10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Mata Pelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
James dan James dalam Ruseffendi, 1993:27 menyatakan matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,
besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis, dan geometri. Kline
dalam Ruseffendi,
1993:28 menyebutkan
bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna
karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika membantu manusia dalam memahami dan menguasi permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Hudojo 2001:45 menyatakan bahwa matematika adalah sebuah ilmu yang memerlukan cara bernalar secara deduktif, formal, dan abstrak.
Susanto 2013:185 menambahkan bahwa matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan
berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja.
Muhsetyo 2008:26
menjelaskan tentang
pembelajaran matematika adalah pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik
melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Jadi, pembelajaran matematika adalah ilmu tentang logika yang memerlukan cara bernalar untuk meningkatkan berpikir dan argumentasi
serta memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan.
Berdasarkan penelitian
Piaget, ada
empat tahap
dalam perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara
kronologis yaitu 1 tahap sensori motor 2 tahap pra operasional 3 tahap operasi konkrit dan 4 tahap operasi formal. Tahap sensori motor
dimulai sejak lahir sampai umur sekitar 2 tahun dimana pengalaman diperoleh melalui perbuatan fisik gerakan anggota tubuh dan sensori
koordinasi alat indera. Tahap pra operasional dimulai sekitar umur 2 tahun sampai sekitar umur 7 tahun yang merupakan tahap persiapan untuk
pengorganisasian operasi konkrit seperti mengklasifikasikan, mengurutkan dan membilang. Pada tahap operasi konkrit, tahap ini dimulai sekitar umur
7 tahun sampai sekitar umur 11 tahun dimana anak memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit dan anak sudah memiliki sudut
pandang yang berbeda secara objektif dalam mengamati suatu objek. Tahap operasi formal dimulai sekitar umur 11 tahun dan seterusnya
dimana anak akan dibiasakan untuk melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak.
Siswa kelas III sekolah dasar umumnya berusia sekitar 9 sampai 10 tahun. Dengan demikian siswa kelas III berada pada tahap operasi konkrit,
dimana anak mempunyai struktur kognitif yang memungkinkan anak bisa berpikir untuk berbuat. Namun apa yang dipikirkan anak masih terbatas
pada hal-hal yang bersifat konkrit atau nyata. Benda-benda atau kejadian- kejadian yang tidak dapat dibayangkan siswa masih sulit untuk dipikirkan.
Kegiatan matematika
ini disusun
menjadi serangkaian
pembelajaran yang dapat membawa siswa dan realitas yang dikenal secara nyata menuju matematika formal. Titik awal dalam pembelajaran dimulai
dengan hal-hal yang realistik bagi anak. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan enaktif berupa pemecahan masalah kontekstual yang melibatkan
benda konkret dan tindakan fisik anak. Dalam kegiatan ikonik, anak mendeskripsikan dan memecahkan masalah kontekstual dengan memakai
model gambar berupa skema atau gambaran situasi. Kematangan anak dalam kegiatan ikonik akan membawanya ke kegiatan simbolik dimana
anak akan melibatkan penggunaan simbol untuk menyatakan penalaran. Simbol yang digunakan tidak harus baku karena merupakan ciptaan anak
berkat pengalaman matematisasinya. Akan tetapi langkah ini akan menjadikan anak siap mengenal simbol-simbol baku dalam matematika
formal. Depdiknas dalam Susanto, 2013:184 menyebutkan bahwa peran
dan fungsi matematika terutama sebagai sarana mengembangkan kemampuan bernalar dalam memecahkan masalah baik pada bidang
matematika maupun dalam bidang lainnya. Oleh karena itu, tujuan umum pendidikan matematika ditekankan agar siswa memiliki:
1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun
masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata. 2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.
3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan seperti berpikir kritis,
berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang, dan menyelesaikan suatu masalah.
Depdiknas dalam Susanto, 2013:184 juga menyebutkan bahwa pengajaran matematika di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa
mampu: 1. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang
melibatkan pecahan. 2. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun
ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume.
3. Menggunakan sifat simetri, kesebangunan dan sistem koordinat 4. Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antar satuan dan
penaksiran pengukuran.
5. Menentukan dan menafsirkan seperti ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikan data sederhana
b. Materi Pengukuran