Data DATA DAN ANALISIS DATA

c. Data porsentase tingkat motivasi siswa kelas eksperimen Data porsentase tiap kategori motivasi akhir siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6. Porsentase motivasi akhir kelas eksperimen Interval jumlah skor Frekuensi Prosentase Kategori Motivasi – 14 Sangat kurang 15 – 29 3 8,3 Kurang 30 – 45 27 75 Tinggi 46 – 60 6 16,7 Sangat tinggi d. Data porsentase tingkat motivasi siswa kelas kontrol Data porsentase tiap kategori motivasi akhir siswa kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Porsentase motivasi akhir kelas eksperimen Interval jumlah skor Frekuensi Prosentase Kategori motivasi – 14 Sangat Kurang 15 – 29 1 2,6 Kurang 30 – 45 15 39,5 Tinggi 46 – 60 22 57,9 Sangat tinggi e. Data kategori motivasi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Setelah diperoleh porsentase kualifikasi tingkat motivasi siswa terhadap metode Jigsaw II kemudian ditentukan tingkat motivasi tiap siswa seperti pada tabel 4.8. Tabel 4.8. Kategorisasi motivasi kelas eksperimen dan kelas kontrol Kode Siswa Eksperimen Kategori Kontrol Kategori 1 44 Tinggi 57 Sangat tinggi 2 47 Sangat tinggi 53 Sangat tinggi 3 40 Tinggi 46 Sangat tinggi 4 37 Tinggi 35 Tinggi Kode Siswa Eksperimen Kategori Kontrol Kategori 5 45 Tinggi 52 Sangat tinggi 6 26 Kurang 43 Tinggi 7 32 Tinggi 38 Tinggi 8 36 Tinggi 53 Sangat tinggi 9 42 Tinggi 51 Sangat tinggi 10 41 Tinggi 44 Tinggi 11 36 Tinggi 45 Tinggi 12 46 Sangat tinggi 47 Sangat tinggi 13 37 Tinggi 42 Tinggi 14 35 Tinggi 49 Sangat tinggi 15 37 Tinggi 59 Sangat tinggi 16 35 Tinggi 53 Sangat tinggi 17 38 Tinggi 38 Tinggi 18 21 Kurang 49 Sangat tinggi 19 36 Tinggi 34 Tinggi 20 34 Tinggi 31 Tinggi 21 28 Kurang 52 Sangat tinggi 22 40 Tinggi 38 Tinggi 23 39 Tinggi 41 Sangat tinggi 24 34 Tinggi 48 Sangat tinggi 25 53 Sangat tinggi 25 Kurang 26 47 Sangat tinggi 40 Tinggi 27 42 Tinggi 38 Tinggi 28 50 Sangat tinggi 49 Sangat tinggi 29 32 Tinggi 36 Tinggi Kode Siswa Eksperimen Kategori Kontrol Kategori 30 45 Tinggi 51 Sangat tinggi 31 38 Tinggi 50 Sangat tinggi 32 41 Tinggi 33 Tinggi 33 38 Tinggi 50 Sangat tinggi 34 35 Tinggi 53 Sangat tinggi 35 48 Sangat tinggi 46 Sangat tinggi 36 40 Tinggi 50 Sangat tinggi 37 - - 46 Sangat tinggi 38 - - 45 Tinggi Mean 38,75 Tinggi 45 Sangat tinggi 2. Prestasi Siswa Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode Jigsaw II terhadap prestasi belajar siswa, digunakan data pre-test dan post-test dalam bentuk skor yang kemudian dianalisis untuk melihat mean yang diperoleh dan menggunakan uji-T Dependen. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 76 siswa. Selain itu, menganalisis data pre-test dan post-test kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah untuk membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa dengan menggunakan kedua metode tersebut pada kelas yang berbeda. a. Data Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen Data pre-test dan post-test siswa dengan metode Jigsaw II dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9. Data pre-test dan post-test kelas eksperimen Kode Siswa Pre-test Post-test 1 47 60 2 33 67 3 27 53 4 27 67 5 33 73 6 33 53 7 20 47 8 47 80 9 47 67 10 13 67 11 20 73 12 33 53 13 33 67 14 40 67 15 13 53 16 40 67 17 27 60 18 27 47 19 53 67 20 33 67 21 20 53 22 40 67 23 33 60 24 13 53 25 40 73 26 20 67 27 40 67 28 47 73 29 53 87 30 47 87 31 33 67 32 40 73 33 27 73 34 13 73 35 53 73 Kode Siswa Pre-test Post-test 36 40 87 Mean 33,47 66,33 b. Data Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol Data pre-test dan post-test siswa dengan metode ceramah dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.10. Data pre-test dan post-test kelas kontrol Kode Siswa Pre-test Post-test 1 47 67 2 53 80 3 33 53 4 20 60 5 27 53 6 47 67 7 47 80 8 40 73 9 33 60 10 40 60 11 33 47 12 20 60 13 27 47 14 27 60 15 27 60 16 47 80 17 20 73 18 53 67 19 13 40 20 13 53 21 33 80 22 27 33 23 33 73 24 33 67 Kode Siswa Pre-test Post-test 25 20 60 26 53 60 27 40 73 28 27 67 29 53 87 30 27 53 31 47 73 32 20 73 33 47 80 34 27 73 35 33 67 36 33 73 37 47 47 38 33 73 Mean 34,73 64,52 C. Analisis Data 1. Motivasi siswa a. Analisis motivasi awal dan motivasi akhir kelas eksperimen Analisis statistik Uji T dependen dengan SPSS terkait motivasi sebelum dan setelah siswa diberikan treatment dengan metode Jigsaw II dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.11. Analisis SPSS motivasi awal dan akhir kelas eksperimen Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Awal 38.8333 36 6.89720 1.14953 Akhir 38.7500 36 6.65636 1.10939 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 Awal Akhir 36 .570 .000 Paired Samples Test Paired Differences T Df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Awal – Akhir .08333 6.28547 1.04758 -2.04336 2.21003 .080 35 .937 Keterangan t = . 080; P= .937 α = 0,05 maka hasilnya tidak signifikan. Artinya motivasi sebelum dan sesudah diberi treatment kelas eksperimen tidak berbeda atau setara. Motivasi siswa setelah diberikan treatment, tidak meningkat secara signifikan. Dengan melihat perbandingan rata-rata diperoleh mean awal = 38,83 dan mean akhir = 38,75 motivasi sebelum sedikit lebih tinggi dibanding motivasi sesudah diberi treatment. b. Analisis motivasi awal dan motivasi akhir kelas kontrol Analisis statistik dengan SPSS motivasi siswa kelas kontrol dengan metode ceramah dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12. Analisis SPSS motivasi awal dan akhir kelas kontrol Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Awal 44.9474 38 7.85321 1.27396 Akhir 45.0000 38 7.70749 1.25032 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 Awal Akhir 38 .448 .005 Paired Samples Test Paired Differences T df Sig. 2- taile d Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Awal – Akhir -.05263 8.17692 1.32647 -2.74032 2.63506 -.040 37 .969 Keterangan t = - .040; P= .969 α = 0,05 maka hasilnya tidak signifikan. Artinya motivasi sebelum dan sesudah diberi treatment kelas kontrol tidak berbeda atau setara. Motivasi siswa kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah tidak meningkat secara signifikan. Dengan melihat perbandingan rata-rata diperoleh 44,94 dan mean akhir = 45 motivasi sesudah sedikit lebih tinggi dibanding motivasi sebelum dengan metode yang sama yaitu metode ceramah. c. Analisis motivasi awal kelas eksperimen dan kelas kontrol Analisis secara statistik motivasi awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.13. Tabel 4.13. Analisis SPSS motivasi awal kelas eksperimen dan kontrol Group Statistics Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Motivasi E 36 38.8333 6.89720 1.14953 K 38 44.9474 7.85321 1.27396 Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95 Confidence Interval of the Difference F Sig. T Df Sig.2- tailed Mean Difference Std. Error Difference Lower Upper Motiv asi Eq.var. assumed 3.024 .086 -3.551 72 .001 -6.11404 1.72200 -9.54679 -2.68128 Eq. var. not assumed -3.563 71.601 .001 -6.11404 1.71592 -9.53499 -2.69308 Keterangan t = - 3.551; P= .001 α = 0,05 hasilnya signifikan. Artinya kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki motivasi awal yang berbeda. Karena berbeda maka skor tes akhir kedua kelas tidak dapat diuji statistik menggunakan uji T-Test. Maka, analisis menggunakan gain skor yaitu selisih antara skor motivasi akhir dan motivasi awal untuk kedua kelas. Kemudian antara gain skor kelas eksperimen pada tabel 4.4 dan gain skor kelas kontrol pada tabel 4.5 dianalisis dengan uji T Independen. Analisis statistik dengan uji T independen gain skor siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.14. Tabel 4.14. Gain skor motivasi awal dan motivasi akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol Group Statistics Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Motivasi E 36 -.08 6.285 1.048 K 38 .05 8.177 1.326 Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t Df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Motiv asi Eq. var. Assumed .226 .636 -.080 72 .937 -.136 1.702 -3.529 3.257 Eq.var. not assumed -.080 69.122 .936 -.136 1.690 -3.508 3.236 Keterangan t = -.080; P= .937 α = 0,05 maka hasilnya tidak signifikan. Artinya motivasi sebelum dan sesudah diberi treatment kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak berbeda atau setara. d. Analisis kualifikasi tingkat motivasi kelas eksperimen Karena yang akan dilihat adalah pengaruh metode Jigsaw II terhadap motivasi, maka yang dianalisis porsentase dan kualifikasinya hanya motivasi akhir. Berdasarkan perhitungan porsentase seperti yang disajikan pada tabel 4.6. motivasi akhir siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw diperoleh bahwa sebanyak 16,7 siswa termasuk dalam kategori motivasi sangat tinggi, sebanyak 75 siswa termasuk dalam kategori motivasi tinggi, dan sebanyak 8,3 siswa termasuk dalam kategori motivasi kurang dalam mengikuti pembelajaran. Dari tabel 4.9 diperoleh bahwa rata-rata motivasi akhir kelas eksperimen ialah 38,75. Jadi, siswa kelas eksperimen memiliki tingkat motivasi yang tinggi terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw II. e. Analisis kualifikasi tingkat motivasi kelas kontrol Analisis porsentase dan kualifikasi motivasi pada kelas kontrol, hanya dianalisis dari data motivasi akhir. Berdasarkan perhitungan seperti yang disajikan pada tabel 4.7. motivasi akhir siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah diperoleh bahwa sebanyak 57,9 siswa termasuk dalam kategori motivasi sangat tinggi, sebanyak 39,5 siswa termasuk dalam kategori motivasi tinggi, dan sebanyak 2,6 siswa termasuk dalam kategori motivasi kurang dalam mengikuti pembelajaran. Dari tabel 4.9 diperoleh bahwa rata-rata motivasi akhir kelas eksperimen ialah 45. Jadi, siswa kelas kontrol memiliki tingkat motivasi yang sangat tinggi terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. f. Analisis kualitatif motivasi kelas eksperimen Untuk memperkuat data yang diperoleh mengenai motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode Jigsaw II, maka diadakan wawancara terhadap beberapa siswa kelas eksperimen. Isi pertanyaan wawancara berdasarkan pernyataaan kuesioner motivasi awal dan akhir siswa pada kelas eksperimen. Pertanyaan terdiri dari 10 item berkaitan dengan motivasi siswa. Ada 7 siswa yang diwawancara terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan baik sekali, baik, sedang, kurang dan kurang sekali. Kemampuan tersebut dinilai berdasarkan nilai posttest dan berdasarkan informasi guru. Hasil wawancara disajikan pada lampiran 18. Hasil analisis wawancara dari 7 siswa tersebut dapat disimpulkan : 1 Siswa lebih suka dan nyaman belajar dalam bentuk kelompok daripada belajar sendiri. Jika kesulitan dalam memahami materi, bisa saling berdiskusi dengan siswa lain dalam kelompok. 2 Siswa hanya mengandalkan handout sebagai bahan belajar, karena lebih ringkas dan mudah dipahami. 3 Siswa kurang terlibat aktif dalam menanggapi materi yang sedang dijelaskan siswa lain dalam kelompok. 4 Siswa lebih semangat jika gurunya yang mengajarkan karena kalau guru yang mengajarkan ilmu yang diberikan sudah benar sedangkan kalau siswa lain takutnya masih salah. 5 Siswa hanya menyiapkan materi yang ditugaskan kepadanya sebelum menerangkan kepada siswa lain tetapi kurang menyiapkan materi lain yang dibahas siswa lain dalam kelompok. 6 Metode yang diberikan tidak mempengaruhi mereka dalam belajar. Jadi metode ceramah dan metode Jigsaw sama saja. 7 Siswa lebih paham jika guru yang menerangkan tetapi juga jika menggunakan Jigsaw II siswa paham hanya pada sub materi yang mereka jelaskan. 8 Siswa tidak merasa terbebani ketika harus menerangkan materi kepada teman kelompoknya. 9 Siswa berusaha untuk mengatasi kesulitan dengan bertanya kepada yang lebih tahu. 10 Siswa mengerjakan latihan soal dengan mencari tahu jawaban yang ada dalam handout. 2. Prestasi siswa a. Analisis pre-test dan post-test kelas eksperimen Analisis statistik Uji T dependen dengan SPSS pre-test pos-test kelas eksperimen dianalisis dengan uji t-dependen dan diperoleh hasil seperti tabel 4.15. Tabel 4.15. Analisis SPSS pre-test dan post-test kelas eksperimen Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pre-test 33.4722 36 11.91754 1.98626 Post-test 66.3333 36 10.37029 1.72838 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 Pre-test Post-test 36 .513 .001 Paired Samples Test Paired Differences T Df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Pre-test Post- test -32.86111 11.08449 1.84741 -36.61156 -29.11066 -17.788 35 .000 Keterangan t = -17,788; P= 0,000 0,05 maka hasilnya signifikan. Berdasarkan perhitungan rata-rata pre-test post-test kelas eksperimen diperoleh mean pre-test = 33,47 dan mean post-test = 66,33 . Pembelajaran dengan metode Jigsaw II pada materi Suhu dan Kalor memberikan pengaruh yang baik terhadap prestasi siswa. b. Analisis pre-test dan post-test kelas kontrol Analisis statistik Uji T dependen dengan SPSS pre-test dan post-test kelas kontrol dianalisis dengan uji t-dependen dan hasilnya terdapat pada tabel 4.16. Tabel 4.16. Analisis SPSS pre-test dan post-test kelas kontrol Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pre-test 34.2105 38 11.62048 1.88509 Post-test 64.5263 38 12.29972 1.99528 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 Pre-test Post-test 38 .472 .003 Paired Samples Test Paired Differences T Df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Pre-test Post- test -30.31579 12.30492 1.99612 -34.36032 -26.27126 -15.187 37 .000 Keterangan t = -15,187; P = 0,000 0,05 maka hasilnya signifikan. Berdasarkan data pretest posttest kelas kontrol diperoleh mean pre-test = 34,73 dan mean post-test = 64,52. Pembelajaran dengan metode ceramah pada materi Suhu dan Kalor dapat meningkatkan prestasi siswa. Berdasarkan uji rata-rata dan uji T diatas, dilihat bahwa perbandingan antara pre-test dan post-test baik kelas eksperimen maupun kontrol post-test