UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3 Interaksi Obat
Drug Interaction
Interaksi obat mewakili satu dari delapan kategori DRPs yang telah diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan dan terapi obat yang dapat
mempengaruhi outcome pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran
suatu atau lebih zat yang berinteraksi.
1. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik adalah interaksi yang dapat terjadi ketika suatu obatt mempengaruhi absorpsi,distribusi,metabolisme dan eksresi ADME.
Interaksi farmakokinetik terdiri dari beberapa tipe: a. interaksi pada absorpsi obat
ketika obat diberikan secara oral maka akan terjadi penyerapan melalui membran mukosa dari saluran pencernaan dan sebagian
besar interaksi terjadi pada penyerapan di usus. b. Interaksi pada distribusi obat
Pada interaksi ini dapat terjadi melalui beberapa hal, yaitu: interaksi ikatan protein dan induksi atau inhibisi transpor protein
obat. c. Interaksi pada metabolisme obat
Reaksi-reaksi yang
dapat terjadi
pada saat
tahap metabolisme,yaitu: yang pertama perubahan pada first pass
metabolism adalah salah satu pada perubahan aliran darah ke hati dan inhibisi atau induksi first pass metabolism, kedua induksi
enzim, ketiga inhibisi enzim, keempat faktor genetik dan yang terakhir adanya interaksi isoenzim CYP450.
d. Interaksi pada eksresi obat Sebagian besar obat dieksresikan melalui empedu atau urin,
pengecualian untuk obat anastesi inhalasi. Interaksi dapat dilihat pada perubahan pH, perubahan aliran darah di ginjal, eksresi
empedu dan eksresi tubulus ginjal Stockley,I.H.,2008.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Interaksi Farmakodinamik
Merupakan interaksi dimana efek suatu obat diubah oleh obat lain. Hal ini dapat terjadi akibat kompetisi pada reseptor yang sama atau interaksi obat
pada sistem fisiologi yang sama. Interaksi yang paling aman terjadi sinergisme antara dua obat yang bekerja pada sistem, organ, sel atau enzim
yang sama dengan efek farmakologi yang sama, sebaliknya antagonisme terjadi bila obat yang berinteraksi memiliki efek farmakologi yang
berlawanan. Hal ini mengakibatkan pengurangan hasil yang diinginkan dari satu atau lebih obat Aslam et al., 2003.
Tingkat Keparahan Interaksi Obat
Keparahan interaksi dapat diklasifikasikan ke berdasarkantingkatan keparahanan :minor, moderate, atau major.
1. Keparahan minor Interaksi obat minor biasanya memberikan potensi yang rendah secara
klinis dan tidak membutuhkan terapi tambahan. 2. Keparahan moderate
Interaksi moderate sering membutuhkan pengaturan dosis atau dilakukan pemantauan.
3. Keparahan major Interaksi major pada umumnya harus dihindari bila memungkinkan,
karena dapat menyebabkan potensi toksisitas yang serius.
2.4 Indikasi Tanpa Obat
Indikasi tanpa obat adalah terjadi ketika pasien mengalami gangguan medis baru yang memerlukan terapi obat, pasien menderita penyakit kronis lain
sehingga membutuhkan terapi obat lanjutan, pasien membutuhkan kombinasi obat untuk memperoleh efek sinergis, pasien berpotensi untuk mengalami risiko
gangguan penyakit baru yang dapat dicegah dengan penggunaan terapi obat profilaskis atau premedikasi Yusshiamanti, 2015.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5 Pediatri
Istilah Pediatri mula-mula dikenal berasal dari bahasa yunani yang berasal dari dua kata yaitu, pedos berartikan anak dan latrika berarti pengobatan. Jika
dikaji menurut bahasa Indonesia pediatri berarti ilmu pengobatan untuk Anak. WHO atau nama lainnya World Health Organization merubah nama pediatri
menjadi child health. Namun ditahun berikutnya, tepatnya tahun 1963 diubah menjadi ilmu kesehatan anak yaitu dikarenakan dalam ruang lingkup pediatri
lebih luas cakupan ilmunya dari pada sebelumnya. Dulu ruang lingkup pediatri hanya mengobati anak-anak yang sakit namun sekarang juga mengarah ataupun
mencakup hal-hal lain yang lebih luas ruang lingkupnya. Menurut The British Pediatric Association BPA, kelompok anak dibagi
dalam beberapa kategori menurut perubahan biologis yang terjadi yaitu: 1.
Neonatus, adalah awal kelahiran usia 1 bulan. 2.
Bayi, adalah usia 1 bulan sampai 2 tahun. 3.
Anak-anak adalah usia 2 tahun sampai 12 tahun, dengan subseksi bahwa anak usia dibawah 6 tahun memerlukan bentuk sediaan yang
sesuai. 4.
Remaja, adalah usia 12 sampai 18 tahun Prest,2003.
Menurut Ranuh GDE 2013 tahapan tumbuh kembang anak dibagi menjadi beberapa kategori:
1. Masa neonatus dini Early neonate adalah usia dari lahir sampai dengan 7 hari.
2. Masa neonatus lanjut Late neonate usia 7 hari -28 hari 3. Masa bayi Infant adalah usia 0-12 bulan.
4. Masa batita Toodler adalah usia 1-3 tahun. 5. Masa balita Under-five adalah usia 1-5 tahun.
6. Masa sekolah School-age adalah usia 6-15 tahun. 7. Masa pra-remaja Pre-adolescent adalah usia 10-15 tahun
perempuan dan usia 12-15 tahun laki-laki. 8. Masa remaja Adolescent adalah usia 15-18 tahun.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6 Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Permenkes RI Nomor 340 Tahun 2010 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Rumah sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan promotif, pencegahan penyakit preventif, penyembuhan penyakit kuratif dan pemulihan rehabilitatif yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu
serta berkesinambungan.
2.6.1 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 Tahun 2010 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 Tahun 2010 rumah sakit umum mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. enyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalamrangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6.2 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit 2.6.2.1 Jenis Rumah Sakit Secara Umum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 Tahun 2010 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis
pelayanan dan pengelolaannya:
1. Berdasarkan jenis pelayanan
a. Rrumah sakit umum Memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
b. Rumah sakit khusus Memberikan pelayanan utama pada satubidang atau satu jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
2. Berdasarkan pengelolaan
a. Rumah sakit publik Dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum
yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan
Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Rumah sakit privat Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk
Perseroan Terbatas atau Persero.
2.6.2.2 Klasifikasi Rumah Sakit Secara Khusus
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 Tahun 2010 tentang rumah sakit, rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit: a. Rumah sakit umum kelas A
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas.