b. Mi Matang
Mi instan dapat dikonsumsi melalui dua cara yaitu tanpa dimasak terlebih dahulu atau dimasak menjadi makanan pokok pengganti nasi.
Pada umumnya mi instan dikonsumsi setelah dimasak terlebih dahulu, maka perlu dilakukan juga uji organoleptik terhadap mi hotong instan
substitusi terigu matang. Hasil pembobotan skor kesukaan mi hotong instan matang setiap panelis disajikan secara lengkap pada Lampiran 7.
Hasil pembobotan skor kesukaan panelis terhadap mi matang skor kesukaan terbobot mi matang kemudian diolah dengan analisis ragam
ANOVA untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang nyata signifikan di antara ketiga sampel formula A, B, dan C dari segi
kesukaan. Jika terdapat perbedaan yang nyata, dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil pengolahan tersebut disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14. Hubungan antara ketiga sampel mi matang dengan nilai skor kesukaan terbobot panelis
Hasil analisis ragam terhadap skor kesukaan terbobot mi hotong instan mentah disajikan pada Lampiran 8. Hasil tests of between-
subjects effects menunjukkan signifikansi dari sampel adalah sebesar
0.001 dan nilai tersebut lebih kecil dari nilai alpha 0.05. Hal ini menunjukkan nilai skor kesukaan terbobot mi hotong instan matang
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan nilai yang tidak
berbeda nyata P0.05
Sampel A = substitusi terigu 30 Sampel B = substitusi terigu 40
Sampel C = substitusi terigu 50
berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95 di antara ketiga sampel. Hal ini menunjukkan nilai skor kesukaan terbobot panelis terhadap ketiga mi
matang berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa sampel B memiliki skor kesukaan terbobot
paling tinggi 4.0 untuk produk yang telah dimasak matang dan berbeda secara signifikan dengan sampel A, namun tidak berbeda secara
signifikan dengan sampel C. Nilai skor terbobot paling rendah adalah sampel A yaitu sebesar 3.6.
Berdasarkan hasil pembobotan atribut uji rating hedonik baik terhadap mi matang, sampelproduk terbaik adalah sampel B, yaitu formula mi
hotong instan dengan substitusi terigu 40, penambahan air sebanyak 50 dari berat campuran tepung, dan waktu penggorengan selama 2
menit. Pengambilan keputusan ini didasarkan pada hasil pembobotan mi matang, karena mi instan dikonsumsi dalam bentuk matang setelah
dimasak. Dalam hal ini dipilih sampel B karena ditujukan menggunakan bahan tepung hotong sebanyak mungkin dan penggunaan terigu sesedikit
mungkin. Dengan demikian menunjukkan dengan penambahan air sebanyak 50, tingkat substitusi terigu yang optimal untuk menghasilkan
mi hotong instan yang baik adalah sebesar 40 dan waktu penggorengan selama 2 menit. Jika substitusi terigu kurang dari 40 menyebabkan mi
hotong instan masih memiliki tekstur berpasir sedangkan apabila substitusi terigu lebih besar dari 40 menyebabkan mi hotong instan menjadi
lengket terutama setelah dilakukan rehidrasi.
5. Analisis Proksimat dan Fisik Produk Mi Hotong Instan Terbaik