Suhu dan Kalor LANDASAN TEORI

Dalam kenyataan sehari – hari hampir tidak ada benda, padat atau cair, yang hanya berdimensi satu atau dua. Semua benda berdimensi tiga. Maka bila benda itu di panaskan, akan memuai ke arah tiga dimensi pula. Dengan demikian yang terjadi bukan pemuaian panjang atau luas, melainkan pemuaian ruang atau pemuaian volume Suparno, 2009: 25. Pemuaian volume zat yang mengalami perubahan suhu dinyatakan dengan persamaan : ∆V = V ∆T Dim ana ∆T adalah perubahan suhu, V adalah volume awal, dan adalah koefisien muai volume . Satuan adalah C° -1 dan besar = 3 α. Giancoli, 2001: 456 3. Kalor dan Perubahan Wujud a. Pengertian dan satuan kalor Kalor merupakan energi yang ditransfer dari satu benda ke yang lainnya karena adanya perbendaan temperatur. Satuan yang umum untuk kalor yang masih digunakan sekarang dinamakan kalori. Satuan ini disebut kalori kal dan didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan untuk menaikan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Yang lebih sering digunakan dari kalori adalah kilokalori kkal, yang besarnya 1000 kalori. Dengan demikian 1 kkal ialah kalor yang dibutuhkan untuk menaikan temperatur 1 kg air sebesar 1°C. Pada sistem satuan British, kalor diukur dalam satuan termal British British thermal unit Btu. Satu Btu didefinisikan sebagai kalor yang diperlukan untuk menaikan temperatur air 1 lb sebesar 1°F Giancolli, 2001: 489. Secara umum hubungan Btu dan Kkal adalah sebagai berikut : 1 Btu = 0,252 Kkal 1 Kkal = 3,97 Btu Suparno, 2009: 34 b. Kalor jenis suatu benda Pada abad ke 18, orang-orang yang melakukan percobaan telah melihat bahwa besar kalor Q yang dibutuhkan untuk merubah temperatur zat tertentu sebanding dengan massa m zat tersebut dan dengan perubahan temperatur ∆T. Bila suatu benda yang massanya m dipanaskan sehingga perubahan suhunya ∆T, maka banyaknya panas yang diperlukan adalah ∆Q = m c ∆T atau m c = = H dengan c = panas jenis zat kalorigram°C c. Panas jenis molar Banyaknya mole suatu benda n = , dengan m = massa benda dan M = berat molekul Sehingga panas jenis menjadi : d. Prinsip kesetimbangan termal Benda A dan B masing-masing suhu T 1 dan T 2 . Kedua benda itu disatukan, maka benda yang lebih panas akan memberikan kalor pada yang kurang panas, sampai terjadi kesetimbangan termal, yaitu suhu menjadi sama T 3 . Misalkan T 2 T 1 , maka B memberikan panas pada A. Panas yang diberikan oleh B = panas yang diserap oleh A, atau ∆Q B = ∆Q A . Secara umum dapat dituliskan sebagai berikut : m B c B T 2 -T 3 = m A c A T 3 -T 1 Suparno, 2009: 36. 4. Perubahan Wujud a. Wujud zat Secara umum suatu zat dapat berwujud sebagai berikut: padat, cair, gas, dan plasma. Bagaimana sifat- sifat wujud zat tersebut baik dilihat secara makroskopis secara kasat mata maupun secara mikroskopis secara anatomik, tanpa kasat mata? 1 Zat Padat Cobalah kita lihat dan badingkan benda-benda berikut: batu, kayu, besi, perak, emas, dan benda-benda padat lain yang ada disekitar kita. Secara kasar mata kita dapat mengamati bahwa bentuk benda-benda itu tetap. Batu yang bulat, dipindahkan ke tempat lain tetap bulat, diletakan dalam kotak juga tetap bulat, diletakkan di tempat-tempat lain juga akan berbentuk bulat bila tidak ada tekanan atau atau diubah dari luar. Volume benda-benda itu juga tetap sama bila tidak ada pengaruh dari luar. Batang besi dengan volume 0,2 m 3 akan tetap sama meski dipindahkan ke tempat lain. Jadi secara makroskopis dapat dikatakan benda padat mempunyai ciri: volume dan bentuknya tetap. Bagaimana secara mikroskopis zat padat itu diterangkan? Benda padat adalah kumpulan banyak atom atau molekul. Mengapa benda padat itu bentuk dan volumenya tetap? Hal itu terjadi karena molekul-molekul zat padat bergetar pada kedudukan tetap, dengan daya ikat antara molekul sangat kuat dan jarak antara molekul kecil. Molekul-molekul zat padat, masing-masing bergerak pada tempat yang tetap. Daya ikat antar molekul sangat kuat sehingga molekul tidak saling lepas, tetapi tetap mengumpul dan lekat. Jarak antar molekul juga kecil. Karena zat padat sangat ketat termampatkan sehingga volume dan bentuknya tetap Suparno, 2009: 41. 