Secara Metodologi Manfaat Penelitian 1 Secara teroritis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2 Klasifikasi Diare

1. Menurut Onset Terjadinya

Berdasarkan waktu onset dan durasi, diare dikelompokkan menjadi akut dan kronis. Episode diare akut umummnya hilang dalam waktu 72 jam dari onset. Diare kronis menyebabkan frekuensi buang air besar yang lebih sering dan periode diare yang lebih panjang Elin, et al., 2009. Menurut WHO 2005 diare terdiri dari beberapa jenis yaitu: a. Diare Akut Diare akut adalah penurunan konsistensi feses, feses menjadi cair biasanya Buang Air Besar BAB terjadi lebih dari 3 kali sehari dan berlangsung kurang dari 14 hari. Kebanyakan pasien diare menderita diare akut ringan sampai sedang. Diare ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 3 sampai 7 hari Guarino dkk, 2014. b. Diare Akut Berdarah Diare akut berdarah yang disebut juga disentri, mempunyai bahya utama yaitu kerusakan mukosa usus, sepsis dan gizi buruk, mempunyai komplikasi seperti dehidrasi. c. Diare persisten Adalah diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih, bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non-usus serius dan dehidrasi. d. Diare dengan malnutrisi berat marasmus atau kwashiokor Adalah diare yang mempunyai bahawa utama infeksi sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung dan kekurangan vitamin dan mineral.

2. Menurut Penyebabnya

a. Diare Osmotik Diare osmotik terjadi bila bahan-bahan tertentu yang tidak dapat diserap ke dalam darah, tertinggal di usus. Bahan tersebut menyebabkan peningkatan kandungan air dalam tinja, sehingga terjadi diare. Makanan tertentu buah dan kacang-kacangan dan sorbitol juga manitol pengganti gula dalam makanan dietetik, permen dan permen karet dapat menyebabkan diare osmotik. Kekurangan laktase UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga bisa menyebabkan diare osmotik. Laktase adalah enzim yang secara alami ditemukan dalam usus halus, yang mengubah gula susu laktosa menjadi glukosa dan galaktosa sehingga dapat diserap ke dalam aliran darah. Jika orang mengalami keurangan laktase minum susu atau makan produk olahan susu, maka laktosa tidak akan diubah tapi terkumpul di usus dan menyebabkan diare osmmotik. Beratnya diare ini tergantung pada jumlah bahan osmotik yang masuk. Diare akan berhenti jika penderita berhenti memakan atau meminum bahan tersebut Soegijanto, 2009. b. Diare Sekretorik Diare sekretorik terjadi jika usus kecil dan usus besar mengelurakan garam terutama natrium klorida dan air dalam tinja. Hal ini juga bisa disebabkan oleh toksin tertentu seperti pada kolera dan diare infeksius lainnya. Diare bisa sangat banyak, bahkan pada kolera bisa lebih dari 1 literhari. Bahan lainnya yang juga menyebabkan pengeluaran air dan garam adalah asam empedu yang terbentuk setelah pengangkatan sebagian usus kecil. Tumor tertentu misalnya, karsinoid, gastrinoma dan vipoma, juga dapat menyebabkan diare sekretorik Soegijanto, 2009. c. Sindrom Malabsorpsi Sindrom malabsorpsi juga bisa menyebabkan diare. Penderita sindrom ini tidak dapat mencerna makanannya secara normal. Pada malabsorpsi yang menyeluruh, lemak tertinggal di usus besar dan menyebabkan diare sekretorik, sedangkan adanya karbohidrat dalam usus besar menyebabkan diare osmotik. Malabsorpsi mungkin juga disebabkan oleh beberapa keadaan seperti:  Sariawan nontropikal  Insufisiensi pankreas  Pengangkatan sebagian usus  Aliran darah ke usus besar yang tidak adekuat  Kekurangan enzim tertentu di usus halus  Penyakit hati Soegijanto, 2009.

Dokumen yang terkait

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Diare Akut Infeksi Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS “X” Kota Tangerang Selatan Periode Januari- Desember 2015.

0 2 167

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PENATALAKSANAAN PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI INSTALASI RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING PERIODE JANUARI-JUNI 2015

8 57 111

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN ASMA DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2015 Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Potensial Pada Pasien Asma Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Tahun 2015.

1 6 19

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN ASMA DI INSTALASI RAWAT Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Potensial Pada Pasien Asma Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Tahun 2015.

0 3 14

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN GANGGUAN LAMBUNG DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT X TAHUN 2015 Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Gangguan Lambung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Ta

0 3 17

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN GANGGUAN LAMBUNG DI INSTALASI RAWAT Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Gangguan Lambung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2015.

0 2 12

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RS “Y” Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

4 37 21

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

0 7 13

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP Idenifikasi Drug Related Problems (DRPs) Potensial pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap RS "X" Tahun 2015.

1 9 19

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Idenifikasi Drug Related Problems (DRPs) Potensial pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap RS "X" Tahun 2015.

0 3 13