Arahan Penggunaan Lahan Kawasan TNGHS

74

5.5 Arahan Penggunaan Lahan Kawasan TNGHS

Arahan penggunaan lahan kawasan TNGHS dirumuskan melalui evaluasi hasil perbandingan antara penggunaan lahan hasil prediksi dengan kriteria penetapan zonasi taman nasional yang berpedoman pada Permenhut Nomor 56 tahun 2006a tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional Lampiran 5. Evaluasi penggunaan lahan dilakukan dengan cara membandingkan penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2026 dari beberapa skenario dengan peta zonasi kawasan TNGHS. Hasil perbandingan tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif kebijakan arahan penggunaan lahan di kawasan TNGHS. Hasil perbandingan tersebut memiliki kategori sesuai, masih memungkinkan berubah jenis penggunaan lahannya dan tidak sesuai dengan zonasi seperti tertera pada Lampiran 7. Kategori sesuai apabila antara penggunaan lahan dengan alokasi zonasi pada sel yang sama mempunyai kesesuaian. Kategori masih memungkinkan berubah jenis penggunaan lahannya apabila antara penggunaan lahan dengan alokasi zonasi pada sel yang sama masih memungkinkan untuk berubah, terutama penggunaan lahan hasil interpretasi yang masih memungkinkan untuk penyesuaian alokasi zonasi. Kategori tidak sesuai apabila antara penggunaan lahan dengan alokasi zonasi pada sel yang sama tidak sesuai, terutama penggunaan lahan hasil interpretasi yang sudah tidak memungkinkan untuk menyesuaikan dengan zonasi. Nilai dari perbandingan antara penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2026 dengan zonasi yang memiliki nilai ketidaksesuaian terkecil yang akan dijadikan sebagai arahan penggunaan lahan di kawasan TNGHS. Peta penggunaan lahan tahun 2026 hasil prediksi dengan beberapa skenario dibandingkan dengan zonasi kawasan TNGHS diperoleh hasil bahwa peta penggunaan lahan tahun 2026 hasil prediksi dengan skenario 3 yang memiliki nilai ketidaksesuaian terkecil apabila dibandingkan dengan zonasi, yaitu sebesar 9,23. Hasil perbandingan terkecil kedua, yaitu prediksi penggunaan lahan dengan skenario 2 sebesar 10,37 dan terkecil ketiga, yaitu skenario 1 sebesar 18,00. Perbandingan kesesuaian hasil simulasi dengan peta zonasi tertera pada Tabel 33. Tabel 33 Perbandingan hasil kesesuaian lahan hasil prediksi dengan zonasi Penggunaan Lahan Hasil Skenario tahun 2026 Kesesuaian Penggunaan Lahan dengan Zonasi Sesuai Memungkinkan berubah jenis penggunaan lahannya Tidak sesuai Tanpa Skenario 73.70 8.12 18.18 Skenario 1 76.35 5.65 18.00 Skenario 2 83.60 6.03 10.37 Skenario 3 85.70 5.07 9.23 Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, skenario yang paling tinggi dalam mengurangi ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan zonasi adalah skenario 3, yaitu upaya restorasi hutan pada zona inti, zona rimba dan zona rehabilitasi dengan mengkonversi kebun campuran, ladang, sawah, dan semak pada zona tersebut. 75 Skenario ini menunjukan adanya peningkatan penggunaan lahan hutan khususnya pada zona rehabilitasi sebesar 9.884 ha, zona khusus sebesar 6.329 ha, dan zona pemanfaatan sebesar 900 ha. Peningkatan luas penggunaan lahan hutan berasal dari kebun campuran, ladang, sawah dan semak yang berada pada zona inti, zona rimba, dan zona rehabilitasi. Alternatif lain adalah dengan skenario 2, yaitu merestorasi penggunaan lahan kebun campuran, ladang dan sawah pada zona rehabilitasi. Dengan skenario ini menunjukan adanya peningkatan penggunaan lahan hutan khususnya pada zona rehabilitasi sebesar 8.401 ha. Peningkatan luas penggunaan lahan hutan berasal dari kebun campuran, ladang, sawah dan semak yang berada pada zona rehabilitasi. Namun demikian, skenario 2 dan 3 ini paling berat untuk dilaksanakan oleh balai TNGHS karena memerlukan upaya paling besar diantara empat skenario yang direncanakan. Upaya restorasi hutan pada penggunaan lahan kebun campuran, ladang dan sawah memerlukan biaya dan usaha yang sangat besar. Hal ini sangat terkait dengan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Selain itu, status kawasan TNGHS yang merupakan perluasan dari kawasan sebelumnya eks- Perhutani akan menimbulkan konflik dengan masyarakat terkait dengan penggunaan lahan kebun campuran, ladang dan sawah yang telah ada sebelumnya. Dari segi ekologi, upaya restorasi hutan memberikan dampak positif bagi kawasan TNGHS. Restorasi kawasan dapat dilakukan bersama masyarakat dengan menggunakan jenis-jenis tanaman asli dan bermanfaat bagi masyarakat. Strategi lain yang dilakukan dalam upaya ini adalah melaksanakan pengelolaan hutan bersama masyarakat PHBM dengan cara melakukan tumpangsari pada areal yang akan dihutankan kembali tersebut. Upaya lain yang dapat dilakukan antara lain : 1 harmonisasi Rencana Pengelolaan TNGHS RPTNGHS dengan kearifan budaya lokal, 2 pemberdayaan masyarakat, dan 3 pengembangan ekonomi masyarakat berbasis pemanfaatan jasa lingkungan. Pengelolaan kawasan TNGHS membutuhkan dukungan dari masyarakat yang ada di dalam dan di sekitarnya, karena mereka banyak menggantungkan hidupnya dari produk dan jasa hutan yang ada di kawasan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, arahan rencana penggunaan lahan kawasan TNGHS adalah kebijakan restorasi hutan pada zona inti, zona rimba dan zona rehabilitasi, yaitu dengan melakukan upaya restorasi hutan dari penggunaan lahan lain seperti kebun campuran, ladang, sawah dan semak. Kebijakan ini dapat mengurangi ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan zonasi pada tahun 2026 menjadi 9,23. 76 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan