Analisis strategi bisnis pengolahan ikan pada CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor

(1)

i

ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGOLAHAN IKAN

PADA CV BENING JATI ANUGRAH,

KECAMATAN PARUNG, KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

NUNING INDRIYASHARI H34070038

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

ii

RINGKASAN

NUNING INDRIYASHARI. Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUKMANMOHAMMAD BAGA).

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi perikanan yang cukup luas. Potensi tersebut terlihat dari peningkatan produksi perikanan budidaya ataupun perikanan tangkap setiap tahunnya. Peningkatan produksi ikan nasional ternyata belum mampu membuat tingkat konsumsi ikan nasional sama atau bahkan melebihi negara-negara Asia lainnya. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, tahun 2010 tingkat konsumsi ikan Indonesia sebesar 30,47 kg/kapita/tahun, sedangkan Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Hongkong masing-masing sebesar 110, 85, 45, 80, 40 dan 80 kg/ kapita/ tahun.

Salah satu penyebab masih rendahnya tingkat konsumsi ikan Indonesia karena masalah kepraktisan. Mengonsumsi ikan dianggap merepotkan dan memerlukan alokasi waktu khusus, karena mengonsumsi ikan utuh harus dikerjakan secara spesial dan tidak dapat dilakukan sambil menyelesaikan pekerjaan lainnya. Melihat hal tersebut, peningkatan ketersediaan produk olahan berbasis ikan yang beragam menjadi kebutuhan yang diutamakan. Adanya pengembangan produk ikan diharapkan mampu memberikan nilai tambah pada ikan dan memberikan variasi produk, sehingga produk dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan pada akhirnya tingkat konsumsi ikan nasional tidak kalah dengan negara Asia lainnya.

Salah satu perusahaan yang bergerak dalam usaha pengolahan ikan yaitu CV Bening Jati Anugrah. Perusahaan ini mengalami beberapa kendala dalam menjalankan bisnis pengolahan ikannya. Perusahaan tidak mampu melakukan pengadaan bahan baku yang kontinu. Hal tersebut diperparah dengan tidak tersedianya produk impor ikan pada musim paceklik dimana ikan sulit didapatkan. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi kegiatan produksi. Akibat beberapa masalah tersebut omzet perusahaan mengalami penurunan beberapa bulan terakhir ini. Mengatasi masalah tersebut perusahaan harus membuat strategi bisnis yang tepat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, sehingga perusahaan mampu bersaing diantara banyaknya perusahaan pengolahan ikan. Tentunya strategi yang baik adalah strategi yang dibuat berdasarkan kondisi lingkungan perusahaan baik internal ataupun eksternal. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: (1) menganalisis faktor-faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman yang dihadapi oleh CV Bening Jati Anugrah, (2) menganalisis faktor-faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh CV Bening Jati Anugrah, (3) merumuskan alternatif strategi bisnis yang dapat dilakukan oleh CV Bening Jati Anugrah.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pengolahan ikan, yaitu CV Bening Jati Anugrah yang berlokasi di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Responden yang digunakan dari pihak internal adalah pemilik, kepala bagian administrasi dan keuangan, kepala


(3)

iii bagian produksi dan operasional serta karyawan. Sedangkan untuk pihak eksternalnya perusahaan yaitu Kasi Pengolahan Ikan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, serta perusahaan pesaing. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Alat analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah dengan matriks SWOT dan arsitektur strategik.

Berdasarkan analisis SWOT, didapatkan sembilan alternatif strategi yang dapat digunakan CV Bening Jati Anugrah, yaitu (1) Restrukturisasi organisasi serta memperbaiki sistem manajemen perusahaan, (2) Mencari tambahan modal usaha (3) Menjalin kemitraan dengan pemasok yang ada di beberapa daerah di Indonesia, (4) Memperluas jaringan distribusi, (5) Memperbaiki sistem administrasi dan keuangan perusahaan, (6) Meningkatkan jumlah penjualan perusahaan, (7) Melakukan inovasi produk, (8) Memelihara serta meningkatkan kualitas produk, dan (9) Membuat diversifikasi produk dengan menggunakan bahan limbah olahan ikan.


(4)

iv

ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGOLAHAN IKAN

PADA CV BENING JATI ANUGRAH,

KECAMATAN PARUNG, KABUPATEN BOGOR

NUNING INDRIYASHARI H34070038

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

v Judul Skripsi : Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati

Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Nama : Nuning Indriyashari

NRP : H34070038

Disetujui, Pembimbing

Ir. LukmanMohammad Baga, MA.Ec NIP. 19640220 198903 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Juni 2011

Nuning Indriyashari H34070038


(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukoharjo pada tanggal 26 April 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak Sugimin dan Ibu Jinem Wiji Yanti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Jatibening X Bekasi pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SLTP Negeri 20 Bekasi. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2007 di SMA Negeri 3 Bekasi. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2008, penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Sebagai Mayor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai bendahara Departemen Hubungan Eksternal, Sharia Economics Student Club (SES-C) Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2008-2009. Anggota klub teater Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2008-2009. Bendahara Departemen Hubungan Eksternal, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2009-2010. Selain aktif di kelembagaan kampus, penulis juga pernah bekerja sebagai guru privat untuk anak sekolah dasar di Mutiara Eksakta pada tahun 2010 dan magang kerja sebagai sekretaris official di Gugus Bisnis dan Kewirausahaan (G-Bike), Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2010. Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan kegiatan kampus.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor”. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal, merumuskan alternatif strategi, serta merancang arsitektur strategik dalam upaya mempertahankan dan memajukan usaha pengolahan ikan CV Bening Jati Anugrah. Penulis menyadari, dalam menyelesaikan skripsi masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun diharapkan skripsi ini dapat menjadi masukkan dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor, Juni 2011 Nuning Indriyashari


(9)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan Nabi besar Muhammad SAW, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ir. Lukman Mohammad Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Febriantina Dewi, SE, MM, M.Sc dan Ir. Harmini, M.Si selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktu serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Suharno yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis yang selalu memberikan saran, masukkan kepada penulis.

4. Pihak CV Bening Jati Anugrah atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan.

5. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor terutama Ibu Lili, Ibu Rikah selaku Kasi pengolahan ikan Kabupaten Sukabumi, dan Bapak Sam’un selaku Kasi Perencanaan Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu, atas waktu, fikiran dan bantuannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 6. Ayahanda Sugimin dan Ibunda Jinem Wiji Yanti, adikku Riva

Oktaviyandari dan Febriyan Surya Adji yang selalu memberikan doa restu, semangat dan kasih sayang kepada penulis, serta Mohammad Akmal Musaddad yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang, dan semangatnya.

7. Agribisnis 43, kak Ray, kak Achmad, kak Tiara dan teman-teman sebimbingan Dinar, Venty, Wawan serta teman-teman Agribisnis 44 yang telah meluangkan waktu untuk sharing dan membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

8. Teman-teman Puri Sembilan, Sri, Ivon, Anis, Nela, Lia, Inez, Nita, Fitri, Riska, dan Susan yang selalu memberikan dukungan, masukkan dan semangat dalam menjalankan penelitian ini.


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ikan Pelagis ... 9

2.2 Manfaat Ikan Pelagis ... ... 9

2.3 Gambaran Industri Pengolahan Ikan ... 10

2.4 Prospek Produk olahan Ikan ... 13

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 14

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 21

3.1.1 Manajemen Strategis ... 21

3.1.2 Tahap-Tahap Manajemen Strategi ... 21

3.1.3 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ... 23

3.1.4 Lingkungan Perusahaan ... 23

3.1.5 Penetapan Tujuan Jangka Panjang ... 31

3.1.6 Alternatif Strategi ... 32

3.1.7 Perumusan Strategi ... 34

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 34

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

4.2 Metode Pengumpulan Data ... 37

4.3 Jenis dan Sumber Data ... 37

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 38

4.4.1 Matriks SWOT ... 38

4.4.2 Perancangan Arsitektur Strategik... 38

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan CV Bening Jati Anugrah ... 40

5.2 Lokasi dan Keadaan CV Bening Jati Anugrah ... 40

5.3 Visi, Misi, dan Tujuan CV Bening Jati Anugrah ... 41

5.4 Struktur Organisasi CV Bening Jati Anugrah ... 41

5.5 Sumberdaya CV Bening Jati Anugrah ... 42

5.5.1 Sumberdaya Manusia ... 43

5.5.2 Sumberdaya Fisik ... 43


(11)

xi VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

6.1 Analisis Lingkungan Eksternal ... 45

6.1.1 Analisis Lingkungan Jauh ... 45

6.1.2 Analisis Lingkungan Industri ... 50

6.2 Analisis Lingkungan Internal ... 54

6.2.1 Analisis Rantai Nilai ... 54

6.2.2 Keterkaitan Komponen pada Rantai Nilai ... 62

VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman ... 65

7.2 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan ... 68

7.3 Tahap Pencocokan: Matriks SWOT ... 71

7.4 Rancangan Arsitektur Strategik CV Bening Jati Anugrah ... 77

7.4.1 Sasaran CV Bening Jati Anugrah ... 77

7.4.2 Tantangan CV Bening Jati Anugrah ... 77

7.4.3 Rekomendasi Program Kegiatan ... 77

7.4.4 Tahapan Arsitektur Strategik ... 79

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ... 83

8.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN ... 87


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2005-2010... 1

2. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan... 2

3. Kebutuhan Manusia Akan Daging Ikan... 2

4. Tingkat Konsumsi Ikan Indonesia tahun 2005-2010... 3

5. Omzet Penjualan Olahan Ikan CV Bening Jati Anugrah... 6

6. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 20

7. Pembagian Jumlah Tenaga Kerja CV Bening Jati Anugrah 43 8. Perincian Sumberdaya Fisik CV Bening Jati Anugrah... 44

9. Tingkat Inflasi Indonesia pada Februari 2010 – Februari 2011 ... 46

10. Pertumbuhan PDRB per Kapita Atas Harga Konstan ... 47

11. Pengeluaran Rata-rata Konsumsi per Kapita per Bulan ... 47

12. Pengeluaran Rata-rata Konsumsi Ikan Nasional 2008-2009 48 13. Latar Belakang Pendidikan Tenaga Kerja CV Bening Jati Anugrah ... 61

14. Matriks SWOT CV Bening Jati Anugrah ... 72


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Model Komprehensif Manajemen Strategis... 21

2. Model Lima Kekuatan Persaingan... 26

3. Analisis Rantai Nilai... 29

4. Kerangka Pemikiran Operasional... 36

5. Matriks SWOT... 38

6. Perancangan Arsitektur Strategik CV Bening Jati Anugrah. 39 7. Struktur Organisasi CV Bening Jati Anugrah... 42

8. Grafik Tingkat Inflasi Indonesia ... 45

9. Tren Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 1961-2010 ... 48

10. Proses Produksi Pengolahan Ikan... 56


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Usaha Olahan Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2009 ... 88

