Iklan Pembalut Tahun 1994 Perempuan dalam Ruang Publik
123
terlihat dengan pakaian astronot menenteng helm, maka di tahun 1994 Tierce Sumartini justru mengenakan gaun malam panjang tanpa lengan dilengkapi kalung
mutiara dan anting berkilau. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Tierce Sumartini sesungguhnya adalah
seorang pengusaha. Kata pengusaha sudah pasti merujuk kepada orang-orang kaya yang memiliki usaha berpendapatan tinggi, apalagi jika kehidupannya di bawah
naungan pemerintahan Soeharto. Maka, Tierce Sumartini memiliki dua gambaran yang menandakan non domestikasi, yaitu sebagai pengemudi pesawat dan pengusaha.
Kedua gambaran ini melebihi kemampuan yang dimiliki oleh Pratiwi Pujilestari sehingga sanggup mendompleng Tierce Sumartini untuk dipilih sebagai figur iklan
Sofie Wing. Sayangnya, prestasi penerbang dan pengusaha masih dihantui dengan
penyertaan “ibu dari dua orang anak”. Kalimat yang berujar, “Oh, saat-saat seperti ini, jiwa saya menemukan kebebasan sepenuhnya” menandakan kepuasan Tierce
Sumartini ketika ia berada di udara. Namun “kebebasan sepenuhnya” memang tidak boleh dimaknai sebagai bebas, karena beban domestikasi mengenai “dua orang anak”
tetap mengikuti. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124 Gambar 19. Sofie Wing Sumber: Gadis 1994
Selain itu, slogan iklan yang mengemukakan “Karena kebebasan adalah segalanya Tierce Sumartini hanya memilih
… Sofie Wing” sesungguhnya menjelaskan kenyataan bahwa rasa bebas seorang perempuan adalah ketika mampu memilih.
Perempuan bebas memilih menggunakan alat kontrasepsi berbentuk apa pun, namun sifatnya harus. Apabila salah seorang perempuan menolak menggunakan alat
kontrasepsi, negara menggunakan kekerasan supaya tercapai keharusan tersebut.
229
Bebas merupakan perumpamaan dari melepaskan segalanya, termasuk salah satunya
229
Sebuah laporan mengungkapkan adanya pemaksaan oleh Angakatan Bersenjata terhadap perempuan supaya menggunakan alat kontrasepsi melalui jalan kekerasan. Bahkan
suatu waktu para tentara ini mengunci perempuan-perempuan di sebuah balai desa ketika kampanye alat kontrasepsi berlangsung. Alhasil, IUD ditanam tanpa persetujuan si pemilik
tubuh. Baca Daniel Dhakidae, 2003, op.cit, hlm. 579.
125
adalah pilihan.
230
Namun dengan menempatkan Tierce Sumartini dan pernyataan puas atas kebebasannya, produsen Sofie Wing dan produk pembalut lainnya memaksa
perempuan untuk terus mengkonsumsi, menentukan pilihan terhadap salah satu merek.
Pembaca iklan Sofie Wing semestinya merasa terpukau dengan desain pariwara yang tampil penuh hiasan kemewahan, yaitu untaian mutiara dan gelang
emas. Perancang iklan memang jeli, karena “diamonds are girl‟s best friend”.
231
Kata diamond secara harafiah berarti intan atau berlian, namun maknanya mampu meluas
bukan hanya mengenai kedua batu mulia tersebut. Segala bentuk perhiasan yang memiliki nilai jual tinggi dan berkilau selalu menjadi komoditi dambaan atau
aksesoris wajib bagi seorang perempuan, mulai dari emas, berlian hingga zamrud. Para ibu sering memanfaatkan batu-batu mulia sebagai investasi jangka panjang
karena nilai jualnya cenderung meningkat. Akan tetapi, batu-batu mulia tersebut dapat menjadi “batu sandungan” sebagai salah satu bentuk kontrol laki-laki terhadap
perempuan. Misalnya, tradisi pertunangan acap kali menempatkan laki-laki sebagai pemberi cincin sehingga menandakan adanya kepemilikan terhadap seksualitas
perempuan. Tubuh perempuan merupakan proyeksi dari kehormatan laki-laki. Ketika
230
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bebas berarti lepas sama sekali; tidak terhalang, terganggu sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dengan leluasa. Bebas
juga dapat berarti lepas; lepas dari kewajiban, tuntutan dan perasaan takut. Lihat kbbi.web.idbebas diakses pada tanggal 26 April 2016, pukul 9:27 WIB.
