Proses Pengambilan Keputusan Penelitian Terdahulu

informasi lainnya yang tersedia setiap hari ke hadapan konsumen. 5. Iklan yang baik tidak pernah menjanjikan lebih dari apa yang bisa diberikan. Intinya menerangkan dengan apa adanya baik dalam pengertian etika maupun bisnis yang cerdas. Para konsumen belajar cepat ketika mereka ditipu dan membenci si pengiklan. 6. Iklan yang baik mencegah ide kreatif dari strategi yang berlebihan. Tujuan iklan adalah mempersuasi dan mempengaruhi. Penggunaan humor yang tidak efektif mengakibatkan orang-orang hanya ingat pada humornya saja dan melupakan pesan iklannya.

2.7. Proses Pengambilan Keputusan

Proses keputusan pembelian menurut Kotler 2002 meliputi beberapa tahap yaitu dipaparkan dalam Gambar 1. Gambar 1. Tahap-tahap Proses Pembelian Kotler, 2002 Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan yang diperlukan. Konsumen harus mencapai kebutuhan yang diinginkan konsumen harus mencari informasi yang kuat mengenai produk yang sesuai dengan kebutuhan. Setelah itu, konsumen mendapat beberapa alternatif tentang beberapa produk unggulan yang sesuai kebutuhannya yang kemudian dievaluasi kembali untuk mendapatkan yang paling baik selanjutnya memutuskan untuk membeli produk dari hasil evaluasi tersebut. Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu terhadap produk. Tipologi pengambilan keputusan konsumen menurut Sumarwan 2003: 1. Pemecahan masalah yang diperluas extensive problem solving. Konsumen membutuhkan informasi yang banyak untuk menetapkan kriteria dalam menilai merek tertentu. Biasanya banyak alternatif pilihan dan dilakukan pada pembelian barang yang bersifat tahan Pencarian informasi Pengenalan masalah Evaluasi alternatif Keputusan pembelian Perilaku pascapembelian lama dan barang-barang mewah seperti mobil, rumah, peralatan elektronik, juga termasuk di dalamnya yaitu berlibur. 2. Pemecahan masalah yang terbatas limited problem solving. Konsumen telah memiliki kriteria dasar untuk mengevaluasi kategori produk dan berbagai merek pada kategori tersebut. Konsumen hanya membutuhkan tambahan informasi untuk bisa membedakan antara merek tersebut. Biasanya konsumen memiliki waktu dan sumber daya yang terbatas. 3. Pemecahan masalah rutin routinized respone behavior. Konsumen telah memiliki pengalaman terhadap produk yang akan dibelinya dan telah memiliki standar untuk mengevaluasi merek.

2.8. Brand Awareness, EPIC Model, Direct Rating Method

2.8.1 Brand Awareness

Menurut Durianto, et.al 2004, menjelaskan bahwa brand awareness adalah kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Brand awareness digambarkan dalam Gambar 2 sebagai berikut Durianto, 2004 : Gambar 2. Piramida Brand Awareness Gambar 2. Piramida Brand Awareness Unaware Brand Brand Recognition Brand Recall Top of Mind 1. Top of mind puncak pikiran Tingkatan ini menggambarkan merek yang pertama kali diingat oleh responden atau pertama kali disebut ketika seseorang ditanya mengenai suatu kategori produk. 2. Brand recall pengingatan kembali terhadap merek Tingkatan ini mencerminkan merek-merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut atau tingkatan kembali merek tanpa bantuan. 3. Brand recognition pengenalan merek Tingkatan ini merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek atau tingkatan pengingatan kembali bantuan. 4. Unaware of brand tidak menyadari merek Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, konsumen tidak menyadari adanya suatu merek tertentu.

2.8.2 EPIC Model

Durianto, dkk. 2003, menjelaskan bahwa EPIC Model adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengukur efektivitas iklan. Model ini dikembangkan oleh AC. Nielsen salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di dunia. Adapun EPIC Model mencakup empat dimensi kritis yaitu : empathy empati, persuasion persuasi, impact dampak dan communication komunikasi. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai EPIC Model : a. Empathy Dimensi empati menginformasikan apakah konsumen melihat hubungan suatu iklan dan menggambarkan bagaimana konsumen melihat hubungan antara suatu iklan dengan pribadi mereka. Dimensi empati memberikan informasi yang berharga tentang daya tarik suatu merek. b. Persuasion Persuasi adalah perubahan kepercayaan sikap dan keinginan berperilaku yang disebabkan suatu komunikasi promosi. Dimensi persuasi menginformasikan apa yang dapat diberikan suatu iklan untuk peningkatan atau peguatan karakter suatu merek sehingga pemasangan iklan memperoleh pemahaman tentang dampak iklan terhadap keinginan konsumen untuk membeli serta memperoleh gambaran kemampuan suatu iklan dalam mengembangkan daya tarik suatu merek. c. Impact Dimensi tampak menunjukkan apakah suatu merek dapat terlihat menonjol daripada merek lainnya pada kategori serupa atau apakah suatu iklan mampu melibatkan konsumen dalam pesan yang disampaikan. Dampak yang diinginkan dari hasil iklan adalah jumlah pengetahuan prosuk yang dicapai konsumen melalui tingkat keterlibatan konsumen dengan produk atau proses pemilihan. d. Communication Dimensi komunikasii memberika informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen serta kekuatan pesan yang ditinggalkan pesan tersebut.

2.8.3 Direct Rating Method

Direct Rating Method DRM digunakan untuk mengevaluasi kekuatan sebuah iklan yang berkaitan dengan kemampuan iklan itu untuk mendapat perhatian, pemahaman, menggugah perasaan dan kemampuan iklan itu untuk mempengaruhi perilaku. Dalam metode ini, semakin tinggi peringkat yang diperoleh dari sebuah iklan semakin tinggi pula kemungkinan iklan tersebut efektif. Berikut adalah penjelasan mengenai lima variabel yang digunakan dalam metode DRM : a. Perhatian Perhatian didefinisikan sebagai alokasi kapasitas pemrosesan untuk stimulus yang baru masuk. Faktor-faktor yang menentukan perhatian dapat dikategorikan dalam kategori utama yaitu determinan pribadi dan determinan stimulus. Determinan pribadi merujuk pada karakteristik indiviidu yang mempengaruhi perhatian, diantaranya : kebutuhan, sikap, tingkat adaptasi, dan rentang perhatian. Sedangkan determinan stimulus menggambarkan faktor-faktor yang dapat dikendalikan artinya dapat digunakan untuk mendapatkan dan meningkatkan perhatian. Adapun faktor- faktor yang dapat dikendalikan tersebut meliputi : ukuran, warna, intensita, kontras, posisi, gerakan, kebaruan, stimulu pemikat perhatian yang dipelajari, dan juru bicara yang menarik. b. Pemahaman Pemahaman berkaitan dengan penafsiran suatu stimulus. Makna suatu stimulus bergantung pada bagaimana suatu stimulus dikategorikan dan diuraikan dengan pengetahuan yang sudah ada. c. Respon Kognitif Suatu penelitian memperlihatkan bahwa penerimaan pesan sangat terkait dengan pikiran yang muncul selama tahap pemahaman. Fenomena ii disebut respon kognitif. Sifat respon kognitif menentukan penerimaan atas suatu klaim. Hal yang sangat penting adalah respon yang disebut argymrn pendukung atau kontra argumen. Argumen pendukung adalah pikiran yang menentang klaim dalam pesan. Penerimaan ditingkatkan saat argumen pendukung meningkat an kontra argumen membesar. Respon kognitif memberi pelengkap yang berharga pada pengukuran sikap standar dalam mengevaluasi keefektifan komunikasi. Pengukuran sikap standar dapat menyingkap apakah suatu komunikasi meninggalkan pesan yang menguntungkan atau tidak bagi pemirsa televisi. d. Respon Afektif Respon afektif menggambarkan perasaan dan emosi yang dihasilkan sebuah stimulus. Keragaman respon afektif dapat disederhanakan menjadi tiga dimensi utama yaitu riang, negatif, dan hangat. Beberapa rekomendasi perangkat emosi utama yang lebih besar terdiri atas : rasa takut, terkejut, sedih, jijik, marah, antisipasi, riang dan menerima. Peranan respon afektif menjadi topik yang sangat menarik dalam penulisan penelitian baru. Temuan-temuan yang ada sejauh ini sangat mendukung pentingnya peran tersebut selama tahap penerimaan dalam proses informasi. e. Sikap terhadap Iklan Kemampuan iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap suatu produk sering bergantung pada sikap konsumen terhadap iklan itu. Iklan yang disukai atau dievaluasi secara menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap suatu produk. Iklan yang tidak disukai mungkin akan menurunkan evaluasi produk dari sisi konsumen. Sikap terhadap suatu iklan berfungsi sebagai peramal yang signifikan atas sikap terhadap produk.