2 Zat Cair Sekarang kita amati zat-zat berikut: air yang kita gunakan untuk mandi dan minum, tinta yang kita gunakan untuk menulis, darah tubuh kita, keringat tubuh kita, sirup yang sering kita minum, air teh yang kita teguk, dan zat cair lain yang kita jumpai dalam kehiduapan kita. Sifat dan karakter mana yang dapat kita lihat? Air yang ada didalam botol bentuknya seperti botol; bila dimasukan ke dalam panci, bentuknya seperti panci; bila ditaruh pada piring, bentuknya seperti piring. Dengan kata lain bentuknya mengikuti tempat air itu berada. Jadi bentuk zat cair dapat selalu berubah. Bagaiman dengan volumenya? Air 1 liter diletakan di panci, di piring, di botol, ternyata tetap 1 liter. Volumenya selalu tetap bila tidak dipengaruhi campur tangan dari luar. Jadi, secara makroskopisk dapat dikatakan zat cair mempunyai volume tetap dan bentuk yang selalu berubah menyesuaikan dengan tempatnya. Bagaimana secara mikroskopis hal itu dapat dijelaskan? Secara mikroskopis: gaya antar molekul masih cukup kuat untuk mempertahankan kesatuan molekul, tetapi tidak cukup kuat untuk mencegah molekul-molekul menggelindingi keluar, maka bentuknya berubah sesuai dengan tempatnya. Jarak antar molekul masih cukup dekat 1 Å sehingga sifat tetap dan volumenya tetap Suparno, 2009: 43. 3 Gas Kalau kita mengamati gas LPJ atau juga gas yang ada dalam balon, kita selalu melihat bahwa gas itu bentuknya mengikuti tempatnya. Bila tempatnya dibuang, maka gas itu akan tersebar ke mana-mana dan kita tidak melihat lagi, kecuali bila gasnya berwarna. Karena itu, dapat dikatakan secara makroskopis, bentuk gas selalu berubah mengikuti ruangannya dan volumenya juga berubah menurut ruangannya. Bila gas oksigen ditempatkan dalam ruanagan 5 liter tabung, maka volumenya juga 5 liter; bila ditempatkan dalam ruangan tabung 100 liter, maka volumenya juga menjadi 100 liter. Secara mikroskopis, gaya ikat antar molekul gas sangat kecil, molekul bebas bergerak kemana saja, dan jarak rata-rata anatar 2 molekul jauh lebih besar dari-pada jari-jari molekul itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada tekanan 1 atm, 300 K. Misalnya, HCL ukuran mole 0,9 Å , jarak antar mol 1,27 Å Suparno, 2009: 43. b. Pengaruh panas terhadap wujud benda Ambilah bongkahan es dan cobalah anda panasi. Apa yang terjadi? Es itu akan mengalami perubahan wujud, yaitu mencair menjadi air. Kalau kita ambil sepotong lilin lalu kita panaskan, ternyata juga mengalami perubahan wujud menjadi cair. Kalau kita mempunyai lempeng besi dan kita panasi dengan suhu yang sangat tinggi, juga akan mengalami perubahan wujud, yaitu menjadi cair. Bila air kita panasi terus maka air itu bertambah panas, dan akhirnya mendidih. Bila terus dipanasi, air panas itu akan menguap, yaitu mengalami perubahan wujud dari air menjadi uap air. Disini dapat dikatakan bahwa es mengalami perubahan wujud dari padat, cair dan uap. Proses perubahan wujud yang dialami adalah mencair dan menguap. Bila kita melakukan percoban yang terbalik, maka akibatnya dapat terbalik pula. Misalnya uap air kita dinginkan terus maka dapat berubah menjadi air. Inilah yang disebut proses pengembunan. Air bila didinginkan terus akan berubah menjadi padat, inilah yang disebut proses pembekuan. Jadi secara umum dapat dikatakan bila suhu bertambah