lebih besar dibanding pre-test. Hal ini sudah dipastikan karena pre-test diadakan sebelum siswa diberi materi dan post-test setelah diberi materi. Siswa akan lebih paham ketika telah ditanamkan konsep mengenai materi yang diujikan dibandingkan sebelumnya. Subyek yang terdiri dari dua kelas diberi materi yang sama tetapi berbeda metode, untuk melihat metode apa yang paling memberi pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi siswa. Kelas yang digunakan sebagai kelas eksperimen ialah kelas X D yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw II dan kelas X C sebagai kelas kontrol dengan metode ceramah yang sudah biasa digunakan. Untuk mengetahui prestasi atau kemampuan awal siswa, kedua kelas diberikan pre-test. Untuk mengetahui metode mana yang lebih memberi pengaruh baik terhadap prestasi siswa, dilihat dari hasil post-test antara kedua kelas tersebut. c. Analisis pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen Analisis statistik Uji T independen dengan SPSS pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis juga dengan uji t-independen didapatkan hasil yang disajikan pada tabel 4.17. Tabel 4.17. Analisis SPSS pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol Group Statistics Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Nilai E 36 33.4722 11.91754 1.98626 K 38 34.2105 11.62048 1.88509 Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95 Confidence Interval of the Difference F Sig. T Df Sig.2- tailed Mean Difference Std. Error Difference Lower Upper Nilai Eq.var. assumed .000 .984 -.270 72 .788 -.73830 2.73650 -6.19341 4.71680 Eq. var.not assumed -.270 71.542 .788 -.73830 2.73839 -6.19778 4.72118 Keterangan t = - 2,70; P= .788 α = 0,05 maka hasilnya tidak signifikan. Artinya pre-test kelas eksperimen dan pre-test kelas kontrol tidak berbeda atau setara. Secara statistik pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda atau tidak memberikan beda yang signifikan. Tetapi, dengan melihat perbandingan rata-rata, kelas kontrol sedikit lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen . Mean pre-test untuk kelas eksperimen = 33, 47 dan mean pre-test untuk kelas kontrol = 34,73. d. Analisis post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol Analisis statistik Uji T independen dengan SPSS post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis juga dengan uji t-independen didapatkan hasil yang terdapat pada tabel 4.18. Tabel 4.18. Analisis SPSS post-test kelas eksperimen dan kontrol Group Statistics Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Nilai E 36 66.3333 10.37029 1.72838 K 38 64.5263 12.29972 1.99528 Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95 Confidence Interval of the Difference F Sig. T Df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference Lower Upper Nilai Equal variances assumed 2.246 .138 .681 72 .498 1.80702 2.65203 -3.47971 7.09375 Equal variances not assumed .685 71.062 .496 1.80702 2.63978 -3.45647 7.07051 Keterangan t = - .409; P= .684 α = 0,05 maka hasilnya tidak signifikan. Artinya post-test kelas eksperimen dan post-test kelas kontrol tidak berbeda atau setara. Secara statistik post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda atau tidak memberikan beda yang signifikan. Tetapi, dengan melihat perbandingan rata-rata, kelas eksperimen sedikit lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Mean post-test untuk kelas eksperimen = 66, 33 dan mean post-test untuk kelas kontrol = 64,52.