231
Kalimat tersebut sesungguhnya judul dari sebuah lagu yang muncul di tahun 1949 namun ketenarannya semakin memuncak ketika Marilyn Monroe menyanyikannya.
Baca http:en.m.wikipedia.org, diakses pada tanggal 26 April 2016, pukul 9:42 WIB.
126
perempuan memakai cincin atau perhiasan pemberian laki-laki justru memperkuat gambaran sebagai obyek yang hanya dinikmati keindahannya. Lebih lanjut, ukuran
dari perhiasan menyampaikan besar kecilnya nilai yang dimiliki oleh laki-laki, baik secara keuangan atau simbol kejantanan.
232
Maka, sosok laki-laki yang berdiri berhadapan dengan Tierce Sumartini dalam iklan bukan tanpa peran. Laki-laki
berdasi dan berjas tersebut dapat merunut kekuasaan narasi patriarki, salah satunya melalui untaian mutiara dan gelang emas di sekeliling keduanya.
Masih di tahun yang sama iklan berikutnya kembali menemukan kepasrahan seorang ibu untuk menyerahkan kedua anak gadisnya kepada konsumsi produk
pembalut Laurier . Ibu tersebut berujar, “Saya menganjurkan pembalut wanita Laurier
pada puteri saya ”.
233
Sembari mengucapkan pernyataan tersebut, sang ibu berpose diapit oleh kedua orang puterinya yang secara fisik tampak berbeda karena rambut.
Puterinya yang sebelah kanan berambut pendek. Sementara puterinya yang sebelah kiri memiliki rambut panjang. Namun ketiga perempuan ini sama-sama tersenyum
lebar memperlihatkan sederetan gigi putihnya sehingga nampak kontras dengan warna coklat di kulit wajah mereka. Sekilas pembaca iklan akan mengira bahwa
mereka adalah figur yang menawarkan pasta gigi.
232
Dale Elizabeth Meikle, 2015, “Diamonds are Girl‟s Best Friend – and Other
Feminist Truths ”, diakses dari huffpost.com pada tanggal 5 September 2015 pukul 20:10
WIB.
233
Gadis No. 28 terbitan 26 Oktober-4 November 1994, hlm. 63. Lihat gambar 20.
127 Gambar 20. Laurier Sumber: Gadis 1994
Meskipun demikian, warna putih bukanlah negasi dari perancang iklan pembalut. Penempatan warna putih menyala di gigi ketiga figur iklan tampak serasi
dengan penampilan berpakaiannya, menyatakan sesuatu yang terawat dan teratur. Maka, kedua unsur tersebut sudah pasti merupakan perbuatan seorang ibu yang
berhasil mendidik anaknya dengan merawat dan mengatur tubuhnya supaya tampil menarik di hadapan publik. Hal ini kembali membangkitkan paradoks, karena
penampilan ketiga perempuan tersebut di publik bukan sebagai subyek dan esensi melainkan berperan menjadi obyek yang menawarkan narasi domestikasi.
128
Di sisi lain, penampilan ketiga perempuan sebagai figur iklan pembalut Laurier justru memperkuat tabu menstruasi karena ketiadaan sosok ayah. Meskipun
ayah tidak ada di sana, namun keberadaannya dipertegas sebagai pencari nafkah utama dan ibu berperan dalam kerumahtanggaan serta pengasuhan anak. Salah satu
tugas dalam pengasuhan anak, apabila seorang perempuan, adalah memperhatikan siklus menstruasi. Ayah tidak pernah dikonstruksi untuk melaksanakan tugas ini,
karena sedari awal proses sosial memandang makna menstruasi sebagai suatu kutukan dan hanya menjadi milik perempuan yang mengalaminya.