2. Kuesioner Penelitian... 90

3. Proses Produksi Bakso Ikan ... 96

4. Proses Produksi Nugget Stik Ikan ... 97

5. Proses Produksi Kaki Naga ... 98

6. Proses Produksi Fish Finger ... 99

7. Proses Produksi Siomay ... 100

8. Proses Produksi Otak-otak Bulat ... 101

9. Proses Produksi Otak-otak Panjang ... 102

10. Proses Produksi Bakso Ikan Tahu ... 103

11. Proses Produksi Lumpia ... 104

12. Proses Produksi Ekado ... 105

13. Proses Produksi Keong Mas ... 106

14. Proses Produksi Udang Gulung ... 107

15. Dokumentasi ... 108


(15)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau 13.000 menyebar dari Sabang hingga Merauke1. Wilayah perairan Indonesia sebesar 5,8 juta km2, yang terdiri dari 0,3 juta km2 laut teritorial, 2,8 juta km2 perairan Nusantara dan 2,7 km2 zona ekonomi ekslusif. Sekitar 70 persen wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Seluruh total perairan tersebut, diketahui potensi sumber daya ikan laut Indonesia mencapai 6,26 juta ton/tahun2. Oleh sebab itu, perikanan merupakan sub sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam peningkatan perekonomian Indonesia. Potensi tersebut dapat terlihat pula dari total produksi perikanan Indonesia yang semakin meningkat. Total produksi ikan Indonesia mengalami peningkatan sebesar 58,12 persen dari tahun 2005 – 2010, yakni dari 6,8 juta ton pada tahun 2005 menjadi 10,8 juta ton pada tahun 2010. Jumlah produksi ikan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2005-2010 Tahun Produksi Ikan

Budidaya (Ton)

Produksi Ikan Tangkap (Ton)

Total Produksi (Ton)

2005 2.163.674 4.705.868 6.869.542

2006 2.682.596 4.769.160 7.451.756

2007 3.088.800 4.940.000 8.028.000

2008 3.855.200 5.196.000 9.051.200

2009 4.708.565 5.285.000 9.993.565

2010 5.478.000 5.384.000 10.862.000

Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan (2011)

Ikan merupakan salah satu sumber protein dan memiliki komposisi asam amino yang lengkap, juga diketahui mengandung lemak yang kaya akan asam lemak tak jenuh jamak atau polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang berkhasiat

1.

Sudirman. 2010. Hasil Survei Terbaru Jumlah Pulau Indonesia.Dirjen Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K). http://www.antaranews.com/berita/1282043158/hasil-survei-terbaru-jumlah-pulau-indonesia [Diakses 30 Januari 2011]

2.

Agusta Ferry. 2009. http://ferragusta.wordpress.com/2009/12/04/konflik-pemanfaatan-sumber-daya-perikanan-laut-kasus-nelayan-di-perairan-utara-jawa-timur. [Diakses 4 Februari 2011]


(16)

2 bagi kesehatan. Asam lemak tak jenuh jamak yang banyak terdapat pada ikan adalah asam lemak omega 3, terutama eikosapentanoat/EPA dan asam

dokosaheksanoat/DHA (Irianto 1993 dalam Irianto dan Soesilo 2007). Adapun kandungan pada ikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Ikan Segar per 100 gram Bahan

Komponen Kadar (%)

Kandungan air 66,00 – 68,00

Protein 15,00 – 24,00

Lemak 0,10 – 22,00

Mineral dan vitamin 2,52 – 4,50

Karbohidrat 1,00 – 3,00

Bahan organik 0,80 – 2,00

Edible position 45,00 – 50,00

Sumber: Suzuki (1981) dalam www.bi.go.id (2008)

Protein adalah zat makanan utama yang diperlukan untuk pertumbuhan, pengaturan tubuh, proses perkembangan, memperbaiki dan memelihara sel-sel dalam tubuh. Protein juga merupakan komponen yang penting bagi enzim-enzim untuk mengatur dan menjalankan metabolisme serta proses kehidupan lainnya. Selain itu, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi karena memiliki unsur karbon dan sebagian molekulnya dapat dioksidasikan untuk memberikan tenaga3.

Kebutuhan manusia akan protein berbeda, tergantung umur, jenis kelamin dan aktivitas yang dilakukan. Apabila diibaratkan sumber protein hewani yang dikonsumsi hanya berasal dari ikan, maka jumlah protein dan ikan yang harus dimakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kebutuhan Manusia akan Protein dan Daging Ikan

No Tipe Manusia

Tingkat Kebutuhan

Protein Ikan (gram/orang/hari)

1 Anak-anak 25-40 125-200

2 Laki-laki dewasa 50-60 250-325

3 Wanita dewasa 50-55 250-275

4 Wanita hamil 60-75 300-375

5 Wanita menyusui 75-80 375-400

Sumber: Adawyah (2008)

3.

Huda Nurul. 2002. Pembangunan Sumberdaya Manusia Melalui Sumberdaya Kelautan http://www.ppti.usm.my/nurul/publication/NationalSeminar6.pdf [Diakses 2 Februari 2011]


(17)

3 Selain protein, ikan juga mengandung asam lemak omega 3 yang berfungsi untuk pertumbuhan otak manusia4, mengurangi penumpukan kolesterol dan melekatnya bintik-bintik darah pada dinding pembuluh darah yang merupakan penyebab dari timbulnya serangan jantung dan stroke5. Melihat potensi ikan Indonesia dan manfaat yang dihasilkan oleh ikan seharusnya tingkat konsumsi ikan per kapita Indonesia sebanding atau bahkan lebih tinggi daripada negara-negara Asia lainnya. Terlihat pada Tabel 4, tingkat konsumsi Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya dan hingga 2010 tingkat konsumsi ikan Indonesia mencapai 30,47 kg/kapita/tahun. Negara-negara Asia lainnya pada tahun yang sama lebih unggul jika dibandingkan Indonesia seperti Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Hongkong dengan tingkat konsumsi secara berturut-turut sebesar 110, 85, 54, 70, 40, dan 80 kg/kapita/tahun 6.

Tabel 4. Tingkat Konsumsi Ikan Indonesia Tahun 2005-2010

Tahun Tingkat Konsumsi Ikan (kg/kapita/tahun)

2005 23,95 2006 25,03 2007 26,03 2008 28,00 2009 30,17 2010 30,47 Sumber: Pusat data dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (2010)

Menurut Widiarti dkk (2010), salah satu penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan Indonesia karena alasan tingkat kepraktisan ketika mengonsumsi ikan. Mengonsumsi ikan dinilai repot dan memerlukan alokasi waktu khusus, karena mengonsumsi ikan utuh harus dikerjakan secara spesial dan tidak dapat dilakukan sambil menyelesaikan pekerjaan lainnya. Melihat hal tersebut, peningkatan ketersediaan produk olahan berbasis ikan yang beragam menjadi kebutuhan yang diutamakan. Adanya pengembangan produk ikan diharapkan mampu memberikan nilai tambah pada ikan dan memberikan variasi produk.

4.

Bank Indonesia. 2008. Pengolahan Ikan Berbasis Fish Jelly Product http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=53101&idrb=48201 [Diakses 2 Februari 2011]

5.

Anonim. 1970. Manfaat Ikan untuk Kesehatan. http://www.balita-anda.com/ensiklopedia-balita/228-manfaat-ikan-untuk-kesehatan-.html [Diakses 8 Februari 2011]

6.

Dari asama amino hingga yodium ada di ikan. www.kkp.go.id/index.php/dari-asam-amino-hingga-yodium-ada-di-ikan/pdf. Majalah Demersal Edisi Februari 2010 [Diakses tanggal 1 April 2011]


(18)

4 Sehingga produk olahan ikan tersebut dinilai tidak merepotkan lagi dan dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

Diharapkan dengan melakukan pengembangan produk olahan ikan, tingkat konsumsi ikan nasional akan meningkat. Pengembangan produk olahan ikan tersebut tentunya dapat membantu terwujudnya keinginan Departemen Kelautan dan Perikanan yang menargetkan pada tahun 2011 ini tingkat konsumsi ikan nasional mencapai 31,64 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2014 mencapai 38,67 kg/kapita/tahun. Produk olahan tentunya tidak terbatas pada ikan olahan yang disandingkan dengan nasi, tetapi juga produk olahan ikan yang lebih menarik seperti nugget ikan, kaki naga, dan lain-lain.

Peningkatan konsumsi ikan daerah tentunya akan berpengaruh pula pada peningkatan konsumsi ikan nasional. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan olahan ikan untuk merangsang tingkat konsumsi ikan di seluruh Indonesia. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mengupayakan peningkatan konsumsi ikan masyarakatnya. Di Jawa Barat, terdapat tiga kabupaten yang sudah siap menjadi daerah minapolitan7, yaitu Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Indramayu8. Tingkat konsumsi ikan masing-masing kabupaten adalah 20,95 9, 20,36 10 dan 32,07 kg/kapita/tahun11. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa Kabupaten Bogor merupakan kabupaten kedua dengan tingkat konsumsi ikan tertinggi di Jawa Barat. Selain itu Kabupaten Bogor juga memiliki kemudahan dalam mengakses pasar, informasi, dan legalitas usaha karena kedekatannya dengan pusat pemerintahan. Oleh karena itu, Kabupaten Bogor memiliki prospek yang baik untuk dijadikan tempat berbisnis subsektor perikanan termasuk bisnis olahan ikan. Sehingga dengan adanya

7

Daerah minapolitan adalah daerah yang digunakan untuk pengembangan agribisnis berbasis perikanan mulai dari subsistem hulu hingga hilir.

8.

Kawasan Percontohan Minapolitan Tidak Siap. 2011. http://regional.kompas.com/read/ 2011/01/14/04022166/Kawasan.Percontohan.Minapolitan.Tid-ak.Siap [Diakses 2 April 2011] 9.

Wawancara via telepon dengan Kasi Pengolahan Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Bogor (Ibu Lili) [6 April 2011]

10.

Wawancara via telepon dengan Kasi Pengolahan Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi (Ibu Rikah) [6 April 2011]

11.

Wawancara via telepon dengan Kasi Perencanaan Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu (Bapat Sam’un) [6 April 2011]


(19)

5 industri pengolahan ikan diharapkan tingkat konsumsi ikan Kabupaten Bogor akan meningkat.

Kabupaten Bogor dipilih menjadi daerah minapolitan karena memiliki sumberdaya alam yang cukup mendukung. Selain itu Kabupaten Bogor tahun 2010 menempati urutan ketiga ditingkat nasional dalam kontributor atau pemasok ikan terbesar. Kabupaten Bogor memiliki empat kecamatan yang dijadikan sentra minapolitan yaitu Kecamatan Ciseeng, Parung, Gunung sindur, dan Kemang12. Kecamatan Parung cukup strategis digunakan untuk menjalankan usaha pengolahan ikan. Daerah Parung memiliki akses pasar yang cukup luas, seperti Kota Bogor, Bumi Serpong Damai, Tangerang dan Jakarta. Salah satu perusahaan di Kecamatan Parung yang bergerak dibidang pengolahan ikan yaitu CV Bening Jati Anugrah.