besar, benda akan mengalami perubahan wujud dari padat, cair, gas; sedangkan bila suhu diturunkan dapat terjadi proses pengembunan dan pembekuan. Semakin tinggi panasnya ditambahakan proses perubahan wujud itu akan semakin cepat. Secara mikroskopis, perubahan wujud itu dapat dijelaskan sebagai berikut. Bila suatu benda dipanaskan, maka molekul-molekul mendapat tambahan energi sehingga molekul-molekul bergetar lebih cepat dan jarak antara molekul menjadi lebih jauh. Kalau terus dipanaskan, maka suatu ketika jarak antara menjadi terlalu jauh dan lepas dari ikatannya. Dalam hal ini gaya ikat antar molekul menjadi lebih kecil dari pada gaya kinetik molekul, maka terjadilah perubah wujud.  Dua atom diikat oleh gaya antar atom sehingga 2 atom itu dapat bergetar saling menjauhi dan mendekati sejauh r max – r min  Bila T bertambah besar T , maka E vibrasi bertambah bertambah besar pula, sehingga r min menjadi lebih kecil, dan jarak r max menjadi lebih besar. Atau r av jarak rata-rata bertambah besar.  Bila T semakin tinggi T, maka E kin makin besar, sehingga memecahkan kesatuan antar atom. Dengan demikian, maka benda akan berubah wujudnya. Misalnya dari padat menjadi cair atau dari cair menjadi gas. Secara umum beberapa proses perubahan wujud zat dapa digambarkan sebagai berikut:  Dari padat ke cair : mencair  Dari cair ke gas : menguap  Dari gas ke cair : mengembun  Dari cair ke padat : membeku  Dari padat ke gas : menyublim  Dari gas ke padat : menghablur Suparno, 2009: 47. c. Panas pencairan es dan panas penguapan air Kita buat percobaan sederhana sebagai berikut: ambillah bejana dan taruhlah es didalamnya. Kemudian panaskan bejana itu dan amati apa yang terjadi pada es yang ada didalam bejana tersebut. Catat berapa suhunya dalam interval waktu yang sama. Amatilah suhu es , wujud yang ada dan juga waktu yang dilalui dalam pemanasan itu. Keterangan :  Ternyata tidak setiap penambahan panas menyebabkan kenaikan suhu  Pada saat perubahan wujud mencair, mendidihmenguap meskipun ada penambahan panas tetapi suhunya tetap T tetap. Mengapa demikian? Kemana penambahan panas itu? Penambahan panas disini digunakan untuk melakukan proses perubahan wujud. Penambahan panas ini disebut panas laten tersembunyi .  Dibedakan ada duanya panas laten, yaitu panas pencairan peleburanpembekuan dan penguapanpengembunan.  Panas peleburan atau pencairan atau H f = panas yang diperlukan untuk mengubah1 kg zat dari padat ke cair, besarnya adalah: H f = atau Q = m.H f . Panas penguapan atau pengembunan H v = panas yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat dari cair ke gas, besarnya adalah : H v = atau Q = m.H v . Suparno, 2009: 48 Mengapa terjadi panas laten? Mengapa meskipun tidak ada kenaikan temperatur pada saat perubahan wujud zat, ada banyak panas yang diambil? Pada saat perubahan wujud dari cair ke gas, misalnya, energi diperlukan untuk dua alasan, yaitu pertama untuk menjadikan jarak antara molekul jauh. Ini berarti memperbesar energi potential sehingga membutuhkan energi dari luar. Kedua, pada saat air menguap, harus dilakukan kerja untuk mendorong atmosfer sekitar, sehingga uap air mendapatkan tempat. Untuk itu dibutuhkan energi dari luar pula. Maka jelas meskipun tidak ada kenaikan suhu banyak panas yang diambil pada waktu perubahan wujud Suparno, 2009: 49. 