commit to user
8
• Balikan dan Penguatan
• Perbedaan Individual
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan yang ada dalam diri individu sehingga mengarah pada penguasaan
ketrampilan, kecakapan, kemahiran, kepandaian, pengetahuan baru dan sikap yang diperoleh, disimpan, dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku.
2. Hakikat Pembelajaran
Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Guru
dituntut untuk menguasai berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, termasuk didalam tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, di luar kelas, atau mengawasi anak-
anak. Pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Bentuk pembelajarannya menunjukkan
dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa, urutan kegiatan-kegiatan tersebut dan tugas-tugas khusus apa yang perlu dilakukan
oleh siswa. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, ruang fisik, dan sistem sosial kelas.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.
Cooperative Learning adalah suatu pembelajaran di mana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat sampai enam orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih
bergairah dalam belajar. Slavin, dalam Isjoni 2008: 150.
commit to user
9
Menurut Johnson, dalam Isjoni, 2008 mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai
tujuan bersama. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.
Anita Lie 2000 menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong yaitu kelompok pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau
sudah terbentuk suatu kelompok yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota
kelompok pada umumnya terdiri dari 4 5 orang saja.
Terdapat banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif mampu memasuki praktek pendidikan. Selain bukti-bukti nyata tentang keberhasilan
pendekatan, pada masa sekarang masyarakat pendidikan semakin menyadari betapa pentingnya para siswa berlatih berfikir, memecahkan masalah, serta
menggabungkan kemampuan dan keahlian. Pendekatan ini sangat cocok diterapkan didalam kelas yang siswanya mempunyai kemampuan bervariasi
karena dapat mencampurkan kemampuan setiap siswa, sehingga diharapkan tercipta suatu kerja sama dan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas.
Pembelajaran kooperatif mengelompokkan siswa dengan tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil dan mengintegrasikan keterampilan
sosial yang bermuatan akademik. Menurut Isjoni 2009: 27 beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif
adalah: 1
Setiap anggota memiliki peran. 2
Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa. 3
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.
4 Guru membantu mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok
5 Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Kerja kelompok belum tentu identik dengan cooperative learning. Hal ini tergantung bagaimana proses belajar yang terjadi dalam kelompok. Roger
dan David Johson Anita Lie, 2008: 31-37 mengatakan bahwa untuk
commit to user
10
mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur cooperative learning yang diterapkan, yaitu:
1 Saling ketergantungan positif Keberhasilan kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
guru sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian
rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Penilaian juga
dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan tiap
anggota. Dengan demikian siswa yang mempunyai kemampuan yang kurang begitu baik terpacu untuk memberikan sumbangan nilai yang baik.
2 Tanggung Jawab Perseorangan Tanggung jawab perseorangan merupakan akibat langsung dari saling
ketergantungan positif. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model cooperative learning, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. 3 Tatap Muka
Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Melalui proses ini siswa dapat membagikan pengalaman yang
telah dialaminya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Sinergi
tidak didapatkan begitu saja terjadi dalam sekejab, tetapi melalui proses yang cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan
untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
4 Komunikasi antar anggota. Keberhasilan suatu kelompok dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat
mereka. 5 Evaluasi proses kelompok
Perlu disediakannya waktu khusus untuk melaksanakan evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya dapat bekerja
sama dengan lebih efektif.
c. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif
Dalam menggunakan pembelajaran kooperatif di dalam kelas terdapat beberapa konsep yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh guru. Guru
sebagai perancang dan pelaksana pembelajaran dalam menggunakan model ini harus memperhatikan beberapa konsep dasar yang merupakan dasar-dasar
commit to user
11
konseptual penggunaan pembelajaran kooperatif. Menurut Etin Solihatin 2007: 7 prinsip-prinsip dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1 Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas 2 Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar
3 Ketergantungan yang bersifat positif 4 Interaksi yang bersifat terbuka
5 Tanggung jawab individu 6 Kelompok bersifat heterogen
7 Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif 8 Tindak lanjut
9 Kepuasan dalam belajar
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya terdapat tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum
Ibrahim,dkk Isjoni, 2009: 27-28, yaitu: 1 Hasil belajar akademik
Meskipun cooperative learning mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
2 Penerimaan terhadap perbedaan individu Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar
belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan
belajar saling menghargai satu sama lain.
3 Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa
keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan sosial penting dimiliki siswa, karena saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial.
e. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Quiz
Pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Mel Silbermen. Pembelajaran Team
Quiz dapat merangsang siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran
dengan membentuk kelompok yang anggotanya memiliki tanggung jawab sama. Pembelajaran Team Quiz bertujuan untuk memotivasi siswa dalam
commit to user
12
pembelajaran. Prosedur pembelajaran dengan menggunakan tipe Team Quiz adalah sebagai berikut:
1 Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga segmen 2 Bagilah siswa menjadi tiga kelompok besar yaitu A, B, dan C
3 Sampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran kemudian mulai penyampaian materi. Batasi penyampaian materi maksimal 10 menit
4 Setelah penyampaian materi, minta kelompok A menyiapkan pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok B dan C
menggunakan waktunya untuk membuka catatan mereka lagi. 5 Mintalah kelompok A untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok B.
Jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C
6 Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak dapat menjawab, lemparkan pertanyaan kepada kelompok B
7 Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk kelompok B untuk kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A
8 Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C sebagai kelompok penanya
9 Mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.
4. Keaktifan Belajar
a. Pengertian Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan tekun dalam pembelajaran. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
Poewodarminto, 1992: 17 “Keaktifan adalah kegiatan.” Pada penelitian ini keaktifan yang dimaksudkan adalah keaktifan belajar siswa. Keaktifan belajar
siswa adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih pada diri siswa karena adanya interaksi antara
individu dengan lingkungan.
commit to user
13
Keaktifan itu ada yang dapat diamati dan ada pula yang tidak diamati secara langsung, setiap proses pembelajaran melalui asimilasi, akomodasi
kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan motorik, kognitif, dan
sosial penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap. Menurut Nana Sudjana 2008: 61 keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar dapat dilihat dalam: 1 Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2 Terlibat dalam pemecahan masalah 3 Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapi 4 Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah 5 Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
6 Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya 7 Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenisnya
8 Kesempatan menggunakan menerapkan apa yang telah diperolehnya
dalam menyelesaikan tugasnya persoalan yang dihadapi
b. Ciri-ciri Keaktifan Belajar
Berikut ini merupakan ciri-ciri dari keaktifan belajar pada diri seorang siswa:
1 Keinginan dan keberanian menampilkan perasaan 2 Keinginan dan keberanian serta kesempatan berprestasi dalam kegiatan
baik persiapan, proses dan kelanjutan belajar 3 Kebebasan dan keleluasaan melakukan hal tersebut diatas tanpa tekanan
guru atau pihak lain
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keaktifan Belajar
Mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hasil belajar, ada lima hal yang mempengaruhi keaktifan belajar, yakni:
1 Stimulus Belajar 2 Perhatian dan motivasi
3 Respon yang dipelajarinya 4 Penguatan
commit to user
14
5 Pemakaian dan pemindahan
5. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil artinya sesuatu yang diadakan, atau akibat dari sesuatu. Belajar artinya perubahan
tingkah laku, atau berusaha memperoleh. Hasil belajar merupakan tujuan yang ingin dicapai seseorang ketika ia
melakukan sebuah kegiatan pembelajaran. Setelah terjadi kegiatan belajar mengajar, perlu bagi seorang pendidik mengetahui keberhasilan kegiatan belajar
mengajar tersebut, sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami dan menerima berbagai hal yang telah disampaikan oleh guru. Menurut Oemar
Hamalik 2008: 30 “bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu dan tidak mengerti menjadi mengerti”. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah, sedangkan
unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek dan hasil belajar akan tampak pada perubahan aspek-aspek
tersebut. Aspek-aspek itu antara lain pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apersepsi, emosional hubungan sosial, jasmani, budi pekerti,
dan sikap. Nana Sudjana 2005: 3 mengungkapkan “Hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris”.