1.2 Perumusan Masalah

CV Bening Jati Anugrah atau yang sering dikenal dengan Bening Food merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan ikan yang beralamat di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Perusahaan ini berdiri pada bulan Februari tahun 2007 dengan tenaga kerja yang digunakan dari awal sebanyak enam orang dan kini mencapai enam belas orang. Hingga saat ini perusahaan menyediakan dua belas produk olahan seperti bakso ikan, nugget stik ikan, kaki naga, fish finger, siomay, otak-otak bulat, otak-otak panjang, bakso ikan tahu, lumpia, ekado, keong mas, dan udang gulung. Produk tersebut disajikan dalam kemasan plastik dengan variasi ukuran. Bahan baku produk tersebut adalah ikan pelagis seperti ikan kakap, tuna, dan marlin. Pasokan bahan baku tersebut didapatkan dari wilayah Muara Baru, Muara Angke, Kemang Bogor, dan Pondok Gede.

Omzet perusahaan hingga saat ini berfluktuasi dan cenderung menurun. Omzet penjualan CV Bening dapat dilihat pada Tabel 5. Penyebab menurunnya omzet penjualan perusahaan karena perusahaan kesulitan mendapatkan bahan baku ikan. Pada bulan Februari hingga Maret ikan sulit didapatkan karena adanya

12.

Administrator. 2010. Empat Kecamatan Ditetapkan Jadi Sentra Minapolitan. http://antarajawabarat.com/lihat/berita/30675/kabupaten-bogor-kembangkan-minapolitan-di-empat-kecamatan [ Diakses 28 Februari 2011]


(20)

6 musim paceklik dimana terjadi angin yang kencang dan ombak besar sehingga nelayan jarang melaut. Jika dilihat pada Tabel 5, terlihat perbedaan omzet perusahaan pada Februari 2010 dengan Februari 2011. Pada Februari 2010 ikan sulit didapatkan, namun pasokan ikan nasional masih didukung dengan adanya impor ikan. Adanya bahan baku ikan yang berasal dari impor membuat pasokan bahan baku ikan perusahaan dapat terpenuhi dan omzet perusahaan tetap tinggi.

Hal ini berbeda dengan bulan Februari 2011. Pada bulan ini terjadinya musim paceklik benar-benar dirasakan oleh para pengusaha pengolahan ikan, termasuk Bening. Impor ikan yang menjadi solusi pada musim paceklik tahun lalu tidak dapat diandalkan lagi. Semenjak adanya peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Impor yang diterbutkan bulan Agustus 2010, KKP lebih memperketat pemeriksaan impor ikan yang masuk. Perusahaan importir ikan tersebut ternyata banyak yang tidak memiliki perizinan, sehingga banyak ikan yang ditahan di pelabuhan ataupun di bandar udara. Penahanan tersebut membuat pasokan ikan nasional tidak dapat memenuhi kebutuhan ikan dalam negeri, termasuk kebutuhan bahan baku pada usaha pengolahan ikan. Hal inilah yang menyebabkan omzet pada Februari 2011 turun drastis.

Tabel 5. Omzet Penjualan Olahan Ikan CV Bening Jati Anugrah

Tahun Bulan Omset (Rp)

2010

Januari 147.070.800 Februari 114.062.100 Maret 103.541.100

April 92.312.400

Mei 107.744.700 Juni 169.549.500 Juli 136.384.500

Agustus 52.950.000

September 96.750.000

Oktober 85.615.000

November 99.060.000

Desember 107.580.000

2011 Januari 95.001.250

Februari 82.333.000 Sumber: CV Bening Jati Anugrah (2011)


(21)

7 Hingga tahun 2009 jumlah perusahaan olahan ikan di Kabupaten Bogor mencapai lima puluh perusahaan baik perusahaan sejenis ataupun perusahaan olahan ikan lainnya (Lampiran 1). Salah satu perusahaan yang menjadi pesaing utama Bening adalah CV Sakana. Kesulitan bahan baku tersebut semakin terasa karena Bening barus mempu membuat cara untuk mendapatkan bahan bakyu lebih cepat daripada perusahaan pengolahan ikan lainnya. Jika dilihat, CV Sakana memiliki kemampuan untuk memperoleh informasi lebih cepat mengenai ketersediaan bahan baku karena perusahaan mengirimkan dua orang ke daerah pasokan ikan. Selain itu, CV Sakana juga didukung oleh modal yang kuat jika dibandingkan dengan CV Bening sehingga dengan uang dimuka yang diberikan kepada pemasok ikan membuat perusahaan mampu menguasai bahan baku ikan tersebut meskipun musim paceklik datang.

Terjadinya perubahan dalam lingkungan eksternal perusahaan dan kecepatan mendapatkan bahan baku pada musim paceklik tersebut, mengharuskan perusahaan membuat strategi yang tepat, terutama strategi dalam pengadaan bahan baku ikan sehingga kegiatan produksi tidak terganggu. Adanya strategi yang tepat untuk saat ini ataupun untuk beberapa tahun ke depan membuat perusahaan lebih siap dalam menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dengan melihat pula pada lingkungan internal yang perusahaan miliki.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji pada penelitian antara lain:

1. Apa saja faktor-faktor eksternal yang dihadapi CV Bening Jati Anugrah? 2. Apa saja faktor-faktor internal yang ada pada CV Bening Jati Anugrah? 3. Apa saja alternatif strategi yang dapat digunakan CV Bening Jati Anugrah

yang sesuai dengan kondisi perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor eksternal yang dihadapi CV Bening Jati Anugrah


(22)

8 3. Merumuskan alternatif strategi bisnis yang dapat dilakukan oleh CV

Bening Jati Anugrah. 1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan, maka manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi pihak CV Bening Jati Anugrah, dapat dijadikan bahan pertimbangan perusahaan untuk menentukan strategi-strategi yang dapat digunakan untuk periode selanjutnya.

2. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi peneliti dapat menjadi suatu pelajaran untuk menambah pengalaman di lapang, wawasan, dan ilmu pengetahuan mengenai industri agribisnis terutama dalam hal pengolahan ikan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada usaha pegolahan ikan CV Bening Jati Anugrah. Batasan analisis lingkungan internal yaitu lingkungan perusahaan dengan menggunakan rantai nilai dan lingkungan eksternal dengan menggunakan lingkungan jauh dan lingkungan industri. Pada penelitian hanya membahas mengenai tahapan perumusan strategi.


(23)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Ikan Pelagis

Ikan pelagis yaitu jenis-jenis ikan yang sebagian besar menghuni perairan sekitar atau dekat dengan permukaan laut. Ikan pelagis dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Ikan pelagis besar meliputi ikan tuna, cakalang, tongkol, cucut, dan marlin. Sedangkan ikan pelagis kecil meliputi layang, kembung, lemuru, tembang, bentong, selar, dan cumi-cumi (BRKP 2004). Ikan pelagis pada umumnya berenang berkelompok dalam jumlah yang sangat besar yang bertujuan untuk mempermudah ikan-ikan tersebut mencari makan ataupun mencari pasangannya. Ikan pelagis besar biasanya dapat ditemukan dekat terumbu karang atau tubiran, dan juga ditemukan di laut terbuka dengan suhu yang berubah-ubah, bahkan ada beberapa ikan pelagis besar di terumbu yang dalam13.

2.2 Manfaat Ikan Pelagis

Ikan pelagis merupakan sumber yang baik untuk vitamin A dan D serta asam lemak yang kaya omega 3 (ikan putih juga mengandung nutrisi yang sama tetapi pada tingkat yang lebih rendah), sehingga dapat dikatakan mengonsumsi ikan pelagis lebih bermanfaat bagi manusia bila dibandingkan dengan ikan putih, terutama mengenai penyakit kardiovaskuler. Penelitian menunjukkan bahwa omega 3 asam lemak dalam minyak ikan dapat membantu penderita depresi, mengurangi kemungkinan penyakit jantung.

Manfaat ikan pelagis lainnya yaitu penurunan gejala demensia14, penelitian di Prancis yang diterbitkan pada tahun 2002 dalam British Medical Journal yang diikuti 1.674 penduduk lanjut usia di Perancis Selatan selama tujuh tahun, membandingkan antara penduduk yang mengonsumsi daging dengan mengonsumsi makanan laut (ikan pelagis) dan kaitannya dengan gejala demensia. Kesimpulannya adalah bahwa penduduk yang mengonsumsi ikan sedikitnya

13

. Yoxx. 2010. Sedikit Tentang Ikan Pelagis.http://yoxx.blogspot.com/2010/05/sedikit-tentang-ikan-pelagis.html [Diakses 2 Februari 2011]

14

. Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. http://www.indonesiaindonesia.com /f/9956-demensia/ [Diakses 8 Februari 2011]


(24)

10 sekali dalam seminggu memiliki risiko lebih rendah terkena demensia dibandingkan dengan penduduk yang mengonsumsi daging. Selain itu, sebuah

study tahun 2009 di British Journal of Ophthalmology menyimpulkan bahwa asam lemak omega 3 dalam ikan pelagis menguntungkan baik dalam mencegah dan memperlambat perkembangan degenerasi makula15 terkait usia pada orang tua. Para peneliti menyarankan bahwa orang yang berisiko demensia harus makan dua porsi minyak ikan per minggu16.

Bukti lain dari manfaat mengonsumsi ikan laut yang dimuat dalam jurnal

Circulation, sebuah jurnal kesehatan terkemuka pada tahun 2004, dijelaskan oleh seorang peneliti Denmark pada tahun 1970, ahli kesehatan jantung. Mereka menemukan fakta rendahnya kasus kematian orang Eskimo akibat penyakit jantung koroner, walaupun mereka banyak mengonsumsi makanan berlemak tinggi. Hal tersebut terjadi karena ternyata orang Eskimo mempunyai kebiasaan menyantap daging ikan. Hal tersebut karena daging ikan memiliki kandungan asam lemak omega 3 yang berperan dalam melindungi jantung. Daging ikan mampu menurunkan kolesterol dalam darah, memperbaiki fungsi dinding pembuluh darah, menurunkan tekanan darah, mencegah terjadinya penggumpalan darah, dan sangat berguna bagi sistem pembentukan otak. Deretan manfaat ikan ini bagi jantung masih bertambah lagi seiring penelitian para ilmuwan. Salah satu yang terbaru adalah mencegah timbulnya Fibrilasi Atial (FA), suatu jenis gangguan irama jantung yang sering terjadi pada orang tua17.

2.3 Gambaran Industri Pengolahan Ikan

Agroindustri perikanan merupakan salah satu rantai penting dalam agribisnis. Adanya agroindustri pengolahan ikan membuat kita mudah dalam mendapatkan zat gizi yang ada pada ikan dalam bentuk olahan apapun.

