d. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap
teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda.
4. Prosedur Pembelajaran
Menurut Dikti Taniredja, 2011: 60 pada dasarnya kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu orientasi sebagai kegiatan awal,
kerja kelompok sebagai inti kegiatan pembelajaran, kuis sebagai kegaiatan akhir dan pemberian penghargaan. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih
lanjut oleh guru seperti berikut : a.
Orientasi Seperti pada kegiatan pembelajaran pada umumnya, kegiatan diawali
dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajaranya. Guru
mengomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa, serta sistem penilaiannya.
Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang
diharapkan atau sistem penilaiannya. b.
Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Kerja
kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan eksplorasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet,
dan sebagainya. Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat sebagai pedoman kegiatan. Panduan harus memuat
tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan tanggung jawab masing- masing anggota kelompok serta hasil akhir yang diharapkan dapat
dicapai. c.
Teskuis Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah mampu
memahami topikmasalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing- masing siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman
mereka terhadap konseptopikmasalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif dan keterampilan.
d. Penghargaan kelompok
Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu.
Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar dengan skor tes individual. Menghitung skor yang didapat masing-masing kelompok
dengan cara menjumlahkan skor yang didapat siswa di dalam kelompok tersebut kemudian dihitung rata-ratanya.
5. Kendala – kendala Utama Pembelajaran Kooperatif
Slavin Huda, 2012: 68 mengidentifikasikan tiga kendala utama terkait dengan pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
a. Free Rider
Pembelajaran kooperatif perlu dirancang dengan baik karena jika tidak dirancang dengan baik, justru berdampak pada munculnya free rider atau
“pengendara bebas”. Yang dimaksud free rider adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya,
dan hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya yang lain. Ini sering kali muncul ketika kelompok-
kelompok kooperatif ditugaskan untuk menangani satu lembar kerja, satu proyek, atau satu laporan tertentu.
b. Diffusion of Responsibility
Yaitu suatu kondisi dimana beberapa anggota yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-
anggota lain yang “lebih mampu”.
c. Learning a Part of Task Specialization
Hal ini terjadi ketika setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antar satu sama lain.
Pembagian semacam ini sering kali membuat siswa hanya fokus pada bagian materi yang menjadi tanggung jawabnya, sementara bagian
materi lain yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak digubris sama sekali, padahal semua materi tersebut berkaitan satu sama lain.
Menurut Slavin Huda, 2012: 69 ketiga kendala ini dapat diatasi dengan cara :
a. Mengenali sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan siswa-
siswanya. b.
Selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiap siswanya dengan mengevaluasi mereka secara individual
setelah bekerja kelompok. c.
Mengintegrasikan metode yang satu dengan metode yang lain.
E. Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw
1. Jigsaw I
Metode Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Arason pada tahun 1975. Dalam metode Jigsaw I, siswa ditempatkan dalam kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 5 anggota. Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik dari materi pelajaran mereka saat
itu. Dari informasi yang diberikan pada setiap kelompok ini, masing-masing anggota harus mempelajari bagian-bagina yang berbeda dari informasi
tersebut. Dalam metode Jigsaw I, siswa bekerja dalam kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam kelompok ahli.
Setelah masing-masing anggota menjelaskan bagiannya masing-masing kepada teman satu kelompok, mereka mulai siap diuji secara individu. Skor
yang diperoleh setiap anggota akan menentukan skor yang diperoleh kelompok mereka. Dalam metode Jigsaw I ini, tidak ada reward khusus
yang diberikan atas individu maupun kelompok yang mampu menunjukan
kemampuannya untuk bekerja sama dan mengerjakan kuis Huda, 2012: 120.
2. Jigsaw II
Ketika Aronson mengembangkan metode Jigsaw untuk pertama kalinya, Slavin pada tahun 1989 mengadopsi dan memodifikasi kembali. Hasil
modifikasi yang dilakukan Slavin ini dikenal dengan metode Jigsaw versi II. Dalam metode ini, setiap kelompok berkompetisi untuk memperoleh
penghargaan kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh poin tambahan jika masing-masing anggotanya mampu menunjukan peningkatan performa
saat ditugaskan mengerjakan kuis. Inilah yang membedakan metode ini dengan sebelumnya Huda, 2012: 118.
Ada beberapa langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dipaparkan oleh Slavin 2005:240.
a. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II :
1 Memilih satu atau dua bab, cerita, atau unit-unit lainnya, yang
masing-masing mencakup materi untuk dua atau tiga hari. Jika para siswa akan membacanya di kelas, materi yang dipilih haruslah
membutuhkan waktu tidak lebih dari setengah jam untuk membacanya; jika bacaan tersebut akan dijadikan tugas untuk dibaca
dirumah, maka pilihannya boleh lebih panjang. 2
Membuat lembar ahli untuk setiap unit. Pada lembar siswa diminta berkonsentrasi saat membaca, dan dengan kelompok ahli yang akan
bekerja. Lembar ini berisi empat topik yang menjadi inti dari unit pembelajaran.
3 Membuat kuis, tes berupa esai, atau bentuk penilaian lainnya untuk
tiap unit 4
Menggunakan skema diskusi sebagai opsi. Skema diskusi untuk tiap topik dapat membantu mengarahkan diskusi dalam kelompok ahli.
b. Kegiatan – kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Menurut Slavin 2005: 241 Jigsaw II terdiri atas siklus regular dari kegiatan-kegiatan pengajaran:
1 Membaca
Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi.
2 Diskusi kelompok ahli
Para siswa
dengan keahlian
yang sama
bertemu untuk
mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli. 3
Laporan tim Para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk
mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya. 4
Tes Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua
topik.
5 Rekognisi tim
Masing –masing kelompok mendapatkan skor kelompok dengan skor
tertinggi berhak mendapatkan penghargaan. c.
Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Lie, 2005: 71 1
Mengembangkan keterampilan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.
2 Bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran seperti Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika dan Bahasa.
3 Metode ini cocok untuk semua tingkatan.
4 Dengan metode ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
5 Siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
d. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Kunci metode Jigsaw II ialah interdependensi tiap kelompok bergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan
informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian Slavin, 2005: 237. Tak jarang siswa yang menolak untuk
dapat bekerja sama juga bertanggung jawab dalam kelompok karena
berbagai alasan seperti tidak nyaman dengan teman kelompok juga tidak percaya diri ketika menjelaskan materi kepada teman kelompok.
3. Jigsaw III
Metode Jigsaw III dikembangkan oleh Kagan pada tahun 1990. Tidak ada perbedaan yang menonjol antara Jigsaw I, Jigsaw II dan Jigsaw III
dalam tata laksana dan prosedurnya masing-masing. Hanya saja, dalam Jigsaw III Kagan lebih fokus pada penerapannya di kelas-kelas bilingual.
Jadi, berbeda dengan dua metode Jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran, metode Jigsaw III khusus diterapkan untuk
kelas bilingual Huda, 2012: 122
F. Metode Ceramah
1. Pengertian Metode Ceramah
Djamarah 2010: 97 menyatakan arti dari metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode
ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Menurut Suparno 2013: 180
metode ceramah adalah metode pembelajaran dimana guru sendiri menerangkan dengan kata-kata, menjelaskan prinsip kepada siswa. Biasanya
siswa hanya mendengarkan apa yang diceramahkan guru. Menurut Sanjaya 2011: 147, metode ceramah adalah cara guru menyajikan pelajaran melalui
penuturan secara lisan dan penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.