salah satu produk pertanian andalan masyarakat Simalungun bagian atas Barat di samping produk sayur mayur dan buah-buahan. Masyarakat lokal
Simalungun menyebut jenis varietas kopi mereka dengan sebutan kopi “sigarar utang” kopi untuk bayar hutang. Sebagai daerah penghasil kopi, tidak heran kalau daerah ini
diserbu oleh para pembeli kopi untuk kemudian dipasarkan kembali ke perusahaan- perusahaan pengolah biji kopi. Di era teknologi informasi saat ini tidaklah sulit untuk
mengetahui disparitas harga kopi di berbagai daerah. Apa yang ditemukan oleh komunitas CUM “Talenta” adalah adanya disparitas harga yang cukup mencolok di
tingkat petani dengan harga kopi di tingkat perusahaan. Rendahnya harga kopi masyarakat di Simalungun ini diperparah lagi oleh kenyataan di mana para pembeli kopi
juga masih harus membayar sejumlah uang kepada “preman” di daerah ini yang bahkan bisa mencapai Rp.500 per kilogram.
Semuanya itu tentu akan dibebankan kepada petani. Akibatnya, petani sebagai produsen kopi justru hanya mendapatkan keuntungan yang sedikit dibanding dengan
para pembeli yang datang dari luar daerah sebab merekalah yang langsung menjual kopi tersebut ke perusahaan. Kesadaran akan adanya disparitas marjin harga komoditas kopi
yang cukup mencolok itulah yang mendorong kesatuan sosial komunitas CUM “Talenta” membuat sebuah keputusan melalui rapat anggota tahunan pada tahun 2012 di
mana hampir Rp. 400 jutaan Sisa Hasil Usaha SHU yang seharusnya dibagikan kepada anggota kemudian diputuskan secara bersama untuk tidak dibagi tetapi dialokasikan
sebagai dana awal untuk mendirikan sebuah perusahaan milik anggota komunitas CUM “Talenta” secara kolektif. Pendirian perusahaan CV.Talenta ini termasuk unik sebab
kesatuan sosial komunitas CUM “Talenta” sendiri adalah sebuah komunitas yang tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
berbadan hukum namun harus mendirikan sebuah perusahaan yang mempersyaratkan adanya badan hukum. Untuk mengatasi persoalan tersebut komunitas ini tampak
menggunakan celah yuridis di mana perusahaan tersebut didirikan oleh representasi komunitas CUM “Talenta” dan dengan perjanjian yang ditandatangani dihadapan
notaris bahwa CV.Talenta tersebut adalah milik anggota komunitas CUM “Talenta”. Melalui CV. Talenta inilah, komunitas CUM “Talenta” mulai mengumpulkan
sendiri kopi anggota untuk dipasarkan secara langsung ke tingkat perusahaan. Dari sini komunitas CUM “Talenta” kemudian mengenal beberapa perusahan pengolah biji kopi
seperti PT.Volkopi Indonesia dan dengan Tiga Raja International Coffee sebuah perusahaan pengolah biji kopi dari Australia yang memiliki perwakilan di daerah
Silimakuta Saribudolok Lisa and Leo’s organic coffee:
We are buying coffee from a farmer group who are all members of one grower’s co-operative called Talenta. It has over 10,000 members; 7,000 members are
coffee farmers and 5,000 of those members are attached to the Saribu Dolok office which covers the sub-regions of Silimakuta, Dolok Silau and Pematang
Purba. These are the three regions from whom we will be buying our coffee.Talenta is a highly organised group. They have a total of 117 active
‘komisaris’. Komisaris are members who live in the villages and are employed to collect parchment coffee from the local member farmers”.
238
Kerjasama yang dilakukan komunitas CUM “Talenta” dengan perusahaan dari Australia ini memang dapat mendongkrak harga kopi di tingkat petani. Terobosan yang
dilakukan oleh komunitas CUM “Talenta” ini sempat membuat “preman desa” yang selama ini mendapatkan keuntungan dari “upeti” yang diberikan pembeli menjadi
berang bahkan sempat mengancam Pendeta manajer dan pegawai komunitas CUM
238
http:www.fivesenses.com.aublog20140205its-all-systems-go-at-tiga-raja-mill: diakses: 12 Maret 2015.
