Daya Serap Air DSA dan Kehilangan Padatan Akibat

digunakan untuk menyatakan kekenyalan adalah gram second gs. Seperti halnya kekerasan dan kelengketan, kekenyalan juga diukur menggunakan alat texture analyzer TAXT-2. Kekenyalan diperoleh dari rasio antar dua area kompresi. Alat ini mengukur besarnya gaya yang diperlukan sampai bahan padat mi mengalami perubahan bentuk deformasi. Nilai kekenyalan mi hotong instan substitusi terigu adalah sebesar 0.285 gs.

d. Daya Serap Air DSA dan Kehilangan Padatan Akibat

Pemasakan KPAP Pada saat mi mengalami proses pemasakan terjadi penyerapan air ke dalam mi instan. Air memasuki rongga-rongga dalam mi dan menggantikan minyak serta udara. Kemampuan mi untuk menyerap air secara maksimal disebut daya serap air DSA. Nilai DSA dihitung dari banyaknya air yang diserap per berat kering sampel dalam satuan persen . DSA secara umum menggambarkan perubahan bentuk mi selama pemasakan. Semakin tinggi nilai DSA, maka akan semakin banyak air yang mampu diserap oleh mi dan semakin mengembang. Selama pemasakan mi, juga terjadi kehilangan padatan akibat pemasakan KPAP. KPAP cooking loss menunjukkan banyaknya padatan dalam mi yang keluar dari mi selama proses pemasakan. Hal ini terjadi karena lepasnya sebagian kecil pati dari untaian mi. Pati yang terlepas tersuspensi dalam air perebusan dan menyebabkan kekeruhan. Fraksi pati yang keluar dari mi selain menyebabkan kuah mi menjadi keruh, juga menjadikan kuah mi menjadi kental. Cooking loss merupakan salah satu parameter mi yang penting karena berkaitan dengan kualitas mi setelah dimasak Putra, 2008. Nilai DSA dan KPAP mi instan hotong disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Perbandingan nilai DSA dan KPAP antara mi hotong instan tanpa substitusi, mi hotong instan substitusi terigu 40, dan mi instan terigu Produk DSA KPAP Mi hotong instan tanpa substitusi 160.02 19.38 Mi hotong instan substitusi terigu 40 157.60 10.26 Mi instan terigu 138.60 10.14 Sumber: Wibowo 2008 Indriani 2005 Berdasarkan Tabel 18, nilai DSA mi hotong instan substitusi terigu lebih rendah daripada mi hotong instan tanpa substitusi, namun masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan mi instan terigu. Hal ini disebabkan oleh perbedaan waktu rehidrasi antara ketiga jenis mi tersebut. Mi hotong instan tanpa substitusi, mi hotong instan substitusi terigu, dan mi instan terigu memiliki waktu rehidrasi secara berturt- turut adalah 6.5 menit, 6 menit, dan 4 menit. Ini menunjukkan semakin lama waktu rehidrasi maka semakin banyak air yang terserap masuk ke dalam mi. Nilai KPAP mi hotong instan substitusi terigu juga berada di antara nilai KPAP mi hotong instan tanpa substitusi dan mi instan terigu Tabel 18. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan bahan baku. Bahan dasar mi berupa terigu memiliki kandungan gluten yang mampu merekatkan tekstur mi sehingga tidak mudah terlepas ketika dilakukan pemasakan rehidrasi. Sedangkan mi hotong instan hanya memiliki bahan pengikat berupa pati tergelatinisasi yang mudah terlepas ke dalam air perebusan ketika dilakukan rehidrasi, sehingga padatan yang terlarut semakin banyak.

e. Waktu Pemasakan