18
memperbincangkan pengartikulasian identitas politik GKPS sebagai “gereja suku” di ruang publik, yang direpresentasikan oleh Komunitas CUM “Talenta”. Politik tentulah
punya arti dan defenisi yang sangat luas sehingga pengertian politik tidak mungkin dibatasi dan hanya terkait dengan lembaga politik, partai politik, pemilu, kampanye,
caleg dan lain-lain. Dalam konteks penelitian ini, politik adalah ihwal menata hidup bersama agar menjadi lebih baik dan lebih adil. Bertolak dari hal tersebut, maka
mempertanyakan identitas politik seseorang atau kelompok sosial agama tertentu, itu sama artinya dengan mempertanyakan tindakan apa yang dilakukannya dalam memberi
respons terhadap kondisi krisis yang sedang dihadapinya publiknya. Dengan pengertian politik yang seperti itu maka perbincangan tentang identitas politik “gereja suku” di
ruang publik merupakan perbincangan tentangihwal pembentukan masyarakat. Karena itulah, penelitian ini
menggunakan perspektif
politik hegemoni sebagaimana
dikembangkan oleh duet pemikir postmarxis Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe 1985.
1.2. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana yang sudah digambarkan di atas, maka permasalahan pokok yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Apa dan bagaimana latar belakang munculnya wacana CUM sebagai sistem
pemberdayaan ekonomi kerakyatan alternatif- versi kristiani? 2.
Sejauhmana Komunitas CUM
“Talenta” mampu mengartikulasi
identitas politik “gereja suku” GKPS di ruang publiknya di Simalungun?
3. Perjuangan-perjuangan demokratik barunew democratic struggles yang seperti
apa yang dilakukan“komunitas CUM Talenta” di ruang publik sehingga tercipta political space di ruang publiknya di pedesaan Simalungun?
19
1.3. Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan permasalahan tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertama, apa dan bagaimana latar belakang munculnya wacana CUM
sebagai sistem ekonomi kerakyatan alternatif versi kristiani, kedua sejauhmana
komunitas CUM Talenta mampu mengartikulasi identitas politik “gereja suku” di ruang publik di pedesaan Simalungun, dan ketiga perjuangan-perjuangan demokratik baru
new democratic strugglesyang seperti apa yang dilakukan “komunitas CUM Talenta” di ruang publiksehingga tercipta political space di ruang publik pedesaandi Simalungun.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini, secara khusus disandarkan pada displin religious and cultural studies yang dikenal dengan pendekatannya yang interdispliner. Oleh karena itu penelitian ini
sebenarnya dapat bermanfaat kepada siapa saja yang berniat untuk menjadikannya sebagai referensi untuk penelitian-penelitian lanjutan dalam berbagai perspektif
keilmuan yang lain. Karena tema penelitian ini terkait dengan identitaspolitik “gereja suku”, maka
penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi komunitas kristen “gereja suku” di Indonesia yang berniat merepresentasikan dirinya di tengah-tengah “permasalahan kontekstual”
yang sedang dihadapi masyarakat di wilayah partikular dimana gereja berada. Selain itu, bagi para pengambil keputusan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
pertimbangan bagi pembuatan kebijakan politik ekonomi yang lebih baik, lebih adil, manusiawi dan memihak kaum marjinal.
1.5. Tinjauan Pustaka