15.

Degenerasi makula adalah suatu keadaan dimana macula mengalami kemunduran sehingga terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kemungkinan akan menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan sentral. Makula adalah pusat dari retina dan merupakan bagian yang paling vital dari retina yang memungkinkan mata melihat detil-detil halus pada pusat lapang pandang. 2009. Degenerasi makula. http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/referat-degenerasi-makula/ [Diakses 8 Februari 2011]

16.

Yoxx. 2010. Sedikit tentang ikan pelagis. http://yoxx.blogspot.com/2010/05/sedikit-tentang-ikan-pelagis.html [Diakses 2 Februari 2011]

17.

Qimindra, fajar rudy. 2009. Manfaat ikan bagi kesehatan. http://konsultasikesehatan.net/index. php / 2008/02/manfaat-ikan-laut-bagi-kesehatan/ [Diakses 6 Januari 2010)


(25)

11 Pengolahan ikan ini dilakukan untuk memperbaiki cita rasa, dan meningkatkan daya tahan ikan mentah, serta memaksimumkan manfaat hasil tangkapan maupun hasil budidaya. Industri pengolahan ikan telah banyak tersebar khususnya di Indonesia yang merupakan Negeri Bahari. Berbagai jenis produk telah dihasilkan dengan berbagai merek18.

Dirjen Pengolahan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Mariani Huseini, pada tahun 2010 mengatakan bahwa dari 59.839 unit industri pengolahan ikan di Indonesia, baru ada 422 unit industri yang memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP). Sejumlah kendala yang membuat industri perikanan tidak ingin melakukan sertifikasi diantaranya keterbatasan bahan baku, permodalan, dan juga hambatan kebijakan. Padahal, prospek industri perikanan ini sangat baik untuk pasar lokar ataupun pasar luar negeri.

Menurut catatan FAO (2007), Indonesia termasuk sebagai negara produsen perikanan ketiga terbesar di dunia. Namun kenyataannya, industri pengolahan ikan yang berjalan di dalam negeri belum mampu memanfaatkan secara penuh produksi ikan yang ada karena tingginya ekspor bahan baku berupa ikan segar. Hingga tahun 2010, industri pengolahan ikan, baik yang skala besar maupun skala kecil dan menengah belum mampu meningkatkan perekonomian negara19. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2004), Indonesia memiliki 327 sentra agroindustri perikanan dengan sentra utama di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara20.

Permasalahan industri perikanan yang terlihat di Jawa Barat, menurut penelitian Rahayu (2009), yaitu rendahnya mutu produk dan rendahnya bahan baku serta lemahnya kemampuan teknologi. Oleh karena itu diperlukan desain untuk meningkatkan daya saing industri pengolahan. Peningkatan daya saing

18.

Ehsa. 2010. Industri Pengolahan Ikan. http://ehsablog.com/industri-pengolahan-ikan.html. [diakses 8 Februari]

19.

P2HP. 2010. Baru 422 Unit Industri Pengolahan Ikan Miliki SKP. http://bataviase.co.id/node /338386. [Diakses 8 Februari]

20.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2004. dalam Rahayu, D L. 2009. Desain Peningkatan Daya Saing Industri Pengolahan Ikan Berbasis Perbaikan Kinerja Mutu dalam Rantai Pasokan Ikan Laut Tangkapan Di Wilayah Utara Jawa Barat.


(26)

12 industri pengolahan ikan dapat dilakukan dengan perbaikkan kinerja mutu pada rantai pasok, untuk mewujudkan itu diperlukan beberapa pihak terkait diantaranya Dinas Perikanan Daerah, Dinas Perindustrian Daerah, DKP, Departemen Perindustrian, Pemerintah Pusat dan Daerah, Kementrian KUKM, lembaga bantuan permodalan, serta seluruh pelaku yang terlibat dalam rantai pasok industri pengolahan ikan laut tangkapan. Rekomendasi yang ditawarkan salah satunya adalah bantuan permodalan bagi nelayan dan industri pengolahan ikan skala kecil dan menengah dalam upaya memperbaiki mutu kerja dan produk.

Selain itu di Kabupaten Bangka, Fonna (2004) menyimpulkan bahwa kegiatan industri pengolahan ikan di Kabupaten Bangka dipengaruhi oleh kegiatan para nelayan dalam mencari ikan di laut. Hal ini dilihat dari penggunaan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri pengolahan ikan hampir semuanya dihasilkan oleh nelayan. Tidak semua industri pengolahan ikan bisa mendapatkan bahan baku ikan langsung dari nelayan atau tempat pelelangan ikan, sebagian harus melalui pedagang. Padalah penyediaan bahan baku yaitu ikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberlanjutan usaha pengolahan ikan. Pelaku yang terlibat antara lain nelayan, pedagang, dan industri pengolahan. Ketiga komponen tersebut memiliki kepentingan searah, maksudnya ada hubungan saling melengkapi, dimana nelayan menjual hasil tangkapannya kepada pedagang, dan selanjutnya pedagang menyuplai bahan baku untuk industri pengolahan ikan.

Hambatan yang terjadi disalah satu komponen akan menyebabkan kegiatan pengolahan terganggu. Hambatan yang terjadi dihampir semua usaha pengolahan ikan adalah permodalan dan menyangkut kebijakan pemerintah daerah terhadap usaha industri pengolahan ikan. Dibutuhkan kerjasama dengan sistem kontrak yang kuat agar pengadaan pasokkan bahan baku berjalan lancar sehingga tidak menghambat proses produksi pada industri pengolahan ikan. Industri pengolahan ikan di Kabupaten Bangka menerapkan sistem kontrak yaitu kontrak dalam penyediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan, kontrak dalam proses produksi, dan kontrak dalam pemasaran hasil produk olahan. Produk olahan ikan di Kabupaten Bangka terdiri dari terasi, abon ikan, kerupuk ikan, rusip, dan ikan kering.


(27)

13 Industri pengolahan ikan lainnya yaitu industri pengolahan ikan di Jawa Timur yaitu di Kabupaten Tuban. Salah satu industri pengolahan ikan di sana adalah industri pengolahan kerupuk ikan. Menurut Sampono (2007), industri pengolahan ikan di Kabupaten Tuban dilakukan karena upaya peningkatan pendapatan per kapita nelayan Tuban. Industri pengolahan ikan di Kabupaten Tuban, Kecamatan Tambak Boyo masih berupa home industry. Home industry

kerupuk ikan yang ada adalah sentra nelayan Tuban, karena semua pemilik sentra juga sebagai nelayan dengan kegiataan sehari-hari menangkap ikan. Pekerjaan mengolah ikan merupakan usaha sampingan. Hampir di seluruh sentra belum ada yang mengusahaan pengolahan kerupuk ikan sebagai usaha utama. Hal tersebut memperlihatkan bahwa masih ada peluang dan prospek untuk mengembangkan sentra tersebut menjadi lebih besar lagi.

Pengembangan usaha dapat dilakukan dengan melihat faktor peralatan, kebijakan, dan tenaga kerja. Pada kasus ini diperlihatkan bahwa peralatan berpengaruh positif terhadap kualitas produksi. Peralatan yang lebih baik dapat meningkatkan kualitas dari setiap produksi kerupuk ikan, selain itu terlihat pula pengaruh positif antara kebijakan dengan tenaga kerja, ketika kebijakan memihak terhadap keberlangsungan home industry maka minat tenaga kerja akan semakin meningkat dan tenaga kerja akan semakin menekuni usaha tersebut. Hubungan timbal balik atau interaksi antara home industry dengan kebijakan pemerintah di Tuban sangat lemah. Hal ini berarti kebijakan pemerintah tidak banyak berpengaruhnya terhadap home industry yang ada atau sebaliknya. Hal ini terjadi karena home industry merupakan pekerjaan samping. Penyebab industri kerupuk ikan di Tuban kurang berkembang adalah karena kelemahan sumberdaya manusia, peralatan yang sangat sederhana, kekurangan modal untuk mendapatkan bahan baku yang lebih banyak, dan metode pemasaran yang masih tradisional. 2.4 Prospek Produk Olahan Ikan

Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung lemak omega 3 tentunya sangat dibutuhkan bagi tubuh. Namun seperti yang kita ketahui, ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak (membusuk). Oleh karena itu agar ikan dan hasil perikanan lainnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, perlu dijaga kondisinya. Pengolahan


(28)

14 merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ikan dari hasil proses pembusukan, sehingga mampu disimpan lama sampai tiba waktunya untuk dijadikan sebagai bahan konsumsi.

Pada mulanya, usaha-usaha yang dilakukan dalam pengolahan ikan dikerjakan secara tradisional. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, usaha dalam pengolahan ikan pun ikut berkembang pesat dengan makin banyaknya peralatan mekanis yang digunakan dalam proses pengolahan ikan tersebut. Sehingga dengan peralatan yang cukup modern, proses pengolahan ikan menjadi lebih cepat dan memperbanyak produksi akhir serta mampu memperbaiki hasil olahan. Menurut Balai Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan tahun 2008, perkembangan produk olahan mulai mendapatkan perhatian dari kalangan pengusaha yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya variasi produk olahan yang ada di pasaran. Produk olahan ikan antara lain bakso ikan, nugget ikan, kaki naga, otak-otak, dan lain-lain. Produk-produk tersebut saat ini makin banyak diusahakan oleh perusahaan karena produk tersebut tentunya sedang diminati masyarakat (Adawyah 2008).

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tinjauan terdahulu dapat dijadikan referensi penulis untuk kemungkinan-kemungkinan menentukan faktor-faktor lingkungan perusahaan. Tentunya tinjauan terdahulu tersebut masih memiliki kedekatan dengan penelitian penulis. Penelitian Ardhi (2008) membuat rancangan strategi pengembangan usaha melalui pendekatan arsitektur strategik (Studi kasus BANISI, Kec. Soreang, Kab. Bandung, Jawa Barat). Peneliti membuat sebuah rancangan strategi untuk perusahaan olahan ikan, yaitu dengan menentukan strategi terlebih dahulu peneliti melakukan analisis lingkungan umum dan analisis lingkungan industri untuk mengidentifikasi lingkungan eksternal serta menggunakan pendekatan rantai nilai untuk mengidentifikasi lingkungan internal. Matriks IFE dan EFE serta matriks IE untuk mengetahui strategi inti perusahaan, matriks SWOT untuk memformulasikan strategi dan arsitektur strategi untuk merancang strategi-strategi dari matriks SWOT. Berdasarkan analisis matriks EFE dapat diketahui bahwa adanya dukungan dari pemerintah merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh perusahaan. Sedangkan ancaman terberat yang dihadapi perusahaan adalah


(29)

15 adanya produk pengganti. Berdasarkan analisis IFE diketahui bahwa pengendalian mutu yang diterapkan oleh perusahaan menjadi kekuatan utama. Kelemahan utama dari BANISI adalah tumpang tindih pekerjaan.

