Konsumsi Domestik Nilai Tukar

produsen lebih cenderung untuk tetap mengekspor luar negeri. Hal ini dipengaruhi juga oleh produk televisi yang dihasilkan oleh Multinational Company yang ada di Indonesia sudah banyak diminati oleh pasar internasional sehingga produsen lebih mengharapkan keuntungan yang lebih besar melalui penjualan di pasar internasional, terutama di negara Malaysia, Singapura, dan Thailand yang menjadi pengimpor utama televisi Indonesia. Tabel 5.2 Perbandingan Harga Rata-rata Ekspor dah Harga Rata-rata Domestik Televisi Indonesia USkg Tahun Harga Rata- rata Ekspor Harga Rata-rata Domestik 1996 7,18 7,23 1997 7,05 7,15 1998 8,91 7,09 1999 7,74 7,39 2000 7,96 7,25 2001 7,73 7,79 2002 6,78 7,72 2003 5,35 7,77 2004 5,28 6,59 2005 5,62 6,83 2006 8,59 7,62 2007 8,37 6,46 Sumber : Depdag, 2008

b. Konsumsi Domestik

Variabel konsumsi domestik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor televisi ke negara pengimpor Malaysia, Singapura, dan Thailand. Hal ini terjadi karena kebutuhan masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi televisi lebih didominasi oleh produk asal China dibandingkan dengan produk televisi dalam negeri dikarenakan harga produk televisi asal China jauh lebih murah walaupun dari segi kualitas jauh di bawah produk televisi buatan Indonesia. Oleh karena itu konsumsi domestik tidak berpengaruh kepada volume penawaran ekspor televisi Indonesia. Para produsen tidak terlalu memfokuskan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri karena sebagian besar sudah dipenuhi oleh produk televisi asal China. Para produsen lebih memilih untuk tetap mengekspor produk mereka ke luar negeri untuk memenuhi permintaan dari negara pengimpor, terutama ke Malaysia, Singapura, dan Thailand.

c. Nilai Tukar

Variabel nilai tukar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor televisi Indonesia ke negara pengimpor Malaysia, Singapura, dan Thailand. Hal ini terjadi karena perubahan nilai tukar seperti adanya depresiasi tidak mempengaruhi keinginan produsen untuk mengekspor televisi ke tiga negara tersebut, dikarenakan kebutuhan untuk memenuhi permintaan dari negara pengimpor tersebut. Perubahan nilai tukar seharusnya berpengaruh pada jumlah produksi domestik karena bahan baku untuk pembuatan televisi sebagian besar masih diimpor. 5.5. Analisis Keunggulan Komparatif Komoditi Televisi Indonesia Bedasarkan nilai RCA selama periode tahun 2002 hingga 2006 Tabel 5.3 perkembangan daya saing televisi Indonesia menunjukkan peningkatan. Perkembangan daya saing untuk televisi sebenarnya baik walaupun peningkatannya tidak terlalu besar. Nilai RCA tertinggi terjadi pada tahun 2002 dimana nilai RCA nya mencapai 12,85. Nilai RCA terendah terjadi pada tahun 2006 yang hanya mencapai 11,80. Jika dilihat dari negara pesaing, Mexico merupakan negara yang memiliki RCA tertinggi, negara ini salah satu produsen televisi terbesar dan pesaing kuat dalam pasar internasional karena . Perkembangan Mexico selama periode 2002- 2006 menunjukkan kecenderungan peningkatan. Selain Mexico, China dan Polandia juga merupakan pesaing yang cukup berat karena nilai ekspor televisi mereka sangat besar dan nilai RCAnya selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan negara-negara tersebut untuk memanfaatkan sumber daya alam yang mereka miliki menjadi komponen bahan baku terlebih dahulu dan langsung merakitnya menjadi sebuah televisi, dan tidak perlu lagi untuk mengimpor komponen bahan baku sehingga hal ini memberikan nilai tambah yang tinggi untuk produk mereka. Selain itu penguasaan teknologi dan kualitas tenaga kerja yang baik menjadi faktor pendukung. Tabel 5.3. Nilai RCA Komoditi Televisi Indonesia di Pasar Internasional Periode 2002-2005 Negara Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 Mexico 102,81 114,91 111,48 179,07 236,33 China 16,36 20,17 18,15 28,70 32,99 Polandia 67,35 62,77 46,54 74,51 109,43 Indonesia 12,85 12,65 12,45 11,85 11,8 Jepang 4,59 7,68 8,08 8,73 6,31 USA 3,31 3,53 3,56 5,07 5,97 Sumber : ITC COMTRADE, 2007 diolah Di sisi lain Indonesia masih jauh lebih unggul jika dibandingkan Jepang dan Amerika Serikat, karena nilai RCA komodiri televisi Indonesia masih lebih tinggi jika dibandingkan kedua negara tersebut. Hal ini tejadi karena Jepang dan Amerika hanya fokus pada pembuatan komponen bahan baku untuk televisi saja, sementara untuk merakitnya menjadi sebuah televisi tidak terlalu diutamakan. Melihat nilai RCA yang ada maka produk televisi Indonesia cukup berdaya saing untuk diekspor di pasar internasional. Kuatnya daya saing dan cukup tingginya pangsa pasar komoditi televisi di pasar internasional menunjukkan semakin ketatnya persaingan komoditi televisi di kancah dunia. Terutama Indonesia yang nilai RCAnya menunjukkan perkembangan yang baik. Hal seperti ini harus dapat terus ditingkatkan agar dapat memberikan dampak yang positif terhadap keunggulan komparatif Indonesia di pasar internasional. 5.6. Analisis Keunggulan Kompetitf Komoditi Televisi Indonesia

1. Kondisi Faktor

Kondisi faktor merupakan faktor endomen yang dimiliki oleh suatu negara untuk mengembangkan industrinya. Kondisi faktor ini merupakan salah satu komponen daya saing yang sangat basis dan penting. Kondisi faktor dalam hal ini berupa sumber daya alam, tenaga kerja yang terampil, atau infrastruktur yang baik. Ketiga kondisi ini akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Sumber Daya Alam