D. Pembahasan

Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode Jigsaw II terhadap motivasi siswa, maka diberikan kuesioner berupa pernyataan mengenai motivasi siswa dalam pembelajaran fisika baik sebelum pembelajaran dengan metode Jigsaw II maupun setelah pembelajaran. Secara statistik, motivasi awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol signifikan. Artinya ada perbedaan motivasi awal antara kedua kelas. Berdasarkan perbandingan rata-rata, kelas eksperimen memiliki motivasi awal yang lebih rendah daripada kelas kontrol. Mean motivasi awal kelas eksperimen ialah 38,83 dan mean motivasi awal kelas kontrol ialah 44,94. Karena motivasi awal siswa tidak sama, maka untuk membandingkan pengaruh penerapan metode Jigsaw II dan ceramah terhadap motivasi, analisis motivasi akhir menggunakan gain skor yaitu selisih antara motivasi akhir dan motivasi awal kelas eksperimen dan kelas kontrol. Secara statistik, motivasi awal dan motivasi akhir siswa, di kelas ekperimen maupun kelas kontrol tidak signifikan. Artinya tidak ada perbedaan motivasi awal dan motivasi akhir setelah diberi treatment. Berdasarkan perbandingan rata-rata kelas eksperimen memiliki motivasi awal dan motivasi akhir yang lebih rendah dibanding kelas kontrol. Mean motivasi akhir kelas eksperimen ialah 38,75 dan mean motivasi akhir kelas kontrol ialah 45 dari skor maksimal 60. Berdasarkan perbandingan rata-rata dari gain skor, kelas eksperimen memiliki motivasi yang lebih rendah daripada kelas kontrol. Mean gain skor motivasi kelas eksperimen ialah –0,08 tanda negatif karena adanya penurunan motivasi dan mean gain skor motivasi kelas kontrol ialah 0,05. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol skor total setiap siswa menjawab seluruh pernyataan sama ketika sebelum dan sesudah walaupun tidak konsisten dalam menjawab tiap itemnya. Karena yang akan dilihat adalah pengaruh metode Jigsaw II terhadap motivasi, maka yang dianalisis porsentase dan kualifikasinya hanya motivasi akhir setelah diberikan treatment pada kelas eksperimen dan motivasi akhir pada kelas kontrol dengan metode yang sama yaitu ceramah. Porsentase kelas eksperimen untuk kategori motivasi sangat tinggi, tinggi dan kurang tinggi berturut-turut 16,7 , 75 , 8,3 dan kelas kontol berturut-turut 59,7 , 39,5 , 2,6 . Jadi, kelas ekperimen memiliki motivasi yang tinggi dan kelas kontrol memiliki motivasi yang sangat tinggi dalam belajar fisika. Kualifikasi tingkat motivasi siswa berdasarkan perbandingan rata-rata data yang diperoleh ialah kelas eksperimen masuk dalam kategori motivasi tinggi dengan rata-rata 38,75 dan kelas kontrol dalam kategori motivasi sangat tinggi dengan rata-rata 45. Melihat ketidakkonsistennya siswa dalam menjawab setiap pernyataan, maka dilakukan wawancara mengenai motivasi terhadap metode Jigsaw II dengan beberapa siswa kelas eksperimen untuk memperoleh keterangan yang pasti. Kuesioner motivasi siswa terhadap pembelajaran terdiri dari 20 pernyataan. Untuk setiap jawaban pernyataan tersebut, skor total siswa menjawab hampir sama walaupun tidak konsisten memilih dalam satu pernyataan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel distribusi motivasi awal dan akhir yang disajikan pada lampiran 10. Skor yang diperoleh untuk setiap pernyataan ada yang berbeda sangat jauh setelah diberi treatment pada kelas eksperimen memiliki skor yang jauh lebih tinggi dibanding sebelumnya yaitu pada pernyaatan 1 dengan total skor adalah 89 yang sebelumnya yaitu 48. Maka yang mengalami peningkatan ialah pernyataan nomor 1 yaitu “ saya mempersiapkan materi pelajaran fisika sebelum berangkat sekolah ” dan pertanyaan nomor 2 dengan total skor 85 yang sebelumnya yaitu 42 dengan pernyataan “saya bertanya kepada teman atau guru bila saya belum paham dengan materi dalam pembelajaran fisika ”. Hal ini sinkron dengan jawaban beberapa siswa dalam wawancara yang mengatakan mereka berusaha menemukan jawaban latihan soal sebelum menerangkan kepada teman kelompok dan juga bertanya kepada teman lain jika menemukan kesulitan dalam belajar. Pernyataan nomor 8 untuk motivasi awal dan motivasi akhir yaitu “saya menjadi lebih semangat belajar ketika hasil belajar saya dipuji guru atau teman “. Berdasarkan wawancara siswa mengatakan belajar dengan menggunakan metode Jigsaw II merupakan ajang untuk menunjukan kemampuan kepada siswa lain. Sebaliknya, dari 20 pernyataan tersebut, ada juga pernyataan motivasi awalnya yang jauh lebih tinggi dibandingkan pernyataan motivasi akhir setelah diberi treatment. Pernyataan yang mengalami penurunan ialah pernyataan nomor 3, 4, 7, 9, dan 12. Pernyataan nomor 3 untuk motivasi awal yaitu “Saya