Dari analisis Matriks IE diperoleh posisi perusahaan terletak pada kuadran V. Pada posisi ini perusahaan dapat dikelola dengan strategi pertahanan dan pelihara, yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan analisis SWOT didapat beberapa strategik yang kemudian dibuatkan rancangan arsitektur strategiknya. Strategi tersebut seperti memelihara hubungan baik dengan

stakeholders, yaitu pemasok, agen, dan konsumen. Selain itu strategi lainnya yaitu meningkatkan jumlah produksi dengan mengoptimalkan sumberdaya yang ada, memperbaiki profesionalitas manajemen, pengembangan perusahaan dengan pemanfaatkan bantuan modal, mencari alternatif bahan baku dari komoditas lain, upaya pengembangan perusahaan dengan partnership, melakukan promosi secara intensif dan efektif, meningkatkan teknologi produksi dan informasi. Strategi tersebut dipetakan ke dalam lima tahun mendatang dalam arsitektur strategik.

Penelitian Hukmi (2010) menganalisis kelayakan pengembangan usaha pengolahan ikan asap (kasus pada Aneka Ikan Asap IACHI Petikan Cita Halus (PCH), Desa Raga Jaya, Kecamatan Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Peneliti menggunakan dua aspek untuk menentukan kelayakan usaha, yaitu analisis aspek-aspek non finansial dan analisis aspek-aspek finansial. Berdasarkan hasil aspek-aspek non finansial, yaitu aspek komersial, aspek teknis, aspek institusional, organisasi, dan manajerial, aspek sosial dan lingkungan dan aspek ekonomi, usaha pengolahan ikan asap PCH layak untuk dijalankan. Analisis aspek-aspek finansial menggunakan dua sekenario. Sekenario usaha I merupakan keadaan usaha pada saat ini. Sekenario II merupakan kondisi usaha setelah melakukan perbaikan packaging dan sudah memiliki brand image IACHI yaitu pada tahun 2009.

Berdasarkan analisis aspek-aspek finansial terhadap dua skenario, kedua skenario usaha layak untuk dijalankan PCH yaitu pada saat usaha melakukan perbaikan packaging produk ikan asap dan mengalami peningkatan produksi. Berdasarkan perbandingan switching value terhadap kedua skenario diperoleh bahwa skenario II lebih menguntungkan untuk diusahakan dan memiliki nilai


(30)

16 sensitivitas yang paling rendah terhadap kemungkinan perubahan biaya dan manfaat yang terjadi. Oleh karena itu pengembangan usaha pengolahan ikan asap dengan skenario II yaitu kondisi usaha pada saat melakukan peningkatan produksi menjadi 100 kg per hari.

Penelitian lain yang pernah dilakukan adalah penelitian oleh Amir (2008) mengenai strategi pengembangan usaha abon ikan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang paling cocok digunakan KUB Hurip dalam mengembangkan usaha abon ikan tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis Matriks EFE dan IFE, Matriks IE, Analisis SWOT, Metode PHA (Proses Hirarki Analitik). Berdasarkan penelitian tersebut dilihat dari faktor eksternal lingkungan didapat peluang dan ancaman. Peluang yang dihadapi adalah adanya dukungan Pemda Sukabumi dalam pengembangan UKM di Sukabumi, perkembangan teknologi yang semakin maju dan adanya peluang ekspansi pemasaran. Sedangkan ancaman yang dihadapi adalah kenaikkan harga BBM, ancaman masuknya pendatang baru cukup besar, ketidaktersediaan bahan baku karena perubahan musim, adanya produk substitusi, dan daya beli pelanggan menurun. Dilihat dari faktor internal perusahaan, kekuatan perusahaan yaitu lokasi perusahaan strategis, rasa dan tekstur produk yang baik, adanya labelisasi kemasan, pengalaman perusahaan selama empat belas tahun, loyalitas pelanggan, adanya hubungan kekeluargaan dan kerja sama yang kuat dan telah ada pembagian tugas. Hasil dari matriks IE menunjukkan posisi KUB Hurip Mandiri di kuadran II yang memberikan rekomendasikan untuk tumbuh dan berkembang. Strategi intensif dapat menjadi strategi yang paling sesuai.

Matriks SWOT menghasilkan tujuh alternatif strategi yaitu memperluas jaringan distribusi dan pemasaran, melakukan pengembangan produk melalui penganekaragaman rasa dan kemasan, aktif melakukan kegiatan promosi, mengoptimalkan volume produksi, meningkatkan kualitas produk dan mutu pelayanan kepada konsumen dan pemasok, melakukan penghematan biaya, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam kemampuan manajemen. Hasil pengolahan PHA diperoleh prioritas alternatif strategi pengembangan usaha abon ikan yaitu: 1) meningkatkan kualitas produk dan mutu pelayanan kepada


(31)

17 konsumen serta pemasok, 2) aktif melakukan kegiatan promosi, dan 3) memperluas jaringan distribusi dan pemasaran.

Tresnaprihandini (2006) yang memformulasikan strategi pengembangan usaha kerupuk udang dan ikan pada perusahaan “Candramawa” di Kabupaten Indramayu. Berdasarkan Matriks EFE diketahui peluang terbesar yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan adalah tingkat konsumsi kerupuk terus meningkat. Sedangkan berdasarkan matriks IFE ancaman terbesar yang akan dihadapi perusahaan adalah perusahaan pesaing lebih cepat dalam mengadaptasi teknologi. Berdasarkan analisis dari matriks IE dan SWOT dihadapkan beberapa strategi yang dapat dijalankan perusahaan antara lain meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, menjalin kerjasama dengan perusahaan besar pengekspor kerupuk, memperluas wilayah distribusi produk ke wilayah yang potensial yang belum pernah dijangkau pesaing maupun perusahaan, bekerjasama dengan pemerintahan daerah setempat untuk mendapatkan kemudahan memperoleh bahan baku, fasilitas dan perlindungan hukum, dan lain sebagainya, dari analisis QSPM maka prioritas strategi alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh perusahaan “Candramawa” adalah menjalin kerjasama dengan perusahaan besar pengekspor kerupuk.

Fatimah (2009) menganalisis mengenai strategi bisnis pengolahan ikan asap Petikan Cita Halus di Desa Regajaya, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini pada intinya sama yaitu menganalisis lingkungan eksternal dengan menggunakan matriks EFE dan internal perusahaan dengan menggunakan matriks IFE. Kemudian dicocokan dengan matriks IE dan SWOT serta tahapan terakhir yaitu analisis QSPM. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal didapatkan peluang yaitu komitmen pemerintah dalam mendukung usaha olahan ikan, permintaan untuk ekspor masih besar, belum banyaknya kompetitor di wilayah Jawa, konsumsi masyarakat Indonesia terhadap ikan masih tinggi, meningkatnya kesadaran akan makanan bergizi dan sehat bagi tubuh, perkembangan teknologi untuk mempercepat proses produksi, penyakit yang bersumber dari hewan non perikanan semakin banyak, Sumber daya tenaga kerja masih murah dan mudah diperoleh. Sedangkan yang menjadi ancaman perusahaan yaitu sistem pembayaran supermarket yang tidak tunai, bahan baku


(32)

18 ikan air laut yang bersifat musiman membuat produksi tidak kontinu, produk ikan asap belum populer jika dibandingkan dengan produk olahan ikan lain di pasaran.

Berdasarkan analisis lingkungan internal didapatkan kekuatan perusahaan yaitu: memiliki struktur organisasi yang sederhana dan ringkas, menerapkan sistem kekeluargaan dengan karyawan, produknya berasal dari ikan air tawar dan ikan air laut, produknya telah mendapatkan sertifikasi SNI dan label halal, harga lebih murah dibanding kompetitornya, mempunyai jaringan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku (ASPPI), waktu penhgasapan yang cepat (efisiensi produksi), memiliki jaringan kerjasama dengan Lembaga Penelitian IPB, Sudah menggunakan komputer dan menerima pesanan melalui email. Sedangkan yang menjadi kelemahan, antara lain: rendahnya keterampilan karyawan harian, pengetahuan serta pengalaman pemilik dan karyawan bagian pemasaran kurang terutama untuk pasar ekspor, sarana promosi masih kurang, modal usaha terbatas, ketergantungan yang tinggi terhadap satu pemasok bahan baku ikan air laut. Setelah melakukan pembobotan dan peratingan maka kemudian kondisi perusahaan dicocokkan ke dalam matriks IE.

Matrik IE memperlihatkan bahwa perusahaan berada pada posisi V yaitu strategi mempertahankan dan memelihara. Alternatif strategi dari analisis SWOT antara lain: memanfaatkan teknologi dan tenaga kerja untuk memacu dan menambah jumlah produksi secara kontinu, melakukan ekspor dengan merek sendiri, peningkatan kapasitas karyawan harian serta peningkatan pengetahuan pemilik dan para manajer mengenai pasar ekspor, melakukan pinjaman melalui kredit usaha kecil yang dikeluarkan bank-bank pemerintah, mengidentifikasi produk ikan yang paling digemari sehingga bisa memproduksi sesuai perbandingan dari keterampilan konsumen, membuka kerjasama dengan pemasok-pemasok lain, melakukan renegosiasi kerjasama dengan supermarket yang sedang berjalan dan membuka kesempatan untuk bekerjasama dengan pihak lain, melakukan promosi melalui website dengan mengedepankan jenis produk dan harga, memperluas media promosi produk, meningkatkan kerjasama dengan pemasok, melakukan penetrasi pasar secara intensif baik melalui pameran maupun sistem keagenan. Strategi tersebut kemudian diberi prioritas dengan menggunakan


(33)

19 QSPM. Prioritas utama adalam melakukan penetrasi pasar secara intensif baik melalui pameran maupun sistem.

Berdasarkan penelitian terdahulu pada Tabel 6 yang telah dilakukan, terdapat beberapa perbedaan dan persamaan dengan penelitian ini. Secara umum perbedaan terletak pada lokasi dilakukan penelitian. Sedangkan secara umum persamaannya adalah penelitian yang dikaji sama yaitu mengenai produk olahan ikan. Penelitian Ardhi (2006) memiliki perbedaan yaitu tempat penelitian dan komoditi yang diteliti yaitu produk olahan ikan bandeng serta menggunakan analisis matriks EFE dan IFE, matriks IE, sedangkan konsep alat analisisnya sama yaitu menggunakan matriks SWOT dan pendekatan arsitektur strategik. Penelitian Amir (2008) memiliki perbedaan yaitu tempat penelitian dan metode yang digunakan yaitu matriks EFE, IFE dan mtriks IE serta menggunakan metode PHA, serta mengkaji tentang usaha abon ikan sedangkan persamaannya adalah alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan SWOT. Penelitian Hukmi (2010) memiliki perbedaan yaitu tempat penelitian, konsep penelitian yaitu studi kelayakan, dan alat analisis yang digunakan yaitu NPV, Net B/C, IRR, Payback Period, BEP, Analisis switching value serta mengkaji mengenai pengolahan ikan asap. Penelitian Tresnaprihandini (2008) memiliki perbedaan yaitu tempat penelitian serta alat analisis yang digunakan adalah analisis matriks EFE dan IFE, matriks IE dan matriks QSPM, produk yang dibahas adalah kerupuk udang dan kerupuk ikan. Sedangkan persamaannya adalah alat analisis yaitu matriks SWOT. Begitu pula dengan penelitian Fatimah (2009) yang berbeda dari tempat penelitian, serta menggunakan matriks IE serta matriks QSPM. Melihat hal tersebut maka penelitian ini yang berjudul Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor merupakan penelitian yang dapat dijadikan pelengkap dari penelitian sebelumnya terkait usaha pengolahan ikan.


