Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw

berbagai alasan seperti tidak nyaman dengan teman kelompok juga tidak percaya diri ketika menjelaskan materi kepada teman kelompok. 3. Jigsaw III Metode Jigsaw III dikembangkan oleh Kagan pada tahun 1990. Tidak ada perbedaan yang menonjol antara Jigsaw I, Jigsaw II dan Jigsaw III dalam tata laksana dan prosedurnya masing-masing. Hanya saja, dalam Jigsaw III Kagan lebih fokus pada penerapannya di kelas-kelas bilingual. Jadi, berbeda dengan dua metode Jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran, metode Jigsaw III khusus diterapkan untuk kelas bilingual Huda, 2012: 122

F. Metode Ceramah

1. Pengertian Metode Ceramah Djamarah 2010: 97 menyatakan arti dari metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Menurut Suparno 2013: 180 metode ceramah adalah metode pembelajaran dimana guru sendiri menerangkan dengan kata-kata, menjelaskan prinsip kepada siswa. Biasanya siswa hanya mendengarkan apa yang diceramahkan guru. Menurut Sanjaya 2011: 147, metode ceramah adalah cara guru menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan dan penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Dalam metode ceramah, siswa hanya mendengarkan guru yang berceramah tentang materi serta menngerjakan soal yang diberikan oleh guru. 2. Kelebihan metode ceramah Djamarah, 2010: 97 a. Guru mudah menguasai kelas. b. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. c. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya. d. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. 3. Kelemahan metode ceramah Djamarah, 2010: 97 a. Mudah menjadi verbalisme pengertian kata-kata. b. Yang visula menjadi rugi, yang auditif yang besar menerimanya. c. Membosankan, bila selalu digunakan dan terlalu lama. d. Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya. e. Menyebabkan siswa menjadi pasif.

G. Suhu dan Kalor

1. Suhu dan Termometer Suhu atau temperatur adalah ukuran kuantitatif tingkat kepanasan dan kedinginan suatu benda. Apakah suatu benda panas atau dingin diukur dengan derajat suhunya. Suhu atau temperatur dalam fisika diberi simbol T. Satuannya bisanya dengan derajat Celcius C atau juga bisa dengan derajat Kelvin K Suparno, 2009: 10. Alat-alat yang dirancang untuk mengukur temperatur disebut termometer. Ada banyak jenis termometer tetapi cara kerjanya selalu bergantung pada beberapa sifat materi yang berubah terhadap temperatur. Sebagian besar termometer umum bergantung pada pemuaian materi terhadap naiknya temperatur Giancoli, 2001: 449. Termometer yang biasa digunakan ialah termometer air raksa. a. Prinsipnya: pipa diisi air raksa. Bila suhu pipa dinaikkan T, maka volume air raksa dalam air pipa akan bertambah. Pertambahan volume air raksa ini dapat dilihat dari tinggi lajur air raksa daalm pipa yang bertambah. Jadi ada hubungan antara tinggi lajur air raksa dan suhu. Relasi antara kenaikan suhu dan tinggi air raksa dalam pipa itulah yang digunakan sebagai model termometer. b. Termometer Celcius 1701-1744 Termometer Celcius ditera dengan suhu es yang mencair pada suhu 0 C, dan air mendidih pada suhu 100 C. Lalu skala diantaranya dibagi sama c. Termometer Fahrenheit 1686-1736 1 Titik nol F ditera dengan suhu es dan garam yang sedang mencair. Suhu badan orang dianggap 96 F, dan air mendidih pada 212 F. Es mencair pada 32 F. 2 Relasi suhu Fahrenheit dengan Celcius menjadi: F= 95 C + 32 atau C = 59 F-32 . F = suhu Fahrenheit, C = suhu Celcius. d. Skala Termometer Reamur 1 Skala Reamur menggunakan acuan 0 C untuk es mencair dan 80 R untuk air mendidih. 2 Hubungan dengan skala Celcius menjadi °R= 45 °C d. Suhu Mutlak Kelvin 1824-1907 1 Skala Kelvin ditulis K banyak digunakan dalam bidang ilmiah di Termofisika dan Termodinamika. 2 Suhu nol absolut diukur pada -273 C sebenarnya lebih tepat - 273,15 C. e. Hubungan Kelvin dan Celcius: K = °C + 273 0. Relasi suhu Kelvin, Celcius, Fahrenheit, dan Reamur. °C = 59 °F – 32 °F = 95 °C + 32 °R = 45 °C K = °C + 273 Suparno, 2009: 13 2. Pemuaian Benda Pemuaian zat dapat berupa pemuaian panjang, pemuaian luas, atau pemuaian volume. Setiap benda padat berbeda pertambahan panjangnya. Besi sepanjang 1 meter, apabila dipanaskan sebanyak 1°C akan mengalami pertambahan panjang sebesar 0,012 mm, sedangkan alumunium akan mengalami pertambahan panjang sebesar 0,025 mm ketika dipanaskan sebanyak 1°C. Karakteristik pertambahan panjang dinyatakan dalam besaran yang disebut koefisien muai panjang dengan simbol α Giancoli, 2001: 454. Koefisien muai panjang α suatu benda adalah perbandingan antara pertambahan panjang ∆L terhadap panjang awal benda L persatuan kenaikan suhu ∆T. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut : Suparno, 2009: 23 Bila panjang benda setelah dipanaskan = L, dan panjang awal benda = L , maka akan di dapat relasi sebagai berikut : ∆L = α L ∆T atau L = L 1 + α ∆T Giancoli, 2001: 454 Jarang benda hanya mempunyai panjang. Banyak benda mempunyai luasan berdimensi dua. Maka bila benda dipanaskan akan terjadi pemuaian luasan pula. Koefisien muai luasan disimbolkan dengan . Satuan adalah C° -1 dan besar = 2 α. Bila angka muai luasan , A merupakan luasan benda setelah dipanaskan dan luasan awal benda = A maka perumusan pemuaian luasan menjadi : A = A 1 + ∆T atau ∆A = A ∆T ∆A = A ∆T

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN INTEGRASI KARAKTER TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SEMESTER II PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI SMA PERSIAPAN STABAT T.P. 2011/2012.

0 1 11

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur pada materi Protista.

1 2 245

Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Pada Siswa Kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu.

0 0 144

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together pada materi archaebacteria dan eubacteria dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

1 7 170

Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu melalui penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II.

0 2 343

Penerapan pembelajaran kooperatif metode jigsaw pada materi perubahan dan pencemaran lingkungan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2011/2012.

0 0 224

Peningkatan pemahaman materi pengukuran dengan metode pembelajaran jigsaw II pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

0 1 193

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together pada materi archaebacteria dan eubacteria dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

0 1 168

Materi Fisika SMA Kelas X suhu dan kalor

0 34 14

Penerapan pembelajaran kooperatif metode jigsaw pada materi perubahan dan pencemaran lingkungan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository

0 0 222