Iklan Pembalut Tahun 1993 Perempuan dalam Ruang Publik

101 membutuhkan tiga varian produk Laurier untuk digunakan pada waktu malam atau siang hari. Selain itu kapitalisme juga menciptakan mitos bahwa perempuan rentan akan tekanan bekerja yang mampu menyebabkan stress, ujung-ujungnya hanya mendikte penggunaan Sofie Panty Shields supaya mendapatkan rasa bebas dan nyaman setiap menitnya di lingkungan kerja. Iklan pembalut sesungguhnya mampu berperan sebagai basis politik emansipasi. Berbagai iklan di atas mampu memperlihatkan aktivitas perempuan bukan lagi berada dalam wilayah domestik. Namun demikian, basis politik emansipasi tersebut tidak cukup kuat untuk mendobrak struktur patriarki karena para perempuan yang aktif di dunia publik hanya melaksanakan perjuangan terbatas untuk kelompoknya atau bahkan sekadar memenuhi himbauan pemerintah mengenai peran ganda. Gerakan emansipasi modern ini bahkan rentan menggunakan cara mensubordinasi perempuan lainnya yang tidak memiliki akses dan kapital budaya sebagai syarat terlibat dalam kehidupan sosial. 188 Di sisi lain, iklan pembalut seringkali menampilkan sosok perempuan sebagai model dengan setelan bekerja yang mengarah ke dalam makna oposisi terhadap domestikasi dan label-label tradisional, seperti setelan bekerja, high heels atau menyetir mobil. Gambaran perempuan yang erat dengan domestikasi seakan menemukan pintu gerbangnya karena tergambar dalam ruang-ruang publik. Namun tanpa disadari tanda-tanda tersebut justru 188 Irwan Abdullah, 1993, op.cit, hlm. 359. 102 memenjarakan perempuan ke dalam konstruksi-konstruksi yang terus dibuat oleh negara supaya terus mengikuti aliran kapitalisme. 189 189 Eva Leiliyanti, 2003, op.cit, hlm. 73 103 C. Kesimpulan Menurunnya harga minyak dunia yang menimbulkan krisis ekonomi mendesak pemerintah untuk beralih memajukan sektor non-migas dengan membuka lebar kesempatan penanaman modal asing sekaligus bantuan dari lembaga keuangan dunia. Hal ini menyebabkan derasnya arus teknologi dan produk masuk ke Indonesia yang mempengaruhi kehidupan politik dan sosial di Indonesia. Dampaknya dapat terlihat mulai dari kedekatan terbuka Soeharto terhadap kelompok Islam, banyaknya pendirian stasiun televisi swasta oleh kroni Soeharto, kontrol represif pemerintah terhadap media massa dan penerbitan, hingga kebijakan pemerintah mengenai peran ganda perempuan. Negara mempropagandakan perempuan supaya bekerja di area publik, namun dengan persyaratan untuk tidak melupakan peran ibu rumah tangga. Sementara itu, media massa justru menyambut hangat kebijakan tersebut yang diterapkan ke dalam terbitan artikel ataupun iklan, salah satunya produk pembalut. Meskipun iklan menampilkan sosok perempuan pekerja yang memiliki berbagai atribut oposisi nilai tradisional, secara bersamaan merepresentasikan kontruksi sosial mengenai gaya hidup urban, konsumerisme, dan ketergantungan terhadap benda industri. Dalam hal ini, iklan pembalut selain menawarkan produk tetapi juga mengkonstruksi kehidupan perempuan supaya larut dalam skenario kapitalisme. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 BAB IV CITRA PEREMPUAN INDEPENDEN PERIODE 1994-2000 Menjelang tahun 2000, Indonesia mengalami banyak peristiwa dramatis, mulai dari krisis ekonomi, demonstrasi dan gejolak sosial hingga terselenggaranya reformasi kepemimpinan negara. Dalam hal ini, keterlibatan perempuan dalam pembangunan sebagai pengemban peran ganda sempat mati suri. Kelompok perempuan mulai aktif terlibat dalam ruang-ruang demokrasi publik, ikut menyuarakan protes terhadap pemerintah. Sayangnya perjuangan tersebut tidak bertahan lama karena berbagai produk dan budaya populer yang membawa serta gambaran mengenai perempuan mulai membanjiri Indonesia. Di Bab IV memaparkan keterkaitan antara krisis ekonomi, situasi sosial dan politik dengan perkembangan gambaran perempuan melalui iklan pembalut terbitan tahun 1994 hingga 2000. A. Latar Belakang