2.9 Penelitian Terdahulu

Dewi 2008 melakukan penelitian “Analisis Efektivitas Iklan pada Media Televisi Studi Kasus pada Produk TEBS di Kota Bogor menyimpulkan bahwa pengukuran efektivitas dan dampak iklan menunjukkan cukup efektif. Iklan TEBS juga tidak menonjol dibanding iklan produk pesaingnya namun pesan cukup baik bagi audiens. Pengukuran dengan direct method juga mengindikasikan bahwa promosi yang dilakukan oleh TEBS cukup baik. Iklan TEBS pada media televisi cukup menarik perhatian audiens namun pada tingkat pemahaman audiens kurang memahami pesan iklan yang disampaikan. Kusuma 2010 melakukan penelitian “Analisis Efektivitas Iklan Berseri Pond’s Flawless White dipelajari strategi komunikasi pemasaran untuk mengelola dan menyampaikan informasi kepada konsumennya melalui media elektronik. Periklanan di media di televisi dipilih sebagai salah satu aspek dari bauran komunikasi pemasaran yang akan diukur tingkat efektivitasnya. Berdasarkan hasil analisis dengan metode EPIC model, dapat disimpulkan bahwa iklan Iklan Berseri Pond’s Flawless White ” dinilai efektif ditinjau dari keempat dimensinya yaitu empati, persuasi, dampak, dan komunikasi. Begitu juga halnya dengan halnya dengan hasil analisis yang menggunakan metode Direct Rating Method DRM dapat disimpulkan bahwa iklan Berseri Pond’s flawless white dinilai efektif dilihat dari kelima dimensinya yaitu perhatian, pemahaman, aspek kognitif, aspek afektif dan sikap responden terhadap iklan. Perbedaan penelitian yang berjudul “Analisis Efektivitas Iklan Televisi Kartu As versi Sule Kasus pada Mahasiswa Program Strata 1 Institut Pertanian Bogor ” dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan adalah penelitian yang penulis lakukan menggunakan tiga metode pengukuran efektivitas iklan yaitu dengan analisis brand awareness menggunakan analisis deskriptif, EPIC Model dan Direct Rating Method. Selain itu penulis juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara langsung dengan responden sehingga data yang diperoleh lebih mendalam. Objek penelitian yang diangkat juga menarik karena mengangkat sesuatu yang sedang trend saat ini yaitu penyedia layanan telekomunikasi yang berupa kartu seluler yang berkembang sangat pesat dan tumbuh di tengah-tengah persaingan yang ketat.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Perkembangan telepon seluler di Indonesia tumbuh sangat cepat. Kondisi ini diikuti dengan bermunculannya para operator penyedia layanan telekomunikasi yang baru dengan strategi segmentasi dan jenis teknologi alternatif lain GSM vs.CDMA terhadap produk layanan mereka untuk saling memperebutkan pangsa pasar yang potensial ini dengan berbagai bentuk penawaran terhadap konsumennya. Selain dengan tawaran melalui berbagai fitur yang dapat dipergunakan dan diakses melalui telepon seluler tersebut, para operator penyedia layanan telekomunikasi juga memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk memiliki perangkat an dset telepon maupun registrasi nomer telepon atau aksesnya. Di sisi lain, inovasi-inovasi yang dilakukan oleh penyedia layanan telekomunikasi nirkabel tersebut juga saling berjuang dalam memperebutkan pasar. Persaingan yang ketat diantara operator telepon seluler mengharuskan mereka untuk berlomba-lomba menawarkan produk-produk mereka dengan segala fitur dan keunggulan yang dimiliki. Berbagai promosi dilakukan untuk menarik pelanggan agar membeli produk kartu seluler yang mereka tawarkan. Demikian halnya dengan Telkomsel selaku produsen kartu seluler Kartu As. Promosi terus dilakukan oleh Telkomsel untuk memasarkan produk Kartu As kepada masyarakat. Salah satu strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Telkomsel adalah dengan beriklan melalui media televisi. Melalui iklan produsen dapat mengetahui dengan cepat respon konsumen. Iklan televisi juga diukur efektivitasnya sebagai bahan evaluasi produsen menggunakan analisis EPIC Model dan DRM Direct Rating Method. Iklan mempunyai dampak terhadap penonton televisi yang telah diukur menggunakan ketiga alat analisis tersebut, dampak iklan dapat efektif maupun tidak efektif. Hasil