174
“Talenta”. Menurut salah seorang manajer CUM “Talenta”, “preman desa” tidak dapat menerima, Pendeta mengelola bisnis. Meskipun, begitu seiring berjalannya waktu dan
dengan mengadakan pendidikan dan penyadaran lewat Aktivitas kegerejaan yakni persekutuan doa antar keluarga dan khotbah-khotbah kebaktian Minggu, seklompok
masyarakat yang tadinya merasa terganggu dengan kehadiran komunitas CUM “Talenta” lambat laun kini dapat memahaminya sebagai bagian dari tugas gereja.
4.3.4.5. Mengubah Tanda Pengenal Diri: Dari Komunitas “Credit” ke Komunitas “Credo” : Siasat Melawan Intervensi Pemerintah
Sejak awal berdiri, hingga penelitian ini dilakukan komunitas CUM “Talenta” bukanlah sebuah komunitas yang memiliki badan hukum. Dari sejarah pembentukkannya juga
cukup jelas diketahui bahwa pembentukan kesatuan sosial komunitas CUM “Talenta” ini bertolak dari kesulitan institusi GKPS untuk memberi respons etis terhadap berbagai
bentuk krisis sosial ekonomi yang dihadapi jemaatnya. Itulah sebabnya sejak awal komunitas CUM “Talenta” ini mengklaim dirinya sebagai bagian dari pelayanan
diakonia gereja GKPS meskipun hal ini jelas merupakan klaim sepihak. Sudah dijelaskan pada bab sebelumnya komunitas CUM “Talenta” tidak lahir dari rahim
institusi GKPS secara legal formal. Perlu ditambahkan bahwa persoalan atau tuntutan akan badan hukum komunitas
CUM “Talenta” baru mengemuka sejak komunitas ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat baik dari sisi finansial maupun jumlah anggotanya.
Tidak sedikit anggota komunitas CUM “Talenta” sejak ia menyatakan masuk sebagai anggota sudah mengetahui ihwal ketiadaan badan hukum komunitas ini tetapi mereka
masih tetap bertahan menjadi anggota. Salah satu alasannya adalah kehadiran para Pendeta sebagai manajer ataupun pengurus komunitas yang dianggap bisa
175
menghadirkan kepercayaan trust kepada anggotanya. Bapak Sianturi dan ibu Saragih lihat: bab III misalnya mempertanyakan ihwal badan hukum komunitas ini tetapi ia
tetap tidak menyatakan diri keluar sebab trust dalam komunitas masih terjaga, mungkin karena manajer dan pengurusnya para Pendeta, demikian pak Sianturi mengatakannya.
Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan moral-spiritual yang dijalankan oleh pemimpin agama Pendeta dapat mengatasi budaya formalisme yang semakin merebak
di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Selain itu, ketiadaan badan hukum komunitas CUM “Talenta”, lambat laun
mulai dipersoalkan oleh “mereka” yang di luar komunitas termasuk institusi-institusi keuangan yang menjadi kompetitor komunitas ini termasuk petugas pajak. Tanda
pengenal kedirian komunitas CUM “Talenta” sebagai “komunitas credit” telah mengundang aparatus pemerintah lokal untuk meminta pajak. Alasannya, karena
komunitas ini adalah komunitas kredit. Tetapi, alasan bahwa komunitas CUM “Talenta” adalah komunitas yang berada dibawah naungan gereja membuat petugas pajak undur
diri. Kehadiran petugas pajak membuat komunitas CUM”Talenta” ini akhirnya mengubah tanda pengenal kediriannya dari “Komunitas Credit” menjadi “Komunitas
Credo” Union Modifikasi. Hal itu dilakukan sebagai strategi eskapis ataupun siasat untuk menghindari pungutan pajak yang dilakukan oleh oknum pegawai pemerintah.
176
BAB V KESIMPULAN DAN REFLEKSI