Menurut Bloom dalam Angkowo dan Kosasih 2007: 53 mendefinisikan ”Hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan
ranah psikomotorik”. 1 Ranah kognitif
Ranah kognitif ada enam aspek: pengetahuan yaitu mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan;
pemahaman yaitu mencakup kemampuan untuk makna dan arti dari bahan yang dipelajari; penerapan yaitu mencakup kemampuan untuk menerapkan
suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus yang konkret dan baru;
commit to user
15
analisa yaitu mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur organisasinya dapat dipahami
dengan baik; sintesa yaitu mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru; dan evaluasi.
2 Ranah afektif Ranah afektif ada lima aspek: penerimaan yaitu mencakup kepekaan
akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu; partisipasi mencakup kerelaan untuk memperhatikan
secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan; penilaian yaitu mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan
membawa diri sesuai dengan penilaian itu; organisasi yaitu mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan
pegangan dalam kehidupan; dan pembentukan pola hidup yaitu mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehingga menjadi
milik pribadi dan menjadi pegangan yang nyata dalam kehidupan.
3 Ranah psikomotor Ranah psikomotorik meliputi; kesiapan yaitu kesediaan untuk melatih
diri tentang keterampilan tertentu: meniru; yaitu kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang dilihat walaupun belum tahu
maknanya; membiasakan yaitu mampu melakukan modifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan; dan menciptakan yaitu mampu membuat
sendiri suatu karya.
Jadi hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan.
b. Fungsi Hasil Belajar
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa. Oleh karena itu, dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh
mana perubahan tingkah laku siswa setelah mengalami proses belajar. Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan
perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Oleh sebab itu, penilaian hasil dari proses belajar mengajar saling berkaitan satu
sama lain, yang mana hasil belajar dicapai siswa merupakan akibat pembelajaran yang ditempuhnya. Menurut Muhhibin Syah 2006: 142,
evaluasi hasil belajar memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: 1. Fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku
raport.
commit to user
16
2. Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan . 3. Fungsi diagnistik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan
merencanakan program perbaikan pengajaran. 4. Sumber data BP untuk memasok data siswa tertentu yang memerlukan
bimbingan dan penyuluhan 5. Bahan pertimbangan pengembangan pada yang akan datang meliputi
pengembangan kurikulum, metode, dan alat-alat PBM
c. Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Sejalan dengan fungsi penilaian diatas maka tujuan dari penilaian hasil belajar adalah untuk:
1 Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran
yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya.
2 Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan keterampilan yakni
sejauh mana keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan pembelajaran
penting artinya mengingat peranannya sebagai upaya membudayakan manusia, dalam hal ini para siswa agar menjadi manusia yang berkualitas.
3 Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pembelajaran serta strategi
pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapainya hendaknya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa semata-mata,
tetapi juga bisa disebabkan oleh program pembelajaran yang diberikan kepadanya atau oleh kesalahan strategi dalam melaksanakan program tersebut.
4 Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan
para orang tua siswa. Dalam mempertanggungjawabkan hasil-hasil yang telah dicapainya, sekolah memberikan laporan berbagai kekuatan dan kelemahan
pelaksanaan sistem pendidikan serta kendala yang dihadapinya.
d. Aspek-aspek dalam Hasil Belajar
commit to user
17
Menurut Agus Suprijono 2009: 5 ”Hasil belajar merupakan pola- pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
keterampilan.” Menurut pemikiran Gagne, hasil belajar berupa: 1 Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tulisan. 2 Kemampuan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. 3 Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitif sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4 Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani 5 Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tersebut.
e. Penilaian Hasil Belajar
Dalam penilaian hasil belajar siswa dapat dibagi menjadi dua macam yaitu penilaian tes dan penilaian non tes.