(34)

20 Tabel 6. Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Penelitian Alat Analisis

1 Ardhi (2008) Perancangan Strategi Pengembangan Usaha Melalui Pendekatan Arsitektur Strategik (Studi Kasus BANISI, Kec. Soreang, Kab. Bandung, Jawa Barat)

Analisis Matriks IFE dan EFE, Matriks IE,

Analisis SWOT, Arsitektur strategik

2 Amir (2008)

Strategi Pengembangan Usaha Abon Ikan Di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi.

Analisis Matriks EFE dan IFE, Matriks IE, Analisis SWOT, Metode PHA (Proses Hirarki Analitik).

3 Hukmi (2010)

Kelayakan

Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan Asap (Kasus pada Aneka Ikan Asap IACHI Petikan Cita Halus (PCH), Desa Raga Jaya, Kecamatan Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

NPV, Net B/C, IRR,

Payback Period, BEP, Analisis switching value

4 Tresnaprihandini (2006)

Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Kerupuk Udang dan Ikan Pada Perusahaan

“Candramaya” Di Kabupaten Indramayu

Analisis Matriks IFE dan EFE, Matriks IE,

Analisis SWOT, Matriks QSPM

5. Fatimah (2009)

Strategi Bisnis

Pengolahan Ikan Asap Petikan Cita Halus Di Desa Regajaya,

Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat.

Analisis Matriks EFE dan IFE, Matriks IE, Analisis SWOT, QSPM


(35)

21

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Manajemen Strategis

Manajemen strategis adalah sebuah seni dan pengetahuan dalam merumusakan, mengimplementasikan serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional, sehingga dengan hal tersebut suatu organisasi mampu mencapai tujuannya. Manajemen strategi dapat mengeksploitasi serta serta menciptakan peluang yang mungkin muncul di hari kemudian dan juga membuat sesuatu yang berbeda dengan organisasi lainnya yang tentunya didasari dengan melihat kondisi lingkungan eksternal dan internal organisasi (David 2009).

3.1.2 Tahap-Tahap Manajemen Strategis

Proses manajemen strategis dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap melakukan formulasi strategi, tahap implementasi, dan tahap evaluasi strategi. Proses manajemen strategis tersebut dapat dijelaskan dengan sebuah model yaitu model manajemen strategis komprehensif (David 2009).

Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber : David (2009) hal. 21

Melakukan Audit Eksternal Menetapkan Tujuan-tujuan Jangka Panjang Menciptakan, Mengevaluasi, dan Memilih Strategi Menerapkan Strategi Isu-Isu Manajemen Menerapkan Strategi Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Litbang, dan SIM

Mengukur dan Mengevaluasi

Kinerja Mengembangkan

Pernyataan Visi dan Misi

Melakukan Audit Internal Perumusan Strategi Penerapan Strategi Evaluasi Strategi


(36)

22 Gambar 1 menjelaskan tahapan-tahapan dalam manajemen strategi. Tahapan perumusan strategi (formulasi strategi) meliputi kegiatan mengembangakan visi dan misi perusahaan, melakukan identifikasi lingkungan internal dan eksternal perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang perusahaan sehingga didapatkan alternatif strategi hingga akhirnya dapat memilih strategi untuk perusahaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Porter (1992), yaitu rantai nilai untuk menganalisis lingkungan internal perusahaan dan analisis lingkungan eksternal menggunakan pendekatan David (2009) dan Porter (1980).

Formulasi strategi adalah suatu proses penyusunan perencanaan jangka panjang yang membutuhkan proses analitis yang baik. Jadi di dalam perencanaan strategis ini analisis-analisis baik pada tingkat korporat maupun pada tingkat bisnis sangat dibutuhkan (Rangkuti 2005). Tujuannya adalah untuk menyusun strategi sehingga sesuai dengan misi, sasaran serta kebijakan perusahaan. Tahapan ini lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas utama yaitu menyiapkan strategi alternatif, pemilihan strategi dan menetapkan strategi yang akan digunakan (Dirgantoro 2001).

Tahap kedua adalah tahap penerapan strategi. Tahapan ini perusahaan melakukan banyak isu-isu untuk membuat sumberdaya yang ada dapat digunakan untuk menerapkan strategi yang telah ditetapkan. Menurut Dirgantoro (2001), aktivitas pada tahap ini mencakup menetapkan tujuan tahunan, menetapkan kebijakan, memotivasi karyawan, mengembangkan budaya yang mendukung, menetapkan struktur organisasi yang efektif, menyiapkan budget,

mendayagunakan sistem informasi dan menghubungkan kompensasi karyawan dengan performance perusahaan.

Tahapan ketiga adalah tahap evaluasi strategi. Pada tahapan ini, perusahaan melakukan penilaian terhadap strategi yang telah diterapkan perusahaan, sehingga diketahui efektivitas dari implementasi strategi. Evaluasi strategi mencakup aktivitas melihat ulang faktor internal dan eksternal perusahaan yang merupakan dasar dari strategi yang sudah ada, menilai performance strategi, serta melakukan langkah koreksi terhadap apa yang telah dilakukan (Dirgantoro 2001).


(37)

23 3.1.3 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

Salah satu langkah untuk melakukan perumusan strategi adalah penetapan visi dan misi perusahaan, sehingga strategi yang dihasilkan sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Menurut David (2009), visi adalah suatu kalimat yang menjelaskan “apa yang ingin dicapai perusahaan?”, “ingin menjadi apa suatu perusahaan tersebut?”, sedangkan menurut Dirgantoro (2001), visi adalah suatu pandangan yang jauh tentang perusahaan melipiti tujuan-tujuan perusahaan, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan visi bukan sebatas angan-angan yang tidak dapat direalisasikan oleh perusahaan.

Misi merupakan tujuan dan alasan mengapa perusahaan ada. Misi digunakan untuk memberikan arahan sekaligus batasan proses pencapaian tujuan, membantu memfokuskan usaha, dasar bagi pengalokasian sumberdaya, menerapkan kerangka tanggung jawab dalam perusahaan, serta sebagai dasar bagi pengembangan tujuan organisasi (Dirgantoro 2001). Sedangkan menurut David (2009), misi merupakan fondasi bagi prioritas, strategi, rencana, dan penugasan kerja yang pada akhirnya memperlihatkan perbedaan antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya.

3.1.4 Lingkungan Perusahaan

Bisnis dan perusahaan adalah suatu sistem yang berkaitan dengan sekumpulan faktor tertentu yang dapat mempengaruhi arah dan kebijakan perusahaan dalam mengelola bisnisnya. Lingkungan bisnis dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar kendali perusahaan, terdiri dari variabel-variabel di luar organisasi yang memberikan peluang dan ancaman kepada perusahaan. Lingkungan eksternal dibagi menjadi dua kategori, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri. Sedangkan lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam perusahaan yang mencakup kekuatan dan kelemahan perusahaan (Umar 2008).

Lingkungan jauh dapat dikaji dengan menggunakan beberapa aspek, yaitu: (1) kekuatan ekonomi, (2) kekuatan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan, (3) kekuatan politik, pemerintah, dan hukum, (4) kekuatan teknologi. Analisis kekuatan kompetitif atau analisis lingkungan industri dapat dikaji melalui


(38)

aspek-24 aspek yang terdapat dalam konsep strategi bersaing dari Michael E. Porter, yaitu dengan melihat pada model lima kekuatan persaingan yang meliputi: 1 ancaman pendatang baru, 2 persaingan dalam industri, 3 kekuatan pemasok, 4 kekuatan konsumen dan 5 ancaman produk substitusi. Sedangkan lingkungan internal dikaji melalui pendekatan rantai nilai. Menurut Dirgantoro (2001), analisis lingkungan perusahaan tersebut bertujuan agar perusahaan dapat mengantisipasi lingkungan perusahaan sehingga dapat bereaksi dengan cepat dan tepat untuk mencapai kesuksesan organisasi.

1. Lingkungan Eksternal: Lingkungan Jauh

Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan sehingga perusahaan tidak bisa melakukan intervensi terhadap faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor utama yang biasa diperhatikan adalah faktor ekonomi, faktor sosial budaya, demografis dan lingkungan, faktor politik, pemerintah dan hukum serta faktor teknologi. Lingkungan jauh ini memberikan kesempatan besar bagi perusahaan untuk memajukan perusahaan.

a. Faktor Ekonomi

Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbasis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat hendaknya bersama-sama mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi ekonomi daerahnya menjadi lebih baik lagi agar perusahaan dapat bergerak maju dalam usahaanya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja.

b. Faktor Sosial, Budaya, Demografis, dan Lingkungan

Kondisi sosial masyarakat memang berubah-ubah. Perubahan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan memiliki dampak yang besar atas hampir semua produk, jasa, pasar, dan konsumen. Kondisi ini mencakup banyak aspek, misalnya gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan. Jumlah penduduk yang semakin bertambahpun dapat juga


(39)

25 dijadikan sebuah peluang perusahaan untuk menjadikannya pasar bagi produk yang dihasilkan perusahaan.

c. Faktor Politik, Pemerintah, dan Hukum

Pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan pembuat regulasi, deregulasi, penyubsidi, pemberi kerja, dan konsumen utama organisasi. Arah, kebijakan dan stabilitas politik pemerintahan menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk berusaha, situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi perusahaan, begitu pula sebaliknya. Stabilitas nasional yang baik serta situasi politik yang kondusif merupakan sebuah ketenangan bagi setiap kegiatan perusahaan dan memberikan jaminan kepastian keamanan bagi kegiatan investasi dalam negeri. Perubahan-perubahan dalam hukum paten juga sangat mempengaruhi berjalannya suatu perusahaan. Faktor-faktor politik, pemerintah, dan hukum, karenanya dapat merepresentasikan peluang dan ancaman utama baik bagi organisasi kecil maupun besar.

d. Faktor Teknologi

Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat akhir-akhir ini, baik dibidang bisnis maupun dibidang yang mendukung kegiatan bisnis. Teknologi sebenarnya tidak hanya mencakup penemuan-penemuan yang baru saja, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan, artinya teknologi mampu memberikan suatu gambaran yang luas, yang meliputi mendesain, menghasilkan dan mendistribusikan. Setiap kegiatan usaha yang diinginkan untuk berjalan terus menerus harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk atau jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya. 2. Lingkungan Eksternal: Lingkungan Industri (Kekuatan Kompetitif)

