Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.
3
Keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran amat diperlukan. Dalam keseluruhan proses belajar mengajar terjadi interaksi
antara berbagai komponen. Masing-masing komponen diusahakan saling pengaruh mempengaruhi sehingga tercapai tujuan pendidikan dan pengajaran.
Salah satu komponen utama dalam pembelajaran adalah siswa, sehingga pemahaman terhadap siswa adalah penting bagi guru maupun pembimbing
agar dapat menciptakan situasi yang tepat serta memberi pengaruh yang optimal bagi siswa untuk berhasil dalam belajar.
Salah satu faktor diluar diri individu yang sedang belajar yang mempengaruhi belajar siswa yaitu model dan metode mengajar. Siswa akan
dapat belajar dengan lebih baik jika model dan metode mengajaryang digunakan oleh guru tepat, efisien, dan efektif.
4
Kreativitas gurudalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai model dan
metode mengajar sangat diperlukan agar proses pembelajaran dapat berlangsung optimal.
Di antara model-model yang digunakan dalam pembelajaran adalah model konvensional. Model pembelajaran konvensional merupakan suatu
cara penyampaian informasi dengan lisan kepada sejumlah pendengar. Kegiatan ini berpusat pada penceramah dan komunikasi yang searah.
5
Guru sebagai subjek mengajar dalam kegiatan pembelajaran dan siswa sebagai
objek yang diajarkan. Pembelajaran konvensional hingga kini masih banyak digunakan oleh
guru dalam mengajar. Guru datang ke kelas, memberikan bahan pelajaran dengan topik tertentu selama waktu tertentu pula. Pembelajaran ini biasanya
3
Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, Bandung: Alfabeta, 2007, Cet. I, h. 11.
4
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, h.69
5
http:dormatio.blogspot.com201301model-pembelajaran-konvensional.html, diakses
pada tanggal 29 April 2013.
digunakan bila guru akan memberikan informasi dan kapasitas kelas yang terlalu besar atau kelas dengan jumlah siswa yang terlalu banyak sehingga
menyulitkan bila menggunakan metode-metode lain. Dengan
menggunakan pembelajaran
konvensional dalam
pembelajaran, alokasi waktu hampir dipastikan dapat diminimalisir dengan tepat karena segalanya tergantung pada guru. Keseluruhan bahan pelajaran
sesuai kurikulum pun dapat disampaikan kepada siswa. Namun metode-metode konvensional dalam pembelajaran guru tidak
dapat mengetahui secara pasti sampai sejauh mana siswa telah memahami pelajarannya karena siswa yang hanya duduk, mendengar, mencatat, dan
menghafal belum menandakan bahwa mereka telah mengerti penjelasan guru dan penjelasan guru juga dapat ditafsirkan lain oleh siswa sehingga terjadi
kesalahpahaman konsep dalam memahami materi. Metode ini pun kurang mendukung terjadinya proses perkembangan
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Hal ini disebabkan dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sentral dan guru sebagai sumber ilmu yang
hanya mentransfer ilmunya kepada siswa-siswanya yang merupakan aspek kognitif saja.
Perkembangan IPA telah melaju dengan pesatnya.Hal ini erat hubungannya dengan perkembangan teknologi.Perkembangan teknologi
memberikan wahana yang memungkinkan IPA berkembang dengan pesat.Perkembangan IPA yang begitu pesat, menggugah para pendidik untuk
merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep IPA, yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat.
Jalur yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan.Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah,
proses ilmiah, dan sikap ilmiah.
6
Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, salah satunya yaitu biologi.
Biologi adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan ilmu yang berkembang berdasarkan observasi dan eksperimen. Proses
6
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, Cet. II, h. 137.
pembelajaran biologi di SMA meliputi pemberian konsep dan praktek nyata. Konsep biologi merupakan pelajaran yang berhubungan dengan kehidupan,
meskipun demikian konsep biologi masih sulit untuk dipahami oleh siswa sehingga hasil belajar biologi belum mencapai hasil yang sesuai dengan apa
yang diharapkan. Hasil belajar yang belum optimal disebabkan antara lain kurangnya motivasi dan minat siswa untuk mempelajari biologi, sehingga
siswa tidak aktif, kreatif dan produktif khususnya dalam menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.
