20
perbedaan pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat terlihat dengan jelas. Sejauh ini, ada beberapa penelitian dengan tema yang hampir sama,dapat
disebutkan antara lain:pertama, penelitian yang dilakukan oleh Saut Sirait 2001, “Politik Kristen di Indonesia: Suatu Tinjauan etis”, yang diterbitkan oleh BPK-Gunung
Mulia Jakarta. Kedua, Leonardus Samosir 2010, Agama dengan Dua Wajah, “ Refleksi Teologis atas Tradisi dalam Konteks, diterbitkan oleh Obor-Jakarta. Ketiga,
Martin Lukito Sinaga 2004, Identitas Poskolonial “gereja suku” dalam Masyarakat Sipil, Studi tentang Jaulung wismar Saragih dan komunitas Kristen Simalungun,
diterbitkan oleh LKiS-Yogyakarta.
1.5.1. Politik Kristen di Indonesia: Suatu Tinjauan Etis
Penelitian ini semula merupakan tesis penulis Saut Sirait yang diajukan pada program studi Magister Teologi di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta tahun 1999 dengan judul:
Menuju Kota yang Setia. Penelitian ini merupakan kajian teologi dengan pendekatan analisis kritis-praktis berdasarkan kritik-historis; biblika-etika. Studi yang dilakukan
Saut Sirait, menyimpulkan bahwa perhatian gereja-gereja di Indonesia terhadap realitas sosial tampak begitu tipis, kecuali pada hal-hal yang bersifat karitatif, insidental dan
sporadis. Saut Sirait mengatakan bahwa model perhatian gereja terhadap realitas sosial masih berorientasi kepada latreia yakni yang berkaitan dengan “pelayanan Allah”,
“ibadah Allah” dan belum dalam arti diakonia yakni yang berhubungan dengan pelayanan kepada sesama manusia. Dengan kata lain, Saut melihat bahwa praksis hidup
menggereja masih berkutatpada aspek kultis atau latreia semata dan kurang menyentuh dunia etis atau diakonia”. Hal ini menurut Saut Sirait telah membuat ekspresi politik
Kristen di Indonesia cenderung berorientasi kepada kekuasaan “istana sentris” seperti tampak dalam sikapnya ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi pada tahun 1997 di
21
mana saat itu pemimpin gereja di Indonesia PGI justru pergi ke istana Negara membawa emas sebagai tanda solidaritas dan keprihatinan komunitas kristen di
Indonesia atas krisis ekonomi yang sedang terjadi. Catatan penting lainnya yang diangkat Saut Sirait adalah pengalaman empiris
gereja-gereja di Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga runtuhnya rezim Orde Baru, dianggap belum mampu memberikan pencerahan dan pengaruh nilai-nilai etis-kristiani
dalam dunia perpolitikan Indonesia. Keterlibatan masyarakat agama dalam dunia politik telah secara jelas dirumuskan dalam ketetapan MPR tahun 1993, bahwa fungsi agama
untuk memberikan sumbangan etis, moral dan spiritual dalam pembangunan nasional merupakan hak dan kewajiban konstitusional agama-agama di Indonesia.
1.5.2. Agama dengan Dua Wajah: Refleksi Teologis atas Tradisi Dalam Konteks