Menurut Porter (1980), lingkungan industri adalah kelompok perusahaan yang menghasilkan produk yang saling menggantikan. Di dalamnya terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi eksistensi dan kerja suatu industri, namun secara relatif masih berada dalam wilayah kontrol perusahaan. Aspek lingkungan industri akan lebih mengarah pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada. Akibatnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti


(40)

26 ancaman dan kekuatan yang dimiliki perusahaan termasuk kondisi persaingan itu sendiri menjadi perlu untuk dianalisis. Tentunya persaingan dalam suatu industri akan semakin ketat dengan semakin banyaknya perusahaan dalam industri tersebut. Analisis lingkungan industri dapat dilihat dari lima kekuatan persaingan Porter, yang meliputi: 1) ancaman masuknya pendatang baru, 2) persaingan diantara perusahaan yang ada, 3) ancaman masuknya produk atau jasa pengganti, 4) kekuatan tawar-menawar pemasok, dan 5) kekuatan tawar-menawar pembeli. Pemahaman tentang hakikat dan dampak lima hal tersebut sangat penting bagi para pengambil keputusan strategis perusahaan, bukan hanya agar mereka mampu merumuskan strategi, misi dan kebijakan yang tepat, akan tetapi juga mampu memanfaatkan peluang yang timbul dimasa yang akan datang. Penjelasan selengkapnya mengenai kekuatan persaingan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Model Lima Kekuatan Persaingan Sumber : Porter (1980) hal. 4

a. Ancaman Masuk Persaing Baru

Masuknya pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumberdaya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang telah ada. Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke suatu industri tertentu, maka intensitas persaingan antar perusahaan akan meningkat.

Menurut Porter (1980), enam sumber utama hambatan masuk bagi perusahaan baru, yaitu skala ekonomis, produk diferensiasi, kebutuhan modal,

Ancaman masuknya pendatang baru

Persaingan di antara perusahaan

yang ada

Kekuatan tawar-menawar pembeli Kekuatan

tawar-menawar pemasok

Ancaman produk atau jasa pengganti


(41)

27 biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala. Dalam mengatasi persaingan yang mungkin muncul maka perusahaan perlu melakukan identifikasi perusahaan baru yang berpotensi masuk ke pasar, memonitor strategi perusahaan baru, menyerang balik jika perlu dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada. Sehingga ketika perusahaan pesaing masuk, perusahaan telah memiliki strategi yang tepat untuk menghadapinya.

b. Persaingan antar Perusahaan dalam Industri

Adanya persaingan antar perusahaan dalam suatu industri mempengaruhi kebijakan dan kinerja dari suatu perusahaan. Suatu keunggulan kompetitif dapat diciptakan dengan membuat strategi yang paling tepat untuk perusahaan dengan melihat pada perusahaan saingan dalam lingkungan industri tersebut. Beberapa strategi yang dapat dilakukan perusahaan, yaitu strategi penurunan harga, peningkatan kualitas, penambahan fitur, penyediaan layanan, perpanjangan garansi, dan pengintensifkan iklan.

Intensitas persaingan antar perusahaan cenderung meningkat ketika jumlah pesaing dalam industri tersebut bertambah, ketika pesaing lebih setara dalam hal ukuran dan kapabilitas, ketika permintaan akan produk industri tersebut menurun dan ketika potongan harga menjadi lazim. Selain itu intensitas persaingan akan cenderung meningkat ketika konsumen tidak loyal terhadap suatu produk yang dihasilkan perusahaan, ketika hambatan keluar pasar tinggi, ketika biaya tetap tinggi, ketika produk dapat musnah atau rusak, ketika permintaan konsumen tumbuh lambat atau turun sehingga pesaing memiliki kelebihan kapasitas atau persediaan, saat produk yang dijual sulit untuk didiferensiasikan, ketika perusahaan pesaing beragam dalam hal strategi, tempat asal dan budaya. Saat persaingan antar perusahaan dalam industri meningkat, maka laba industri akan menurun (David 2009).

c. Ancaman Produk Pengganti

Perusahaan dalam industri tentunya juga mengalami persaingan yang ketat dengan produk penggantinya. Walaupun produk yang dihasilkan tidak memiliki kemiripan secara wujud produk, namun fungsi yang diberikan produk tersebut sama, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi jumlah penjualan


(42)

28 perusahaan, laba penjualan serta pangsa pasar perusahaan. Produk pengganti akan sangat memberikan ancaman ketika produk pengganti tersebut memiliki harga di bawah harga produk yang dihasilkan perusahaan dengan kualitas yang sama bahkan lebih tinggi daripada produk yang dihasilkan perusahaan dalam industri (David 2009).

d. Kekuatan Tawar Pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk atau servis. Pemasok menjadi kuat apabila jumlah pemasok sedikit, produk atau servis yang ada, pemasok menganggap suatu industri bukan merupakan pelanggan yang penting, pemasok mampu menciptakan biaya peralihan yang tinggi dan pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah produk yang dihasilkan menjadi produk sama yang dihasilkan oleh perusahaan. Untuk mengantisipasi kekuatan pemasok maka perusahaan dapat melakukan integrasi ke belakang untuk mendapatkan kendali atau kepemilikan dari pemasok. Sehingga perusahaan tidak bergantung pada pemasok, hal ini mengantisipasi ketidakmampuan pemasok dalam pengadaan bahan baku, harga bahan baku mahal atau ketika tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan secara konsisten (Porter 1980).

e. Kekuatan Tawar Pembeli

Pembeli dapat melakukan persaingan dengan perusahaan dalam suatu industri, dengan cara meminta perusahaan menurunkan harga produk, meningkatkan mutu dan pelayanan serta mengadu perusahaan dengan kompetitornya posisi pembeli akan kuat ketika pembeli melakukan pembelian produk dalam jumlah yang besar, produk merupakan komponen biaya dalam pembeli, produk yang dihasilkan standar, pembeli mengalami biaya pengalihan yang kecil, pembeli mendapatkan laba yang kecil, pembeli memberikan ancaman akan melakukan integrasi balik, produk tidak penting bagi mutu produk pembeli, dan jika pembeli memiliki informasi yang lengkap. Ketika posisi tawar pembeli lebih kuat maka mereka akan melakukan negosiasi terhadap harga, garansi, dan kelebihan dari produk tersebut. Daya tawar pembeli dapat menggambarkan kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri. Sehingga untuk menarik konsumen perusahaan bisa menawarkan garansi yang


(43)

29 panjang atau layanan khusus untuk mendapatkan loyalitas konsumen (Porter 1980).

3. Lingkungan Internal

Lingkungan internal perusahaan adalah lingkungan yang ada di dalam perusahaan. Komponen-komponen dari lingkungan internal cenderung lebih mudah dikendalikan oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat melakukan intervensi secara langsung. Lingkungan internal dapat dikaji dengan pendekatan analisis rantai nilai.

Analisis Rantai Nilai (Value Chain)

Menurut Porter (1992), rantai nilai merupakan pendekatan untuk melihat keunggulan bersaing dari suatu perusahaan. Setiap perusahaan tentunya memiliki rantai nilai yang berbeda. Perusahaan tentunya melakukan beberapa kegiatan usaha seperti melakukan desain, memproduksi, memasarkan, menyampaikan serta mendukung produksinya. Seluruh kegiatan tersebut dapat digambarkan dengan pendekatan rantai nilai. Skema rantai nilai dapat dilihat pada Gambar 3.

Ket: a: Kegiatan Utama b: Kegiatan Penunjang

Gambar 3. Analisis Rantai Nilai Sumber: Porter (1992) hal. 34

b

a Infrastuktur Perusahaan

Manajemen Sumberdaya Manusia Pengembangan Teknologi Pembelian

Logistik Operasi Logistik Pemasaran Layanan

Ke Dalam ke Luar dan


(44)

30 a. Mengidentifikasi Kegiatan Utama

Merupakan aktivitas-aktivitas yang melibatkan diri dalam penciptaan fisik produk atau jasa, penjualan dan pengirimannya kepada pembeli serta aktivitas purna jual.

1. Logistik ke Dalam (Inbound Logistics)

Logistik ke dalam adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penerimaan, penyimpanan, penanganan bahan, pengendalian persediaan, penjadwalan pemesanan bahan, dan pengembalian bahan ke pemasok.

2. Operasi

Operasi adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengubahan masukan menjadi produk akhir seperti permesinan, perakitan, pengemasan, pemeliharaan peralatan, dan operasi fasilitas.

3. Logistik ke Luar (Outbound Logistics)

Logistik ke luar adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian produk ke pembeli seperti penyimpanan barang jadi, penanganan barang, pemrosesan pesanan, dan penjadwalan pengiriman barang jadi ke pembeli.

4. Pemasaran dan Penjualan

Pemasaran dan penjualan adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan sarana yang memungkinkan pembeli melakukan pembelian produk dan mempengaruhi pembeli untuk melakukan pembelian, misalnya dengan melakukan promosi, periklanan, promosi, pemilihan agen, hubungan dengan pendistribusian, dan penetapan harga.

5. Layanan

Layanan adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan layanan untuk memperkuat atau menjaga nilai produk seperti pemasangan, reparasi, pelatihan, pasokan suku cadang, dan penyesuaian produk.


(45)

31 b. Mengidentifikasi Kegiatan Penunjang

Kegiatan penunjang merupakan aktivitas-aktivitas yang melengkapi aktivitas utama dengan berbagai fungsi, yaitu kelengkapan infrastruktur, manajemen SDM, pengembangan teknologi, dan pembelian.

1. Infrastruktur Perusahaan

Terdiri dari beberapa aktivitas yang meliputi manajemen umum dan administrasi, keuangan, akuntansi, hukum, perpajakan, dan perencanaan strategik serta semua aktivitas lainnya yang terpisah dari kegiatan primer atau penunjang tetapi penting bagi operasi keseluruhan rantai nilai.

2. Manajemen SDM

Aktivitas yang berhubungan dengan perekrutan, pelatihan, pengembangan tenaga kerja. Hal ini mempengaruhi keunggulan bersaing melalui peranannya dalam menentukan keterampilan dan motivasi tenaga kerja, biaya penerimaan, dan pelatihan karyawan.

3. Pengembangan Teknologi

Setiap aktivitas perusahaan mengandung teknologi baik berupa pengetahuan, prosedur atau peralatan yang menyangkut perencanaan produk serta kegiatan yang menyangkut penciptaan dan penyempurnaan cara pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rantai nilai.

4. Pembelian

Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan pembelian masukkan bahan baku, jasa dari luar, mesin, dan sebagainya. Sehingga dalam praktiknya aktivitas ini mencari pemasok berkualitas dengan harga rendah dan mutu tinggi.