Dokumen yang terkait

Gambaran Persaingan Dalam Iklan Televisi Kartu Seluler XL Dan AS (Studi Analisis Semiotika tentang Persaingan dalam Iklan Televisi Kartu Seluler XL versi “Sule – Baim” dan AS versi “Sule – Cek 123”)

1 35 132

Iklan Kartu Xl Dan Tindakan Membeli (Buying Actions) Pengguna Telepon Selular (Studi Kasus Tentang Pengaruh Iklan Televisi Kartu Xl Versi “Kawin Sama Monyet” Terhadap Tindakan Membeli Kartu Xl Oleh Siswa-Siswi Smu Negeri 10 Medan)

1 32 128

Analisis Perpindahan Konsumen Kartu Pra Bayar Telepon Seluler pada Operator Seluler Lain ke Telkomsel (Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara)

1 46 111

Respon mahasiswa terhadap tayangan iklan produk minuman berenergi di televisi (kasus pada mahasiswa strata 1 Institut Pertanian Bogor)

0 13 87

Analisis efektivitas iklan partai gerakan indonesia raya pada media televisi dan brand equity partai politik. (Studi kasus: Mahasiswa Program Strata-1 Institut Pertanian Bogor)

0 13 116

Analisis Efektivitas Iklan Televisi Mizone dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Minuman Isotonik oleh Mahasiswa Strata-1 Institut Pertanian Bogor

3 28 126

Analisis Efektivitas Iklan Televisi Mobile Broadband AHA pada Mahasiswa Strata-1 Institut Pertanian Bogor (IPB)

0 9 212

Analisis Efektivitas Iklan Televisi Mobile Broadband Telkomsel Flash Pada Mahasiswa Strata-1 Institut Pertanian Bogor (IPB)

0 4 251

Efektivitas Iklan Televisi Mobile Broadband Smartfren Versi “I Hate Slow” Pada Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor (IPB)

0 4 216

REPRESENTASI PERSAINGAN DALAM IKLAN KARTU AS (Studi Semiotik Iklan Kartu As Versi “Sule” di Televisi).

1 3 89