Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang menganalisis tentang ikan hias sudah banyak dilakukan, diantaranya berjudul Analisis ekonomi Pemanfaatan Situ Malang Tengah untuk Usaha Budidaya Ikan Mas Koki dengan Sistem Jaring Tancap di Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor oleh Suhendra 2004. Dari hasil analisisnya, di dapat bahwa pemanfaatan situ sebagai la han untuk budidaya Ikan Mas Koki dengan sistem jarung tancap mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang memanfaatkan Situ Malang Tengah baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini terlihat dari hasil Net Present Value NPV dari pemanfaatan situ tersebut sebesar Rp 500.903.585,00 dan perhitungan Net BC sebesar 4,29 yang artinya usaha Budidaya Ikan Mas Koki dengan sistem jaring tancap layak untuk dikembangkan dengan pemanfaatan Situ Malang Tengah. Angraini 2004 dalam penelitiannya yang berjudu l Alokasi Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pembesaran Ikan Guppy di Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor menjelaskan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa input yang berpengaruh nyata terhadap usaha tersebut adalah benih ikan Guppy dan Pakan Cacing Sutera. Dilihat dari nilai rasio NPMBKM, diketahui penggunaan benih perlu ditingkatkan dari 218 ekor per m 3 menjadi 940 ekor per m 3 , cacing sutera ditingkatkan dari 0,08 takar per m 3 menjadi 4,08 takar per m 3 . Output yang dihasilkan men ingkat dari 210 ekor per m 3 menjadi 3414 ekor per m 3 . Pada analisis usaha diperoleh nilai keuntungan pada kondisi aktual sebesar Rp 10.196.330,00, RC sebesar 1,65, PP sebesar 0,48 tahun dan kondisi optimal keuntungan yang duperoleh sebesar Rp 106.115.330, 00; RC sebesar 3,93 dan PP sebesar 0,047 tahun. Pada kedua kondisi menunjukkan usaha layak untuk dijalankan. Dilihat dari analisis kriteria investasi, pada skenario I modal sendiri didapatkan nilai NPV sebesar Rp 301.621.671,70; nilai net BC sebesar 20 ,95 dan nilai IRR sebesar 640. Sedangkan pada skenario II modal pinjaman didapatkan nilai NPV sebesar Rp 300.306.236,93; net BC sebesar 20,86 dan IRR sebesar 70,9. Dengan demikian, dilihat dari analisis kriteria investasi baik pada skenario I dengan modal sendiri maupun pada skenario II menggunakan modal pinjaman, dapat diambil kesimpulan bahwa usaha pembesaran ikan Guppy tersebut layak untuk dijalankan. Peneliitan mengenai ikan hias lainnya telah dilakukan oleh Astuti 2008 dengan penelitiannya yang berjudul Optimalisasi Produksi Ikan Hias Air Tawar pada Heru Fish Farm di Desa Kota Batu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Dari hasil pemrograman linear menunjukkan bahwa Heru Fish Farm belum dapat mengalokasikan input produksi secara optimal. Ini terbu kti dari adanya input aktual yang tidak sama dengan input produksi optimalnya, yaitu ketersediaan pakan buatan, ketersediaan kapasitas volume air dan ketersediaan modal produksi. Hasil analisis sensitivitas terhadap fungsi tujuan menyatakan bahwa selama perubahan kontribusi keuntungan masih berada pada selang sensitivitas maka tidak akan merubah solusi optimalnya. Hasil sensitivitas terhadap fungsi kendala menyatakan bahwa selama penambahan ataupun pengurangan input produksi berada pada selang sensitivitas maka tidak akan merubah harga bayangan dual price dari masing-masing input produksi yang digunakan sehingga tidak akan merubah fungsi tujuannya. Analisis dengan judul yang sama dan komoditas berbeda juga sudah banyak dilakukan, diantaranya Analisis Kelayakan Investasi Pengembangan Usaha Pembesaran Lele Dumbo di Agro Niaga Insani, Kabupaten Bogor dilakukan oleh Rohaeni 2005. Berdasarkan hasil analisis kriteria investasi, menunjukan bahwa jumlah net benefit yang akan diperoleh selama umur pr oyek 10 tahun yang dihitung berdasarkan nilai saat ini adalah sebesar Rp 118.976.123,41. Nilai Net BC yang diperoleh sebesar 1,89; ini berari penerimaan yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran atau biaya. Nilai IRR dari usaha pembesaran lele dumbo sebesar 34,80, ini menunjukan usaha tersebut memberikan keuntungan sebesar 34,80 persen dari total investasi yang ditanamkan. Hasil dari kriteria investasi tersebut menunjukan bahwa NPV 1, Net BC1, dan IRRdiscount rate. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembesaran lele dumbo dengan adanya penambahan investasi layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Wijayanto 2005 penelitiannya yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas Kolam Air Deras, studi kasus di MN Fish Farm , Kabupaten Subang. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa usaha pembesaran ikan mas kolam air deras MN Fish Farm layak pada tingkat diskonto 6 persen dan modal sepenuhnya modal pribadi. Hasil yang didapat adalah NPV sebesar Rp 823.606.812,00 dengan Net BC sebesar 3,06 dan IRR 26 persen serta pengembalian modal MPI selama 4 tahun 6 bulan. Proyek menghasilkan keuntungan bersih sekarang yang positif, pengeluaran sebesar Rp 1,00 menhasilkan manfaat sebesar Rp 3,06 dan tingkat pengembalian in ternal dari proyek lebih besar dari suku bunga bank yang berlaku. Selain dengan scenario awal, juga dilakukan analisis dengan perubahan scenario yaitu modal sebagian berasal dari pinjaman bank skenario II. Pada skenario II tingkat diskonto yang digunakan adalah 6 dan 15 persen. Hasil yang diperoleh dengan suku bunga 6 persen adalah NPV sebesar Rp 682.145.459,00, Net BC 4,41 dengan IRR 32 persen dan MPI 5 tahun 1 bulan. Usaha masih layak untuk dilaksanakan dengan skenario II pada tingkat suku bunga 6 pers en, pelaksanaan usaha dengan modal pinjaman dari bank lebih layak untuk dilaksanakan. Pada tingkat suku bunga 15 persen dengan modal sebagian berasal dari pinjaman bank hasil yang diperoleh adalah NPV sebesar Rp 324.433.731,00, Net BC sebesar 2,62 dengan IRR 22 persen dan MPI 6 tahun 1 bulan. Nilai NPV positif dan Net BC lebih besar dari pengeluaran, sedangkan nilai IRR sebesar 22 persen menunjukkan bahwa usaha tersebut akan dapat mengembalikan pinjaman beserta bunganya karena pengembalian internal usaha tersebut lebih besar dari suku bunga kredit yang berlaku yaitu 15 persen. Analisis sensitivitas dilakukan pada penurunan harga output sebesar 5,65; 11,11 dan 16,67 persen, serta kenaikan harga input benih sebesar 30,4 persen dan harga input pakan sebesar 7,91 persen. Usaha masih layak apabila terjadi kenaikan harga benih sebesar 30,4 persen, kenikan harga pakan sebesar 7,91 persen, penurunan harga output sebesar 5,56 persen dan kenaikan suku bunga menjadi 15 persen. Penelitian terdahulu di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Persamaannya terletak pada judul yaitu menganalisis kelayakan usaha, sedangkan perbedaannya ada pada jenis usaha dan komoditi yang dianalisis serta daerah penelitian, dimana penelitian tentang jenis usaha pemasok supplier ikan hias di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor belum pernah dilakukan sebelumnya.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Perluasan Skala Usaha Analisis skala usaha return to scale dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang diteliti berada dalam kondisi kenaikan hasil ya ng semaking bertambah Increasing Return to Scale , kondisi kenaikan hasil yang tetap Constant Return to Scale , atau berada dalam kondisi kenaikan hasil yang semakin berkurang Decreasing Return to Scale . Besar kecilnya tingkat pendapatan usahatani dipengaruhi oleh skala usaha. Untuk meningkatkan hasil produksi yang maksimal, perlu diketahui berapa skala usaha yang harus dilakukan. Dalam jangka panjang, perluasan skala usaha dapat dilaksanakan dengan menamb ah semua faktor produksi beramaan. Sedangkan dalam jangka pendek, perusahaan hanya dapat memilih satu pabrik saja untuk berproduksi. Tetapi dalam jangka panjang, pengusaha dapat menambah atau mengurangi jumlah pabrik sesuai dengan tingkat produksi yang direncanakan. Kemampuan tersebut memungkinkan peru sahaan beroperasi dengan biaya rata -rata yang minimum pada berbagai tingkat produksi. Kurva yang menunjukkan titik -titik biaya rata-rata minimum pada berbagai tingkat produksi disebut kurva amplop envelope curve. Adapun gambar kurva amplop ini dapat diihat pada Gambar 3.