1 Tes Tes hasil belajar menurut Ngalim Purwanto 2009: 66 merupakan “Tes
penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa.” Tes diujikan setelah siswa
memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Macam-macam tes menurut
Ngalim Purwanto 2009: 67 yaitu: a Tes Formatif
Tes formatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar mengajar. Setiap pokok
bahasan membentuk perilaku tertentu sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajarannya
b Tes Sumatif
commit to user
18
Tes sumatif digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa atas semua jumlah materi yang disampaikan dalam satuan waktu tertentu
seperti semester c Tes Diagnostik
Tes diagnostik digunakan untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi.
d Tes Penempatan Tes penempatan adalah pengumpulan data tes hasil belajar yang
diperlukan untuk menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai dengan minat dan bakatnya.
2 Non Tes Penilaian non tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh
gambaran mengenai karakteristik, minat, sifat, dan kepribadian. Menurut Ngalim Purwanto 2009: 69 penilaian non tes melalui:
a Pengamatan, yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik perorangan
maupun kelompok, di kelas maupun diluar kelas b Skala sikap, yaitu penilaian yang digunakan untuk mengungkapkan
sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih mengukur daya nalar atau pendapat siswa
c Angket, yaitu alat penilaian yang menyajikan tugas-tugas atau mengerjakan dengan cara tertulis
d Catatan harian, yaitu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang mempunyai kaitan dengan perkembangan pribadinya
e Daftar cek, yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek terhadap perilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan atau
belum. Dalam penelitian ini untuk menilai keaktifan siswa dilakukan dengan
melakukan observasi di kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Aspek yang dinilai adalah keaktifan siswa dalam memberikan pertanyaan, keaktifan siswa dalam
menjawab pertanyaan, keaktifan siswa dalam mengikuti kuis kelompok, dan kemandirian siswa dalam mengerjakan soal evaluasi. Sedangkan untuk penilaian hasil
belajar siswa, peneliti melakukan penilaian tes dan non tes. Untuk pengukuran ranah kognitif, peneliti melakukan tes tertulis kepada siswa dengan memberikan evaluasi di
setiap akhir siklus. Pada saat evaluasi akhir siklus I dan siklus II peneliti memberikan tes dalam bentuk esai.
commit to user
19
Untuk penilaian ranah afektif dilakukan dengan menyebar angket kepada siswa. Penyebaran angket dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum penerapan Team
Quiz dan angket yang kedua diberikan setelah diterapkannya pembelajaran Team Quiz
selesai dilaksanakan. Penilaian ranah afektif dengan menyebarkan angket bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketertarikan siswa mempelajari akuntansi. Skor yang
diberikan untuk ranah afektif umumnya dibuat dalam bentuk skala bertingkat yaitu dengan rentang nilai antara 1-5 tergantung arah pertanyaan atau pernyataannya. Misal
untuk jawaban sangat setuju mendapat skor 5, jawaban setuju mendapat skor 4, jawaban kurang setuju mendapat skor 3, jawaban tidak setuju mendapat skor 2, dan
jawaban sangat tidak setuju mendapat skor 1. Apabila menggunakan 20 butir pernyataan atau pertanyaan maka akan diperoleh skor maksimum 100 dan skor
minimum 20. Kategori yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 1. Kategori Ketertarikan Siswa Pada Mata Pelajaran
Skor Kriteria
0 - 20 Tidak Berminat
21 - 40 Kurang Berminat
41 - 60 Cukup Berminat
61 - 80 Berminat
81 - 100 Sangat Berminat
Sumber, Asep Jihad, 2009: 89 Apabila seorang siswa menjawab pertanyaan suatu angket berkaitan
dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran akuntansi dan memperoleh skor 85 berarti siswa tersebut sangat berminat terhadap pelajaran akuntansi.