1. Krisis Ekonomi

Memasuki tahun 1997, krisis moneter krismon melanda kawasan Asia tak terkecuali Indonesia. 190 . Dampak krismon terhadap Indonesia memburuk oleh adanya hutang luar negeri yang membengkak. Nasib malang melanda negeri. Tatanan 190 Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat kian melemah hingga benar- benar tidak masuk akal menjadi Rp 12.600 di bulan Mei 1998. 105 perbankan nasional mengalami kekacauan dan korupsi merajalela, 191 sementara devisa nasional justru menipis. 192 Oleh karena itu, pemerintah Indonesia kembali menempuh usaha dengan meminta bantuan terhadap IMF International Monetery Fund yang ternyata tidak mudah didapatkan. Baik lembaga keuangan dunia maupun negara penyedia dana bantuan mengajukan persyaratan kepada Indonesia supaya melaksanakan perubahan kebijakan ekonomi, keuangan, hingga anggaran yang cukup elementer. 193 Akan tetapi, negara justru cenderung menggunakan dana pinjaman untuk menjalankan 191 Antara tahun 1993-1994, muncul dua kasus korupsi yang merugikan negara dengan nilai uang triliun, yaitu Eddy Tansil dan Kim Johanes Mulia. Keduanya merupakan pengusaha yang berhasil memalsukan persyaratan pencairan kredit dari badan keuangan negara. Namun ulasan Gatra justru mampu memaparkan sisi lain dari kasus-kasus korupsi yang melibatkan para pejabat negara, bahwa sebenarnya mereka membantu dan ikut menikmati raibnya dana kredit Bapindo. 191 Gatra menilai, praktek manipulasi ekspor fiktif akan semakin rapi apabila bank pelaksana bermain mata dengan eksportir yang bersangkutan, misalnya untuk membiayai kegiatan atau bisnis pribadi. Pengusaha, yang namanya menjadi pelaku peminjaman, tentu saja mendapat uang tutup mulut. Gatra Edisi Perkenalan terbitan Oktober 1994, hlm. 36. Baca juga “Laporan Utama: Bapindo, Subekti, dan Sumarlin”, Tempo No. 1Tahun XXIV terbitan 5 Maret 1994, hlm. 21- 30. Baca juga “Sukhoi dan Bisnis Kim Johanes”, Berita Satu, diakses dari m.beritasatu.com, tanggal 2 Maret 2016, pukul 04:11 WIB. 192 Muhamad Hisyam, 2003, “Hari-hari Terakhir Orde Baru” dalam Muhamad Hisyam ed., Krisis Masa Kini dan Orde Baru, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlm. 56. 193 Salah satu perubahan dapat dilihat dari kasus penghapusan monopoli BULOG terhadap impor gandum dan tepung terigu yang disambut gembira oleh masyarakat karena telah lama menginginkan agar segala bentuk distorsi ekonomi ditiadakan. Akan tetapi kebijakan ini dilakukan lebih karena persyaratan supaya mendapat kucuran dana dari IMF atau Bank Dunia ketimbang mendengarkan aspirasi dan usulan oleh rakyat. Lihat Mahmud Thoha, 2003, “Pasang Surut Perekonomian” dalam Muhamad Hisyam ed., op.cit, hlm 263- 264. 106 kebijakan ekonomi yang terbuka bagi modal asing atau pasar barang-barang impor. 194 Alih-alih mendapatkan surplus pendapatan, Indonesia malah semakin terhisap dalam ketergantungan terhadap kapitalis dunia. Ketika pemerintah mengemban tuntutan dari penyedia dana bantuan, kepercayaan rakyat pun berubah mengendur melihat ketidakseriusan penanganan krisis ekonomi. Di sisi lain, antara tahun 1980 hingga 1990-an jumlah koorporasi internasional dan penggabungan modal antar pengusaha lokal maupun Tionghoa terus mengalami peningkatan. 195 Proyek-proyek yang menguntungkan dipegang oleh politikus ataupun kelompok militer. Perekonomian yang mengalami fluktuasi namun tanpa penyelesaian disertai marginalisasi terhadap kelompok masyarakat lokal berkehidupan miskin, sementara negara tetap mengekang dinamika politik menimbulkan ledakan energi, 196 seperti kerusuhan, demonstrasi, hingga tuntutan reformasi yang dipaparkan pada bagian berikutnya. 194 Arief Budiman, 1995, op.cit, hlm. 74. 195 Rajeswary Ampalavanar Brown, 2006, The Rise of the Corporate Economy in Southeast Asia, New York: Routledge, hlm. 10. 196 Mencomot penjelasan Daniel Dhakidae yang mengatakan bahwa kerusuhan politik terjadi bukan hanya disebabkan oleh kebuntuan, tetapi juga faktor lainnya, yaitu ada energi tak tersalurkan dan meledak karena ketiadaan jalan keluar. Sementara itu, negara tetap bersikukuh terhadap keterbukaan politik maka jalan reformasi akan nihil terjadi. Reformasi politik menolak pengekangan. Daniel Dhakidae, op.cit, hlm.370. Baca juga Idi Subandy Ibra him, 2000, Pengantar Editor “Melawan ya Melawan tapi Jangan Melawan: Teater Teror dan Teknologi Kepatuhan” dalam Idi Subandy Ibrahim ed., Perlawanan dalam Kepatuhan: Esai-esai Budaya, Bandung: Penerbit Mizan, hlm. 19-46. 107