234
Penyebutan sang ibu terhadap “pembalut wanita” dan “puteri-puteri” turut menyandikan konstruksi sosial mengenai peran perempuan serta menstruasi. Kamus
Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa kata wanita merupakan penyebutan terhadap perempuan dewasa. Dalam hal ini sesuai dengan narasi zaman Soeharto
yang selalu menggunakan kata “wanita” dan meniadakan “perempuan”. Kata “wanita” sendiri mencomot dari etimologi Jawa, yaitu “wani ditoto” atau berani
diatur. Ketika menggunakan penyebutan wanita, maka peran perempuan menjadi pasif karena berpasrah untuk “di-toto” atau “di-atur”. Berbeda halnya dengan
perempuan, yang oleh Hersri Setiawan dinyatakan sebagai suatu kebahagiaan karena
234
Berkaitan dengan hal ini, Tamrin Amal Tamagola mengemukakan bahwa ayah tidak dituntut untuk sesering mungkin melakukan kontak biologis dengan anaknya. Meskipun
demikian, tanpa mengatakan sesuatu dan melalui tatapan matanya ayah akan selalu menegaskan hubungan dirinya dengan anaknya, yaitu relasi sosio-biologis. Irwan Abdullah,
2002, op.cit, hlm. 4. Baca juga Tamrin Amal Tamagola, 2006, op.cit, hlm. viii-ix.
129
mengandung “empu” berarti ibu, induk atau pangkal.
235
Maka, kata “perempuan” membuat perempuan memiliki kedudukan penting sebagai subyek dan tidak
dinomorduakan karena berperan menjadi induk ataupun pangkal. Pangkal kehidupan.
236
Sementara itu, kata puteri berarti anak perempuan yang menandakan adanya perbedaan usia lebih muda.
237
Dengan demikian, sang ibu meyakini bahwa ketika menggunakan Laurier, puteri-puterinya akan menjadi lebih dewasa dan
matang layaknya seorang “wanita”. Meskipun, wanita pada masa pemerintahan Soeharto justru mendapat peran sebagai pendamping suami di dalam wadah Dharma
Wanita atau menjadi anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga PKK. Pembahasan selanjutnya menggunakan iklan Carefree yang kali ini hanya
menempatkan kepala seorang perempuan berambut pendek dengan pandangan mata ke atas dan bibir merekah tersenyum. Di atas kepala figur perempuan tersebut
tercetak kalimat, “Kukira Carefree hanya dipakai di akhir masa haid. SALAH”. Perancang iklan cerdik menggunakan “aku” atau “meng-aku-kan” dirinya seakan
berperan sebagai pembaca atau konsumen supaya terdengar akrab, meluruhkan batas- batas tradisional sehingga terasa dekat meskipun maya. Sementara di bagian bawah
dagunya kalimat lainnya mengikuti, “Ternyata, Carefree untuk dipakai setiap hari. Ini alasannya
”. Produsen Carefree menciptakan produk pantiliner supaya perempuan
235
Hersri Setiawan, 1981, “Wanita: Alas-kaki di Siang Hari, Alas-tidur di Waktu Malam”, Prisma No.7 Tahun X terbitan Juli 1981, hlm. 16.
236
Ibid.
237
Lihat kbbi.web.id, diakses pada tanggal 30 April 2016 pukul 5:36 WIB.
130
terbebas dari rasa lembab yang timbul akibat banyaknya aktivitas, stress dan perubahan hormon sehari-hari. Selain itu, produk Carefree sangat lentur mengikuti
bentuk tubuh, tipis, memiliki permukaan halus dan lembut, dilengkapi plastik pengaman anti bocor serta perekat khusus untuk celana dalam sehingga tetap aman
juga nyaman ketika digunakan.
238
Sosok perempuan yang menjadi figur iklan di tahun 1986 dengan pose tengah berjalan di pusat perbelanjaan kini lenyap.
239
Kali ini, perancang iklan hanya memotret sebagian tubuh figur yang tidak bergerak. Meskipun perbedaannya hanya
pada figur iklan, namun hal ini justru menimbulkan sebuah pembacaan yang serupa. Carefree masih menjadi kebutuhan bagi tercapainya kehidupan yang segar,
bersih dan nyaman bagi perempuan jika digunakan setiap hari. Produk Carefree memanipulasi perempuan bahwa kelembaban timbul akibat aktivitas, stress bahkan
perubahan hormon. Upaya tersebut bertujuan untuk mendoktrin perempuan agar percaya bahwa mereka membutuhkan Carefree setiap hari, entah dipakai ketika aktif
bergerak maupun hanya duduk diam. Maka, perempuan menjadi sedikit peduli terhadap kontrol atas tubuhnya sendiri karena telah mempercayai Carefree yang tidak
segan menutupi kemungkinan terkena kanker akibat penggunaan produk pantiliner sehari-hari.
238
Gadis No. 28 terbitan 26 Oktober – 4 November 1994, hlm. 97. Lihat gambar
21.
239
Lihat halaman 75.
131 Gambar 21. Carefree Sumber: Gadis 1994