mempelajari kembali materi pelajaran yang disampaikan guru di ruma h” dan pernyataan untuk motivasi akhir “saya mempelajari kembali materi pelajaran yang disampaikan teman saya dalam kelompok”. Pernyataan nomor 7 untuk motivasi awal dan motivasi akhir ialah “saya akan tetap belajar dengan kemauan sendiri karena saya merasa belajar merupakan kewajiban saya sebagai siswa”. Berdasarkan wawancara siswa mengatakan akan semangat dalam belajar apabila guru yang menerangkan, karena kalau guru yang menerangkan tidak diragukan lagi tetapi apabila teman yang menerangkan belum pasti benar sehingga siswa juga kurang termotivasi untuk belajar. Pernya taan nomor 4 untuk motivasi awal dan motivasi akhir ialah “saya memb aca sumber lain terkait pelajaran fisika yang sedang dipelajari”. Ketika pembelajaran dengan metode Jigsaw II, siswa hanya belajar dari handout karena menganggap bahwa isi pembelajaran lebih ringkas dan mudah dipahami sehingga siswa tidak mencari sumber lain. Berbeda dengan pembelajaran biasanya, siswa belajar dari buku paket dan internet. Pernyataan nomor 9 untuk motivasi awal ialah “saya tertantang untuk mengerjakan soal yang sulit ketika saya bisa menyelesaikan soal yang diberikan guru ” dan motivasi akhir ialah ”saya tertantang untuk mengerjakan soal yang sulit ketika saya bisa menyelesaikan soal yang ada dalam handout ”. Berdasarkan wawancara siswa mengatakan hanya belajar dari handout, sehingga siswa pun hanya mengerjakan soal yang ada dalam handout dan tidak mengerjakan soal yang lebih sulit setelah menyelesaikan soal tersebut. Pernyataan nomor 12 untuk motivasi awal dan motivasi akhir ialah “saya cenderung diam jika tidak paham dengan materi yang diajarkan ”. Berdasarkan wawancara siswa mengatakan tidak memberikan tanggapan terhadap materi yang disampaikan siswa lain dalam kelompok karena tidak paham apabila bukan guru yang menerangkan. Jawaban beberapa siswa dalam wawancara memperjelas jawaban ketika siswa mengisi kuesioner. Untuk melihat bagaimana pengaruh metode Jigsaw II dalam pembelajaran fisika materi Suhu dan Kalor terhadap prestasi siswa, dilihat nilai pre-test dan post-test pada kelas eksperimen. Selain itu, melihat perbandingan dengan nilai pre-test post-test yang diperoleh kelas yang menggunakan metode ceramah yaitu kelas kontrol. Terlihat pada tabel 4.9 dan 4.10 bahwa ada perbedaan antara nilai pre-test dan post-test, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dengan menggunakan perbandingan rata-rata, diperoleh nilai post-test lebih tinggi dibanding nilai pre-test. Kemudian analisis menggunakan uji t-dependen diperoleh hasilnya signifikan dengan membandingkan hasil p-value dan α dimana p value lebih besar dari nilai α. Dengan kata lain, pembelajaran dengan metode Jigsaw II dan metode ceramah dapat meningkatkan prestasi siswa. Kondisi ini wajar karena pre-test diadakan sebelum siswa belajar materi sedangkan post-test diadakan setelah siswa dibekali materi. Karena itu, untuk melihat metode mana yang paling memberi pengaruh baik, dalam hal ini dapat meningkatkan prestasi siswa, maka dilihat perbandingan nilai pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol, juga nilai post-test antara kelas eksperimen dan

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN INTEGRASI KARAKTER TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SEMESTER II PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI SMA PERSIAPAN STABAT T.P. 2011/2012.

0 1 11

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur pada materi Protista.

1 2 245

Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Pada Siswa Kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu.

0 0 144

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together pada materi archaebacteria dan eubacteria dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

1 7 170

Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu melalui penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II.

0 2 343

Penerapan pembelajaran kooperatif metode jigsaw pada materi perubahan dan pencemaran lingkungan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2011/2012.

0 0 224

Peningkatan pemahaman materi pengukuran dengan metode pembelajaran jigsaw II pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

0 1 193

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together pada materi archaebacteria dan eubacteria dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

0 1 168

Materi Fisika SMA Kelas X suhu dan kalor

0 34 14

Penerapan pembelajaran kooperatif metode jigsaw pada materi perubahan dan pencemaran lingkungan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository

0 0 222