5. Perpindahan kalor Kalor dapat berpindah dari suatu tempat atau benda ke yang lainnya dengan tiga cara, yaitu konduksi,konveksi, dan radiasi Suparno, 2009: 57. a. Konduksi Konduksi atau hantaran diartikan sebagai perpindahan panas dari partikel-partikel yang lebih energik dari suatu zat ke partikel-partikel yang berdekatan yang kurang energik, sebagai akibat dari interaksi dari partikel-partikel tersebut. Konduksi dapat terjadi pada zat padat, cair dan gas Suparno, 2009: 58. Bila zat padat dipanasi pada ujung kiri, maka molekul-molekul pada ujung kiri akan bergetar atau bervibrasi lebih kuat dan lebih cepat, sehingga menumbuk molekul-molekul sebelah kanannya. Akibatnya, molekul-molekul yang berada disebelah kanan ikut bergetar lebih kuat dan cepat. Selanjutnya molekul-molekul yang telah bervibrasi lebih cepat dan kuat itu menumbuk molekul-molekul disebelah kanannya lagi sehingga menjadikan molekul-molekul itu bervibrasi kuat pula. Proses ini terus berlanjut sampai akhirnya molekul-molekul pada ujung kanan zat padat itu ikut bervibrasi lebih kuat dan cepat. Inilah yang menjadikan ujung kanan zat panas menjadi panas. Pada zat cair dan gas, proses konduksi terjadi karena adanya tumbukan dan difusi dari molekul- molekul selama gerak random mereka. Molekul-molekul zat cair dan terutama gas secara acak bergerak bebas Suparno, 2009: 59. Kecepatan kalor yang mengalir sebanding dengan perbedaan suhu antar kedua ujung –ujungnya. Kecepatan aliran kalor juga bergantung pada ukuran da n bentuk benda. Aliran kalor ∆Q perselang waktu ∆t dinyatakan melalui persamaan : dimana A adalah luas penampang lintang benda, l adalah jarak antara kedua ujung, yang mempunyai selisih suhu ∆T, dan k adalah konduktivitas termal, satuannya wattm°C Suparno, 2009: 61. b. Konveksi Konveksi adalah proses dimana kalor ditransfer dengan pergerakan molekul dari suatu tempat ke tempat lain. Perbedaan konveksi dengan konduksi adalah konveksi melibatkan molekul yang bergerak dalam jarak yang besar, sementara konduksi melibatkan pergerakan molekul dalam jarak yang kecil Giancoli,2001:504. Ada dua jenis konveksi, yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Konveksi alami terjadi bila aliran fluida sungguh murni hanya karena ada perubahan suhu atau gaya bouyance. Misalnya, lempengan logam panas dibiarkan begitu saja dan akhirnya menjadi dingin karena panas dikonveksikan keluar tanpa rekayasa. Kalau kita meletakan teh panas di cangkir di ruangan terbuka, lalu dibiarkan, teh itu akhirnya menjadi dingin secara alamiah. Sedangkan konveksi paksaan terjadi bila fluida yang mengalir karena dipaksa dari luar. Misalnya, dengan kipas angin yang diputar di atas lempengan logam panas sehingga lempengan ikut cepat menjadi dingin Suparno, 2009: 68. Secara sederhana, besarnya kalor yang mengalir pada peristiwa konveksi dapat dinyatakan dengan persamaan : H = hA∆T dimana h adalah koefisien konveksi dengan satuan Wattm 2 °C ; A adalah luas permukaan benda, dan ∆T adalah selisih suhu Suparno, 2009: 69. c. Radiasi Matahari memancarkan tenaga atau energi panas ke bumi, bahkan melalui ruang hampa udara. Peristiwa tersebut merupakn contoh perpindahan panas secara radiasi. Secara sederhana radiasi dapat dijelaskan sebagai perpindahan panas dari suatu benda kebenda lain dalam bentuk gelombang elektromagnetik Suparno, 2009 : 70. Radiasi pada intinya terdiri dari gelombang elektromagnetik. Kecepatan benda dalam meradiasikan energi sebanding dengan pangkat empat temperatur Kelvin. Kecepatan radiasi juga sebanding dengan luas A dari benda yang memancarkannya, sehingga kecepatan energi meninggalkan benda adalah : Persamaan ini disebut persamaan Stefan - Boltzman, dan σ merupakan konstanta universal yang disebut konstanta Stefan – Boltzman yang memiliki nilai 5,67 x 10 -8 Wm 2 K 4 . Faktor disebut emisivitas, merupakan bilangan antara 0 dan 1 yang merupakan karakteristik materi. Permukaan benda yang sangat hitam, seperti arang, mempunyai emisivitas yang mendekati 1, sementara permukaan yang mengkilat memiliki yang mendekati nol. Nilai bergantung sampai batas tertentu terhadap suhu benda Giancoli, 2001: 507. 46

