1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima
pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.
2. Belajar secara individual.
3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.
4. Perilaku dibangun atas kebiasaan.
5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final.
6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik.
8. Interaksi di antara siswa kurang.
9. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar. Namun perlu diketahui bahwa pengajaran model ini dipandang efektif
atau mempunyai keunggulan, terutama: 1.
Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain 2.
Menyampaikan informasi dengan cepat 3.
Membangkitkan minat akan informasi 4.
Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan 5.
Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan kelemahan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan
2. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa
yang dipelajari 3.
Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu 4.
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas 5.
Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.
3. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar
Konvensional
Untuk mengetahui perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.3 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional
25
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling
membantu, dan
saling memberikan motivasi sehingga ada
interaksi promotif. Guru sering membiarkan adanya siswa
yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran
tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar
para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan
siapa yang
dapat memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual
sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering
diborong oleh salah seorang anggota kelompok
sedangkan anggota
kelompok lainnya
hanya “mendompleng”
keberhasilan “pemborong”.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa
yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogeny.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokrasi
atau bergilir
untuk memberikan pengalaman pemimpin
bagi para anggota kelompok. Pemimpin kelompok sering ditentukan
oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih kelompoknya dengan
cara masing – masing.
Keterampilan sosial yang diberikan dalam bekerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemampuan
Keterampilan sosial
sering tidak
langsung diberikan.
25
La Iru dan La Ode Safiun Arihi, op. cit., h. 51.
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional
berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung guru terus melakukan pemantulan melalui observasi dan
melakukan intervensi
jika terjadi
masalah dalam bekerja sama antar anggota kelompok.
Pemantulan melalui observasi dan intervesi sering tidak dilakukan oleh
guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok
– kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam kelompok
– kelompok belajar. Penekanan
tidak hanya
pada penyelesaian
tugas tetapi
juga hubungan
interpersonal hubungan
antar pribadi yang saling menghargai. Penekanan
sering hanya
pada penyelesaian tugas.
4. Hasil Belajar
Belajar menurut pandangan B. F. Skinner seperti dikutip Syaiful Sagala adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif.
26
Wittig seperti dikutip Muhibbin Syah dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent
change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi
26
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, Cet. 8, h. 14.
dalam segala macamkeseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
27
Jadi, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dihasilkan dariinteraksi dengan lingkungannya sebagai hasil pengalaman.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Sudjana seperti dikutip Asep Jihad hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
28
Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga
aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut, yaitu penilaian terhadap; 1 penguasaan
materi akademik kognitif, 2 hasil belajar yang bersifat proses formatif afektif, dan 3 aplikatif produktif psikomotor.
a. Hasil Belajar Penguasaan Materi Kognitif