Pembahasan DATA DAN ANALISIS DATA
                                                                                menyelesaikan  soal  tersebut.  Pernyataan  nomor  12  untuk  motivasi  awal  dan motivasi akhir ialah “saya cenderung diam jika tidak paham dengan materi yang
diajarkan ”.  Berdasarkan  wawancara  siswa  mengatakan  tidak  memberikan
tanggapan terhadap materi yang disampaikan siswa lain dalam kelompok karena tidak  paham  apabila  bukan  guru  yang  menerangkan.  Jawaban  beberapa  siswa
dalam wawancara memperjelas jawaban ketika siswa mengisi kuesioner. Untuk  melihat  bagaimana  pengaruh  metode  Jigsaw  II  dalam  pembelajaran
fisika  materi  Suhu  dan  Kalor  terhadap  prestasi  siswa,  dilihat  nilai  pre-test  dan post-test  pada  kelas  eksperimen.  Selain  itu,  melihat  perbandingan  dengan  nilai
pre-test post-test yang diperoleh kelas yang menggunakan metode ceramah yaitu kelas kontrol. Terlihat pada tabel 4.9 dan 4.10 bahwa ada perbedaan antara nilai
pre-test  dan  post-test,  baik  pada  kelas  eksperimen  maupun  kelas  kontrol. Dengan  menggunakan  perbandingan  rata-rata,  diperoleh  nilai  post-test  lebih
tinggi  dibanding nilai  pre-test. Kemudian analisis menggunakan uji t-dependen diperoleh  hasilnya  signifikan  dengan  membandingkan  hasil  p-value
dan  α dimana p value lebih besar
dari nilai α. Dengan kata lain, pembelajaran dengan metode  Jigsaw  II  dan  metode  ceramah  dapat  meningkatkan  prestasi  siswa.
Kondisi  ini  wajar  karena  pre-test  diadakan  sebelum  siswa  belajar  materi sedangkan  post-test  diadakan  setelah  siswa  dibekali  materi.  Karena  itu,  untuk
melihat metode mana  yang paling memberi pengaruh baik,  dalam  hal  ini dapat meningkatkan  prestasi  siswa,  maka  dilihat  perbandingan  nilai  pre-test  kelas
eksperimen  dan  kelas  kontrol,  juga  nilai  post-test  antara  kelas  eksperimen  dan
kelas kontrol.  Berdasarkan data dan  analisis  yang diperoleh terdapat perbedaan antara  nilai  pre-test  kelas  kontrol  dan  kelas  eksperimen.  Dengan  menggunakan
uji t-independen nilai pre-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol p value lebih  besar
dari  nilai  α  maka  hasilnya  tidak  signifikan  artinya  tidak  ada perbedaan.  Antara  kelas  eksperimen  dan  kelas  kontrol  memiliki  kemampuan
awal  yang  sama.  Namun,  jika  dilihat  dari  perbandingan  rata-rata,  kelas eksperimen  memiliki  kemampuan  awal  yang  sedikit  lebih  rendah  dibanding
kelas  kontrol.  Mean  pre-test  kelas  eksperimen    ialah  33,47  dan  mean  pre-test kelas  kontrol  ialah  34,73.  Kemudian,  nilai  post-test  yaitu  setelah    kelas
eksperimen diberi treatment dan kelas kontrol diajarkan ceramah juga dianalisa dengan menggunakan uji t-independen. Hasil menunjukkan bahwa p value lebih
besar dari  nilai  α  maka  hasilnya  tidak  signifikan  artinya  tidak  ada  perbedaan
antara  kemampuan  siswa  setelah  diajarkan  materi  Suhu  dan  Kalor  dengan metode  yang  berbeda.  Namun,  dengan  melihat  perbandingan  rata-rata,  kelas
eksperimen memperoleh nilai yang sedikit lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Mean  post-test  kelas  eksperimen  66,33  ialah  dan  mean  post-test  kelas  kontrol
ialah 64,52. Mengingat sebelumnya, nilai pre-test kelas ekperimen lebih rendah dari kelas kontrol dan setelah diberi treatment nilai kelas eksperimen lebih tinggi
dibanding  kelas  kontol,  hal  ini  menunjukkan  bahwa  metode  Jigsaw  II  dapat memberikan  pengaruh  baik  terhadap  prestasi  siswa  yaitu  dapat  meningkatkan
prestasi siswa.
Selain  peningkatan  prestasi,  metode  ini  memberikan  keuntungan tersendiri  bagi  siswa  pada  kelas  eksperimen.  Secara  tidak  sadar,  siswa
mendapatkan  pengalaman  yang  lebih  dalam  hal  belajar  dengan  metode  baru, menggali  informasi  sendiri  lalu  membagi  dengan  teman  kelompok  juga  siswa
termotivasi  untuk  belajar  sebelum  memulai  pembelajaran  di  kelas.  Selain  itu, siswa  kelas  eksperimen  dapat  belajar  berdinamika  dalam  kelompok  dan
berdiskusi  saling  tukar  pendapat.  Siswa  mempunyai  keinginan  untuk  mencari tahu karena takut tidak menjelaskan dengan baik kepada teman kelompok.
Berdasarkan  wawancara  diperoleh  bahwa,  siswa  lebih  semangat  dalam belajar  jika  guru  yang  menerangkan  karena  siswa  berpikir  konsep  yang
diberikan  lebih  dijamin  kebenarannya  jika  guru  yang  menjelaskan  sehingga tidak  ragu  untuk  mempelajari  kembali.  Untuk  itu,  sangatlah  dibutuhkan
pendampingan lebih intensif dari guru ketika siswa berdiskusi dalam kelompok homogen  agar  siswa  benar-benar  mengerti  dengan  isi  materi  yang  akan
dibahasnya.  Sehingga  ketika  siswa  kembali  ke  kelompok  heterogen,  dapat menerangkan  materi  dengan  baik  dan  penjelasannya  mampu  meyakinkan
anggota kelompok.