Pelajaran biologi tidak semuanya dapat diterangkan dengan metode konvensional. Pelajaran biologi membutuhkan variasi strategi pembelajaran
agar biologi itu menjadi mudah dan menarik bagi siswa. Menyampaikan bahan pelajaran berarti melaksanakan beberapa
kegiatan, tetapi kegiatan itu tidak akan ada gunanya jika tidak mengarah pada tujuan tertentu. Artinya seorang pengajar harus mempunyai tujuan dalam
kegiatan pengajarannya, karena itu setiap pengajar menginginkan pengajarannya dapat diterima sejelas-jelasnya oleh para peserta didiknya.
Untuk mengerti suatu hal dalam diri seseorang, terjadi suatu proses yang disebut sebagai proses belajar melalui model-model mengajar yang sesuai
dengan kebutuhan proses belajar itu. Melalui mengajar model itu, pengajar mempunyai tugas merangsang serta meningkatkan jalannya proses belajar.
Untuk dapat melaksanakan tugas itu dengan baik, pengajar harus mengetahui bagaimana model dan proses pembelajaran itu berlangsung.
7
Dalampelaksanaan proses belajar mengajar peran guru dalam mengarahkan dan membentuk situasi belajar siswa sangat menentukan
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut karena guru berfungsi sebagai motivator peserta didik untuk mendorong siswa agar belajar lebih
rajin dan berhasil atas kesadarannya sendiri.
8
7
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, Cet. 8, h. 173.
8
Sabar Budi Raharjo. “Pendidikan Karakter sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia”, dalam jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, No. 3, Mei 2010, h. 234.
Melalui penelitian ini penulis mengemukakan salah satu solusi agar pelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa karena siswa belajar dengan
memahami bukan sekedar menghafal. Penulis mengajukan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran selain pembelajaran konvensional
dengan cara melihat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran lain yaitu dengan
pembelajaran kooperatif. Pengelolaan pembelajaran dalam pendidikan dengan menggunakan
model atau metode yang tepat akan memberikan suatu motivasi belajar yang lebih baik bagi anak didik. Dalam meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar tersebut selain pendidiknya harus kreatif, dituntut pula adanya partisipasi aktif dari siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Suasana
kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi
ini, siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka untuk mencintai proses belajar dan mencintai satu sama lain. Dalam suasana belajar
yang penuh dengan persaingan dan pengisolasian siswa, dampak negatifnya antara lain adalah sikap dan hubungan yang negatif akan terbentuk dan
mematikan semangat siswa. Suasana seperti ini akan menghambat pembentukan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu, pengajar perlu
menciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga siswa bekerja sama secara gotong-royong.
Menurut Nurhadi seperti dikutip La Iru memandang pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah, sehingga
sumber belajar peserta didik bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesame peserta didik.
9
Pembelajaran kooperatif mewadahi bagaimana siswa dapat bekerja sama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi
kooperatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan kelompok,
9
La Iru dan La Ode Safiun Arihi, Analisis Penerapan : Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model
– Model Pembelajaran, Bantul : Multi Presindo, 2012, Cet. I, h. 48.
siswa harus merasakan bahwa mereka akan mencapai tujuan, maka siswa lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok
bersikap kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya.
10
Pembelajaran kooperatif memiliki banyak variasi dalam mengajarnya. Pada penelitian ini digunakan tipe jigsaw. Model pembelajaran Jigsaw
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai
prestasi yang maksimal.
11
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai:
”Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Antara Siswa yang Diajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan
Pembelajaran Konvensional pada Konsep Protista .”