BAB III METODE PENELITIAN

A. Design Penelitian

Penelitian yang dilakukan secara umum termasuk penelitian eksperimen kuantitatif design Pre-test Post-test Control Group dan kualitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang secara umum menggunakan data-data yang nantinya diolah dalam bentuk angka atau skor dan kemudian dianalisis menggunakan statistik. Data atau skor mengenai motivasi dan prestasi siswa akan dianalisis dengan menggunakan statistik Test-t. Dengan menggunakan design ini, satu kelompok diobservasidiukur bukan hanya pada akhir treatment post-test tetapi juga sebelumnya pre-test Suparno, 2010:140. Data untuk penelitian kualitatif untuk menjelaskan motivasi siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Penelitian ini diperkuat dengan adanya kelas kontrol dimana siswa menerima pembelajaran fisika menggunakan metode ceramah. Skemanya sebagai berikut: Treatment group O X 1 O Kontrol group O X 2 O Keterangan : O : observasi X 1 : kelas dengan menggunakan metode Jigsaw II X 2 : kelas dengan menggunakan metode ceramah Penelitian ini terdiri dari 4 tahap, yaitu 1 observasi 2 pengambilan data 3 analisis data 4 pembuatan laporan. Data yang diambil berupa kuesioner motivasi siswa, wawancara terkait motivasi dan nilai siswa sebelum dan sesudah diajarkan dengan metode Jigsaw II dan metode ceramah pada materi Suhu dan Kalor.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu yang beralamat di Jl. Wates Km 12 Argosari Sedayu, Bantul 55752.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X C dan X D SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu masing berjumlah 36 siswa dan 38 siswa. 2. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pengaruh penerapan model pembelajaran Kooperatif Learning dengan menggunakan metode Jigsaw tipe II dalam pembelajaran fisika pada materi Suhu dan Kalor.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada 11 Desember 2015 – 11 April 2016.

