Analisis Warna Analisis Kekerasan, Kelengketan, dan Kekenyalan

b. Analisis Warna

Analisis warna dilakukan terhadap mi hotong instan yang terpilih sebelum direhidrasi menggunakan alat Minolta Chroma Meters CR- 310. Prinsip dari Minolta Chroma Meters adalah pengukuran perbedaan warna melalui pemantulan cahaya oleh permukaan sampel. Data pengukuran yang diperoleh dapat berupa nilai absolut maupun nilai selisih dengan warna standar Dharmawan, 2009. Berdasarkan hasil pengukuran dengan chromameter diperoleh data nilai L sebesar 52.36, nilai a sebesar +5.67 dan nilai b sebesar +24.77. Nilai L menunjukkan kecerahan sampel, nilai a menunjukkan derajat merah atau hijau sampel, sedangkan niilai b menunjukkan derajat kuning atau biru. Semakin tinggi nilai L, maka warna semakin cerah. Nilai ⁰hue menggambarkan kisaran warna kromatis yang disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Nilai ⁰hue dan daerah kisaran warna kromatis Nilai ⁰hue Daerah kisaran warna 342⁰-18⁰ Ungu-Merah 18⁰-54⁰ Merah 54⁰-90⁰ Merah-Kuning 90⁰-126⁰ Kuning 126⁰-162⁰ Kuning-Hijau 162⁰-198⁰ Hijau 198⁰-234⁰ Hijau-Biru 234⁰-270⁰ Biru 270⁰-306⁰ Biru-Ungu 306⁰-342⁰ Ungu Warna mi hotong instan substitusi terigu memiliki nilai a positif dan nilai b juga positif. Berdasarkan perhitungan, nilai ⁰hue mi hotong instan adalah 77.11. Dari Tabel 16, nilai 77.11 berada pada kisaran ⁰hue 54-90, maka dapat disimpulkan bahwa warna mi hotong instan berwarna campuran merah dan kuning.

c. Analisis Kekerasan, Kelengketan, dan Kekenyalan

Kekerasan, kelengketan, dan kekenyalan mi diukur setelah mi mengalami pemasakan rehidrasi dari produk terbaik. Kekerasan dan kelengketan, dan kekenyalan mi diukur secara instrumental menggunakan alat texture analyzer TAXT-2. Hasil pengukuran diperoleh data seperti disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Perbandingan nilai kekerasan dan kelengketan antara mi hotong instan tanpa substitusi dengan mi hotong instan substitusi terigu 40 Produk Kekerasan gram force Kelengketan gram force Mi hotong instan tanpa substitusi 1641.33 473.43 Mi hotong instan substitusi terigu 40 1893.10 557.35 Sumber : Wibowo 2008 Kekerasan didefinisikan sebagai absolute + peak yaitu gaya maksimal, yang menggambarkan gaya probe untuk menekan mi. Semakin tinggi peak puncak kurva yang ditunjukkan oleh kurva, berarti kekerasan mi akan semakin meningkat. Kekerasan hardness pada mi dapat diakibatkan karena proses retrogradasi pati. Retrogradasi merupakan proses terbentuknya ikatan antara amilosa- amilosa yang telah terdispersi ke dalam air. Semakin banyak amilosa yang terdispersi, maka proses retrogradasi pati semakin mungkin terjadi. Penggunaan bahan tambahan seperti CMC atau guar gum diharapkan dapat menyebabkan turunnya amilosa terlarut sehingga fraksi amilosa yang mengalami retrogradasi juga lebih sedikit. Hal ini menyebabkan tekstur mi menjadi lebih lunak Kurniawati, 2006. Mi hotong instan dengan substitusi terigu 40 memiliki nilai kekerasan yang lebih besar 1893.10 gf daripada mi hotong instan tanpa substitusi 1641.33 gf. Hal ini disebabkan dalam proses pembutan mi hotong instan tanpa substitusi, dilakukan proses pre- gelatinisasi dengan pengukusan sehingga pati dari tepung hotong yang tergelatinisasi menyebabakan mi hotong instan tanpa substitusi menjadi lebih lunak. Lain halnya dengan mi hotong instan substitusi terigu 40, tidak dilakukan proses pre-gelatinisasi sehingga mi menjadi lebih keras. Kelengketan gumminesstickinessadhesiveness didefinisikan sebagai absolute - peak yang menggambarkan besarnya usaha untuk menarik probe lepas dari sampel. Menurut Merdiyanti 2008, kelengketan merupakan daya rekat yang dibutuhkan untuk menarik bahan pangan dan memisahkannya dari lempeng kompresi. Semakin besar luas area negatif yang ditunjukkan oleh kurva, maka nilai kelengketan mi semakin tinggi. Menurut Wibowo 2008, kekerasan dan kelengketan mi salah satunya dipengaruhi oleh kadar amilosa dan amilopektin. Mi hotong instan substitusi terigu 40 memiliki nilai kelengketan yang lebih besar 557.35 gf daripada mi hotong instan tanpa substitusi 473.43 gf. Hal ini disebabkan bahan substitusi terigu mengandung protein yang mampu membentuk gluten sehingga menyebabkan tekstur mi menjadi lebih lengket dan adanya amilosa yang terlarut dari tepung hotong. Matriks protein yang terurai dan mengembang berlebihan menyebabkan kelengketan Merdiyanti, 2008. Berbeda dengan mi hotong instan tanpa substitusi, yang hanya memiliki bahan pengikat berupa pati tergelatinisasi sehingga teksturnya menjadi lebih tidak lengket. Penyebab kelengketan mi hotong instan tanpa substitusi hanya berasal dari amilosa terlarut yang terlepas dari granula pati tepung hotong. Menurut Eliasson dan Gudmundsson 1996 dan Merdiyanti 2008, amilosa yang terlepas dari granula pati dapat menyebabkan kelengketan. Kekenyalan cohesiveness merupakan kemampuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk semula jika diberi gaya kemudian gaya tersebut dilepas kembali. Pada produk mi, kekenyalan beserta kekerasan dan kelengketan merupakan salah satu parameter mutu organoleptik yang sangat penting Putra, 2008. Satuan yang digunakan untuk menyatakan kekenyalan adalah gram second gs. Seperti halnya kekerasan dan kelengketan, kekenyalan juga diukur menggunakan alat texture analyzer TAXT-2. Kekenyalan diperoleh dari rasio antar dua area kompresi. Alat ini mengukur besarnya gaya yang diperlukan sampai bahan padat mi mengalami perubahan bentuk deformasi. Nilai kekenyalan mi hotong instan substitusi terigu adalah sebesar 0.285 gs.

d. Daya Serap Air DSA dan Kehilangan Padatan Akibat