3.1.5 Penetapan Tujuan Jangka Panjang

Tujuan jangka panjang perusahaan haruslah realistis, bisa diukur, kuantitatif, dapat dimengerti, mungkin untuk dicapai dan menantang. Tujuan-tujuan jangka panjang yang ditetapkan perusahaan tersebut akan mampu merepresentasikan hasil-hasil yang diharapkan dari pelaksanaan suatu strategi. Strategi tersebut mampu menggambarkan tindakan yang perlu dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Tujuan harus dinyatakan dengan jelas dan dikomunikasikan dengan baik kepada seluruh pihak yang


(46)

32 berkepentingan sehingga besar kemungkinan tujuan tersebut dapat tercapai. Kerangka waktu bagi tujuan dan strategi haruslah konsisten berkisar antara dua hingga lima tahun (David 2009).

3.1.6 Alternatif Strategi

Menurut David (2009), alternatif strategi berdasarkan analisis SWOT terdiri dari empat strategi, yaitu: strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT.

1. Strategi SO

Strategi yang dapat digunakan perusahaan karena perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi ini dapat dikatakan sebagai strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ini diterapkan dalam kondisi ini adalah strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Strategi ini digunakan untuk mencapai pertumbuhan perusahaan baik penjualan, asset, profit ataupun gabungan ketiganya. Hal tersebut dapat tercapai dengan menurunkan harga, mengembangkan produk baru, menambah kualitas produk atau jasa serta meningkatkan akses pasar yang lebih luas. Biasanya untuk melakukan strategi SO, perusahaan terlebih dahulu menjalankan strategi ST, WO, dan WT.

2. Strategi ST

Strategi ini merupakan strategi yang dapat digunakan perusahaan untuk menghadapi berbagai ancaman yang timbul dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan. yang dapat digunakan karena perusahaan memiliki kekuatan dari segi internal walaupun perusahaan menghadapi berbagai ancaman. Strategi ini mendukung strategi diversifikasi mengacu pada sekelompok bentuk strategi yang berbeda-beda. Hal ini dapat mengacu pada perubahan produk, pasar atau fungsi. Menurut David (2009), secara umum terdapat tiga jenis strategi diversifikasi, yaitu: diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat.

Strategi diversifikasi konsentrik dapat didefinisikan sebagai kegiatan menambah produk baru, namun masih saling berhubungan. Strategi ini dapat diterapkan ketika organisasi bersaing dalam industri yang pertumbuhannya


(47)

33 lambat, produk-produk perusahaan saat ini dalam tahap daur hidup produk yang menurun, dan perusahaan memiliki tim manajemen yang kuat.

Strategi diversifikasi horizontal dapat didefinisikan sebagai kegiatan menambah produk dan jasa pelayanan yang baru, tetapi tidak saling berhubungan untuk ditawarkan pada para konsumen yang ada saat ini. Strategi ini dapat dijalankan ketika pendapatan perusahaan yang berasal dari produk atau jasa yang ada dapat meningkat secara signifikan dengan penambahan produk yang tidak berhubungan, perusahaan bersaing dalam industri yang sangat kompetitif serta memiliki saluran distribusi yang baik.

Strategi diversifikasi konglomerat dapat didefinisikan sebagai kegiatan menambah produk atau jasa yang tidak saling berhubungan dengan pasar yang baru. Strategi ini dapat dijalankan ketika industri dasar organisasi sedang mengalami penjualan dan laba tahunan yang merosot, organisasi mempunyai modal maupun tenaga manajerial yang diperlukan untuk bersaing dalam industri baru serta kondisi pasar saat ini yang telah jenuh

3. Strategi WO

Strategi ini digunakan karena terdapat peluang pasar yang sangat besar tetapi perusahaan menghadapi kendala internal karena beberapa kelemahan yang dimiliki. Strategi ini sama dengan strategi penciutan, yaitu strategi dengan melakukan reduksi biaya atau aset perusahaan. Strategi ini terjadi jika sebuah organisasi melakukan pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan asset untuk membalik penjualan dan laba yang menurun. Strategi ini bertujuan untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi. Strategi ini mendukung strategi turn around

4. Strategi WT

Strategi ini mendukung strategi defensif. Strategi defensif dilakukan karena kondisi yang tidak menguntungkan, karena perusahaan menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi ini adalah tindakan yang dilakukan perusahaan untuk melakukan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar ataupun bangkrut. Strategi ini merupakan strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan dengan meminimalkan bahkan mampu menghindari ancaman yang ada.


(48)

34 3.1.7 Perumusan Strategi

1. Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah matching tool penting yang dilihat dari kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesess), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threaths) yang akan membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi dan analisis ini didasari dengan logika perusahaan sehingga dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada (David 2009).

2. Arsitektur strategik

Menurut Yoshida (2006), arsitektur strategik diperkenalkan oleh Gary Hamel dan C.K. Prahalad di awal tahun 1990-an. Arsitektur strategik lahir karena penyusunan strategi dengan pendekatan klasik dianggap kurang bisa mengatisipasi perubahan lingkungan yang cepat. Penyusunan strategi dengan pendekatam arsitektur strategik bersifat bentangan, maksudnya adalah strategi yang dihasilkan tidak hanya mampu mengakomodasi perubahan lingkungan yang telah dibakukan dalam bentuk asumsi. Dengan adanya arsitektur strategik membuat manajemen penyusunan strategi dengan lebih leluasa mengembangkan skenario strategi atau program untuk mencapai visi dan misi organisasi dan strategi tersebut dipetakan ke dalam blue print strategy yang sekali lagi digunakan untuk mencapai tujuan dalam beberapa waktu tertentu.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Persaingan dalam mendapatkan bahan baku ikan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi CV Bening. Ketidakmampuan mendapatkan bahan baku dikarenakan kurangnya modal usaha dan juga ketersediaan ikan laut yang musiman. Akibat tidak tersedianya ikan, perusahaan mengalami gangguan produksi yang menyebabkan omset perusahaan menurun. Melihat hal tersebut peneliti mencoba membuat strategi yang dapat digunakan perusahaan. Untuk perumusan strategi, peneliti pertama kali harus mengetahui visi, misi, dan tujuan CV Bening. Sehingga strategi yang dibuat sejalan dengan visi, misi, dan tujuan


(49)

35 yang ingin dicapai. Kemudian dilakukan identifikasi lingkungan eksternal dan lingkungan internal CV Bening. Lingkungan eksternal perusahaan dilakukan dengan menganalisis lingkungan jauh perusahaan dan lingkungan industri, sedangkan untuk lingkungan internal dianalisis dengan pendekatan rantai nilai. Hasil dari analisis eksternal dan internal diplotkan ke dalam matriks SWOT untuk merumuskan strategi sehingga mendapatkan alternatif strategi yang dapat digunakan CV Bening. Seluruh alternatif strategi yang dihasilkan akan dibuatkan peta perencanaan strategi berdasarkan waktu tertentu. Pada penelitian ini peneliti menggunakan waktu enam semester atau tiga tahun untuk memetakan strategi yang didapat. Waktu tersebut dirasa cukup untuk melihat kemungkinan perubahan lingkungan yang terjadi di masa depan. Penentuan ini tentunya telah didiskusikan oleh pihak perusahaan. Sehingga dengan menggambarkan pola strategi perusahaan lebih mudah melihat perubahan strategi yang akan ditempuh selama tiga tahun tersebut. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.


(1)

104 Lampiran 11. Proses Produksi Lumpia CV Bening Jati Anugrah

Bahan-bahan 1. Ikan 2. Udang

3. Bawang putih 4. Bawang bombay 5. Daun bawang 6. Bawang goreng 7. Telur

8. Es balok

9. Gula putih 10.Garam 11.Penyedap 12.Lada 13.Pengenyal 14.Minyak wijen 15.Minyak sayur 16.Tepung tapioka

Ikan,udang digiling di mesinChopper

Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, daun bawang, bawang goreng,

bumbu, telur

Sediakan kulit lumpia, dan isi kulit lumpia dengan adonan yang telah dibuat

Dinginkan dan dikemas ke dalam plastik dengan ukuran 500 gram

Pemberian Label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa Gulung adonan dan kukus hingga matang


(2)

105 Lampiran 12. Proses Produksi Ekado CV Bening Jati Anugrah

Bahan-bahan: 1. Ikan 2. Udang 3. Wortel

4. Bawang putih 5. Bawang bombay 6. Daun bawang 7. Es balok 8. Gula putih

9. Garam 10.Penyedap 11.Lada 12.Pengenyal 13.Minyak wijen 14.Minyak sayur 15.Telur

16.Tepung tapioka Ikan dan udang digiling di mesin Chopper

Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay,

daun bawang, wortel, bumbu, telur

Sediakan kulit tahu, kemudian isi kulit tahu dengan adonan Tutup rapat sisi kulit tahu menuju ke atas, kemudian dikukus

Dinginkan dan dikemas kedalam plastik dengan isi 20 buah Pemberian Label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa


(3)

106 Lampiran 13. Proses Produksi Keong Mas CV Bening Jati Anugrah

Bahan-bahan: 1. Ikan 2. Udang 3. Cabai merah 4. Wortel

5. Bawang putih 6. Bawang bombay 7. Daun bawang 8. Es balok 9. Gula putih 10.Garam 11.Penyedap 12.Lada 13.Pengenyal 14.Minyak wijen 15.Minyak sayur 16.Telur

17.Tepung tapioka

Ikan dan udang digiling di mesin Chopper

Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, cabai maerah, daun

bawang, wortel, bumbu, telur

Sediakan kulit tahu, kemudian isi kulit tahu Tutup rapat sisi kulit tahu membentuk keong

(kerucut), kemudian dikukus Dinginkan dan dikemas kedalam

plastik dengan isi 20 buah


(4)

107 Lampiran 14. Proses Produksi Udang Gulung CV Bening Jati Anugrah

Bahan-bahan: 1. Ikan 2. Udang 3. Cabai merah 4. Wortel

5. Bawang putih 6. Bawang bombay 7. Daun bawang 8. Es balok 9. Telur

10.Tepung tapioka 11.Gula putih 12.Garam 13.Penyedap 14.Lada 15.Pengenyal 16.Minyak wijen 17.Minyak sayur

Ikan dan udang digiling di mesin Chopper

Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, cabai maerah, daun

bawang, wortel, bumbu, telur

Masukkan adonan ke dalam pipa yang telah dibagi dua bagian, dengan panjang 15 cm.

Padatkan, cetak dan cabut pipa, kemudian dikukus selama Dinginkan dan dikemas ke dalam plastik dengan isi 3 buah


(5)

108 Lampiran 15. Dokumentasi


(6)

109 Lampiran 16. Foto-foto Produk Olahan CV Bening Jati Anugrah

Kaki Naga Keong Mas

Bakso Ikan Siomay

Udang Gulung Fish Finger