Untuk menilai ranah psikomotorik dilakukan dengan pengamatan yang cermat dan obyektif, serta menggunakan pedoman pengamatan yang berisi aspek
yang diamati dan berbobot masing-masing. Pengamatan yang dilakukan untuk memberi nilai pada ranah psikomotorik siswa dilakukan dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung yaitu mulai dari pemberian materi sampai dengan dilakukannya evaluasi akhir atau post test pada setiap siklus. Misalkan pada
pertemuan masing-masing siklus siswa bekerjasama dalam diskusi kelompok,
commit to user
20
guru dapat mengamati psikomotor siswa . Skor yang diberikan kepada siswa yaitu dengan rentang 1-5, dengan perincian sebagai berikut
: skor 5 baik sekali untuk
siswa yang bekerjasama dengan baik, menghargai pendapat teman dan mau memberikan penjelasan kepada teman sekelompok yang mengalami kesulitan
terhadap suatu masalah yang sedang dipelajari. Skor 4 baik akan diperoleh siswa jika siswa dapat bekerjasama dengan baik, menghargai pendapat dari teman
namun kurang sabar menghadapi teman yang mengalami kesulitan. Skor 3 cukup jika siswa dapat bekerjasama dengan baik namun kurang menghargai
pendapat teman dalam satu kelompok. Skor 2 kurang jika siswa kurang dapat bekerjasama dengan siswa dalam satu kelompok. Skor 1 kurang sekali jika siswa
sama sekali tidak dapat bekerjasama dengan baik. Dalam penilaian ranah psikomotorik ini peneliti juga mengamati siswa
saat memberikan pertanyaan kepada kelompok lain. Skor yang diberikan dengan rentang nilai 1-5. Skor 5 baik sekali akan diperoleh jika siswa memberikan
pertanyaan dengan cepat dan penuh percaya diri dan sesuai dengan materi yang dipelajari. Skor 4 baik akan diperoleh jika siswa memberikan pertanyaan dengan
cepat dan penuh percaya diri namun pertanyaan yang diberikan terlalu panjang. Skor 3 cukup akan diperoleh jika siswa memberikan pertanyaan dengan ragu-
ragu walaupun pertanyaan sesuai dengan materi. Skor 2 kurang akan diperoleh jika siswa memberikan pertanyaan dengan kurang yakin dan menyimpang dari
materi yang disampaikan. Skor 1 kurang sekali akan diperoleh jika siswa sama sekali tidak membuat pertanyaan untuk diberikan kepada kelompok lain.
Ketika melaksanakan kuis kelompok atau tim kuis, siswa juga diamati untuk dinilai psikomotoriknya yaitu bagaimana kecepatan dan keberanian dari
masing-masing siswa untuk menjawab pertanyaan dalam kuis kelompok. Skor yang diberikan yaitu dengan rentang 1-5 dengan rincian sebagai berikut: skor 5
baik sekali akan diperoleh jika siswa cepat menjawab pertanyaan yang diberikan kelompok lain dan jawabannya benar. Skor 4 baik akan diperoleh jika siswa
cepat menjawab pertanyaan dari kelompok lain dan jawabannya mendekati kebenarannya. Skor 3 cukup akan diperoleh jika siswa masih memerlukan waktu
sejenak untuk berfikir dalam menjawab pertanyaan dari kelompok lain dan
commit to user
21
jawabannya benar. Skor 2 kurang akan diperoleh jika siswa membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Skor 1 kurang
sekali akan diperoleh jika siswa tidak mau menjawab pertanyaan yang diberikan kelompok lain.