E. Treatment

Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subyek yang akan diteliti agar nantinya didapatkan data yang diinginkan. Treatment yang digunakan dalam penelitian ini adalah treatment pada kelas eksperimen dengan metode Jigsaw II. Dalam penelitian ini kelas yang diberi treatment ialah kelas X D. Langkah- langkah pembelajaran metode Jigsaw II adalah sebagai berikut : 1. Pertemuan pertama a. Kegiatan awal 1 Siswa diminta untuk mengisi kuesiner motivasi dan pre-test 2 Siswa mendengarkan informasi cara pengisian kuesioner dan pre-test b. Kegiatan inti 1 Siswa mengisi kuesioner motivasi awal pada lembar motivasi yang telah disediakan 2 Siswa mengerjakan pre-test c. Kegiatan akhir 1 Siswa dibagikan ke dalam kelompok heterogen dan tiap anggota diberi materi yang berbeda. 2. Pertemuan kedua a. Kegiatan awal 1 Siswa diminta duduk dalam kelompok heterogen 2 Membagi Lembar Kerja Siswa LKS dan handout. b. Kegiatan inti 1 Siswa berkumpul dalam kelompok homogen dan berdiskusi dengan materi yang sama. c. Kegiatan akhir 1 Siswa diminta mempelajari materi yang dibahas pada pertemuan berikutnya. 3. Pertemuan ketiga – pertemuan kesebelas a. Kegiatan awal 1 Siswa berkumpul dalam kelompok heterogen b. Kegiatan inti 1 Siswa yang mendapat materi pada pertemuan ini mengajar dalam kelompok sesuai dengan topik yang didapat sedangkan siswa yang mendapat materi lain menanggapi. 2 Siswa mengerjakan latihan soal dalam bentuk kelompok. c. Kegiatan akhir 1 Siswa diminta mempelajari materi yang dilbahas pada pertemuan berikutnya. 4. Pertemuan keduabelas a. Kegiatan awal 1 Menginformasikan pada siswa bahwa mereka akan mengisi kuesioner motivasi akhir dan post-test. b. Kegiatan inti 1 Siswa mengisi kuesioner secara individu pada lembar motivasi yang telah dibagikan. 2 Siswa mengerjakan post-test c. Kegiatan akhir 1 Siswa mengumpulkan lembar kuesioner dan lembar post-test

F. Pembelajaran pada Kelas Kontrol

Pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan metode ceramah yang sudah umum digunakan oleh semua pengajar dalam menyampaikan materi ajar. Untuk memperlancar proses pembelajaran, maka dibuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Secara umum, kegiatan pembelajaran dengan metode ceramah meliputi kegiatan awal, yakni memberikan motivasi, apersepsi, dan orientasi untuk mengarahkan siswa lalu kegiatan inti berupa siswa mendengarkan penjelasan terkait materi Suhu dan Kalor, kemudian siswa diberi latihan soal yang akan diselesaikan bersama-sama. Proses pembelajaran diakhiri dengan membuat kesimpulan terhadap materi Suhu dan Kalor yang diajarkan. Dalam penelitian ini kelas yang diberi pembelajaran dengan metode ceramah ialah kelas X C.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua instrumen yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. 1. Instrumen pembelajaran a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP RPP terdiri atas : 1 Identitas, 2 Standar Kompetensi, 3 Kompetensi Dasar, 4 Indikator, 5 Tujuan Pembelajaran, 6 Materi

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN INTEGRASI KARAKTER TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SEMESTER II PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI SMA PERSIAPAN STABAT T.P. 2011/2012.

0 1 11

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur pada materi Protista.

1 2 245

Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Pada Siswa Kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu.

0 0 144

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together pada materi archaebacteria dan eubacteria dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

1 7 170

Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu melalui penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II.

0 2 343

Penerapan pembelajaran kooperatif metode jigsaw pada materi perubahan dan pencemaran lingkungan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2011/2012.

0 0 224

Peningkatan pemahaman materi pengukuran dengan metode pembelajaran jigsaw II pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

0 1 193

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together pada materi archaebacteria dan eubacteria dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

0 1 168

Materi Fisika SMA Kelas X suhu dan kalor

0 34 14

Penerapan pembelajaran kooperatif metode jigsaw pada materi perubahan dan pencemaran lingkungan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository

0 0 222