Biaya Investasi Arus Biaya Outflow

Data pada Tabel 10 merupakan hasil perhitungan penerimaan penjualan yang telah diakumulasi selama satu tahun periode penjualan. Target perusahaan melalui usaha ini akan dihasilkan pertumbuhan penerimaan penjualan sebesar 10 per tahun mulai dari tahun ke -1 sampai dengan tahun ke -4, sedangkan pada tahun ke-5 sampai tahun ke-7 terjadi peningkatan sebesar 20 per tahun dan pada tahun ke-8 sampai tahun ke-10 perusahaan sudah mencapai tingkat maksimal produksi dengan nilai pener imaannya sebesar Rp 3.334.953.600,00. Penerimaan total pada tahun kedua lebih besar dari tahun pertama, hal ini disebabkan karena adanya penambahan penerimaan produksi dari pembelian ikan hias. Penerimaan ini dapat dilihat pada cashflow kelayakan perluasan usaha pemasok ikan hias air tawar di Lampiran 8.

6.2.2 Arus Biaya Outflow

Arus biaya atau outflow adalah arus biaya-biaya yang terjadi dalam analisis kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar. Arus biaya-biaya tersebut terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional.

6.2.2.1 Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada permulaan usaha pemasok ikan hias air tawar. Biaya investasi tidak hanya dikeluarkan pada awal usaha namun terjadi reinvestasi pada saat umur ekonomisnya sudah habis. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh Budi Fish Farm diasumsikan terjadi pada tahun ke-1 bersamaan dengan berjalannya kegiatan usaha. Biaya investasi ini meliputi biaya pembelian lahan; biaya pembangunan sarana fisik seperti kantor, rak-rak penyimpanan akuarium, bak penampungan air, pagar, dan mess karyawan; biaya instalasi air, aerasi, freezer, dan sta bilizer; serta pembelian kendaraan. Biaya investasi yang paling besar adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian lahan, yakni sebesar Rp 1 00.000.000,00. Adapun rincian mengenai biaya investasi ini dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Investasi peralatan terdiri dari peralatan kantor, peralatan pemeliharaan dan peralatan untuk pengemasan. Peralatan kantor diperkirakan memliki umur teknis paling lama 5 tahun sehingga pada akhir usaha tidak memiliki nilai sisa, sedangkan untuk peralatan p emeliharaan dan peralatan pengemasan sebagian besar diperkirakan memiliki umur teknis 10 tahun sehingga terpakai habis dalam usaha. Begitu juga halnya dengan investasi untuk instalasi pengairan, aerasi, dan pengadaaan akuarium, diperkirakan memiliki umur t eknis 10 tahun sehingga terpakai habis dalam usaha. Investasi kendaraan yang dimiliki perusahaan adalah 1 unit mobil minibus senilai Rp 35.000.000,00 dan 1 unit motor seharga Rp 12.000.000,00, umur teknisnya diperkirakan mencapai 10 tahun sehingga tidak terdapat nilai sisa. Biaya investasi yang dikeluarkan untuk pembelian ikan dan peralatan nilainya lebih kecil dibandingkan nilai investasi untuk bangunan. Diasumsikan harga yang digunakan dalam biaya investasi usaha pemasok ikan hias air tawar ini berdasarkan harga pada tahun 2008. Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa yang mempunyai investasi terbesar adalah lahan yaitu sebesar Rp100.000.000,00 kemudian diikuti dengan ruang akuarium dan kolam sebesar Rp 80.000.000,00. Komponen investasi tersebut merupakan sarana pokok yang sangat diperlukan dalam usaha pemasok ikan hias air tawar. Tabel 11. Persentase Komponen Investasi yang digunakan dalam Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2007 No. Komponen Investasi Nilai Investasi Rp Persentase 1. Lahan 100.000.000,00 27,24 2. Saung Jaga 10.000.000 2,72 3. Bangunan Kantor 50.000.000 13,62 4. Ruang Akuarium dan Kolam 80.000.000 21,79 5. Instalasi Air 20.000.000 5,44 6. Akuarium dan Rak 32.000.000 8,71 7. Fax dan Telepon 1.800.000 0,40 8. Tabung Oksigen 850.000 0,23 9. Freezer 18.000.000 4,90 10. Blower 3.500.000 0,79 11. Selang Aerasi 400.000 0,09 12. Paralon 2.400.000 0,65 13. Perlengkapan Kantor 2.000.000 0,54 14. Serok Besar 20.000 9,53 15. Serok Kecil 7.500 3,26 16. Ember 25.000 0,0054 17. Gayung 7.500 0,0017 18. Mobil Minibus 35.000.000 0,0056 19. Motor 12.000.000 0,0017 Total Biaya Investasi 314.000.000 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2008

6.2.2.2 Biaya Operasional