Dalam penilaian ranah psikomotorik ini peneliti juga mengamati siswa saat mengerjakan post tes evaluasi diakhir siklus. Aspek yang diamati yaitu
meliputi kecepatan siswa dalam menyelesaikan evaluasi dan kerapian pekerjaan siswa. Skor yang diberikan dengan rentang nilai 1-5. Skor 5 baik sekali akan
diperoleh siswa jika dia dapat menyelesaikan tes dalam waktu yang cepat dan pekerjaannya pun rapi tanpa coretan. Skor 4 baik akan diperoleh siswa jika dia
cepat mengerjakan tes namun pekerjaan sedikit coretan. Skor 3 cukup akan diperoleh jika dia menyelesaikan tes tepat waktu dan pekerjaannya sedikit coretan.
Skor 2 kurang untuk siswa yang belum menyelesaikan tesnya sesuai waktu yang ditentukan namun pekerjaannya rapi. Skor 1 kurang sekali akan diperoleh siswa
jika dia tidak dapat menyelesaikan tes sesuai waktu yang telah ditentukan dan pekerjaannya pun terdapat banyak coret-coretan. Contoh model penskorannya
adalah sebagai berikut:
commit to user
22
Tabel 2 . Penskoran Tes Psikomotorik: Aspek yang diamati
No Nama Siswa Kerjasama Kecepatan Kecepatan Kecepatan
dalam memberikan menjawab dan
diskusi pertanyaan pertanyaan kerapian
kelompok pekerjaan
saat evaluasi
tertulis
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . Sumber: bentuk tabel diolah sendiri berdasarkan acuan Asep Jihad, 2009
6. Mata Pelajaran Akuntansi
Akuntansi Acoounting berasal dari bahasa Inggris “to account” yang artinya memperhitungkan, dari pengelola perusahaan kepada pemilik perusahaan atas
kepercayaan yang telah diberikan kepadanya untuk menjalankan kegiatan perusahaan tersebut. Menurut Arnie Fajar 2005:130, akuntansi merupakan mata pelajaran yang
mengkaji tentang suatu sistem yang menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa mata
pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan
melalui proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi yang memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan
tegas oleh mereka yang menggunakan informasi keuangan tersebut.
commit to user
23
Ruang lingkup mata pelajaran akuntansi dimulai dari dasar-dasar konseptual, struktur, dan siklus akuntansi. Fungsi mata pelajaran akuntansi di SMA salah satunya
adalah mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap, rasional, teliti, jujur, dan bertanggungjawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokkan, pengiktisaran
transaksi keuangan, dan penyusunan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan SAK
B. Penelitian yang Relevan
1. Dalvi, S.Pd.I 2006 dalam jurnal guru yang berjudul “Upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran agama dengan menggunakan
metode belajar aktif tipe kuis tim di kelas VI.B MI Diniyah Puteri Padang Panjang semester ganjil tahun pelajaran 20052006. Berdasarkan hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa metode belajar aktif terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil pembelajaran agama, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar agama dan partisipasi siswa dan memberikan pertanyaan dan menjawab soal dari kelompok lain.
2. Eni Kurniawati 2008 dalam penelitiannya yang berjudul Usaha Peningkatan Keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif
tipe Team Quiz Siswa kelas VII SMP 1 Banyudono Penelitian Tindakan Kelas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa1 proses pembelajaran
kooperatif tipe Team Quiz berjalan dengan baik, dimana siswa terlibat aktif dalam presentasi materi dan tanya jawab, 2 keaktifan siswa kelas VII F mengalami
peningkatan melalui pembelajaran kooperatif tipe team quiz. Peningkatannya sebagai berikut: a Siswa yang bertanya sebelum dikenai tindakan sebesar 7,5,
dan pada putaran terakhir mencapai 42,5; b Siswa yang menjawab pertanyaan sebelum dikenai tindakan sebesar 12,5, dan pada putaran terakhir mencapai 45;
c Siswa yang mengeluarkan ide sebelum dikenai tindakan sebesar 2,5, dan pada putaran terakhir mencapai 20; d Siswa yang mengerjakan PR sebelum dikenai
tindakan sebesar 75, dan pada putaran terakhir mencapai 92,5. Dengan