2. Gerakan Mahasiswa dan Perlawanan

Perubahan politik di Indonesia mulai memperlihatkan denyutnya pada awal tahun 1990-an. Mahasiswa memberanikan diri untuk menggelar aksi demonstrasi di luar lingkungan kampus. 197 Semula aksi-aksi ini menuntut agar pemerintah bertindak segera untuk menurunkan harga-harga kebutuhan pokok yang kian hari melambung tinggi, serta menghapus monopoli, dan praktik KKN korupsi, kolusi, nepotisme para pejabat negara atau keluarga penguasa. Selain itu, mahasiswa juga menginginkan mulainya suksesi kepemimpinan nasional dan berlakunya kedautalan rakyat. 198 Puncaknya, di bulan Mei 1998 ribuan mahasiswa melakukan long march bersama menuju gedung DPR yang justru menimbulkan korban akibat kekerasan dari pihak kepolisian dan militer. Empat mahasiswa meninggal karena tembakan senjata api, sementara 20 korban lainnya mengalami luka-luka. 199 Di lain pihak, aktivis kebudayaan dan buruh berupaya merevitalisasi praktik kebudayaan kiri melalui kesenian dan kesusastraan sebagai tanggapan atas tekanan politik dari pemerintah. 200 Penyair Wiji Thukul dan JAKER Jaringan Kerja Kesenian 197 Mahasiswa tidak lagi bersikap patuh terhadap himbauan pemerintah mengenai NKK Normalisasi Kehidupan Kampus. 198 Muhamad Hisyam, 2003, op.cit, hlm. 60. 199 Ibid, hlm. 65. 200 Dalam kaitan hal tersebut, kita dapat melihat Wiji Thukul yang menggunakan puisi untuk mendekonstruksi praktik kebudayaan supaya mencapai gerakan perlawanan dan demokrasi. Selain itu, juga ada Seno Gumira Ajidarma yang menggunakan sastra untuk membongkar kekejaman invasi Indonesia terhadap Timor Leste sebagai jalan pengganti atas 108 Rakyat membuat kolaborasi bersama organisasi kebudayaan lainnya untuk membina kelompok buruh, bahkan mengorganisir rangkaian demonstrasi, dan mengakomodasi karya seni maupun sastra pinggiran yang ditulis berdasarkan komitmen sosial. 201 Selain itu, sebagai perlawanan dengan cara damai terhadap buku putih terbitan pemerintahan Soeharto, Yosep Stanley Adi Prasetyo yang merupakan pendiri ISAI Institut Studi Arus Informasi mengeluarkan karya berisi penjelasan alternatif mengenai Tragedi 1965 berjudul Bayang-bayang PKI di tahun 1995. Senada dengan gerakan-gerakan tersebut, pemerintah terus menggunakan jalan kekerasan melalui polisi atau militer, baik secara langsung, struktural, maupun kultural supaya menciptakan keamanan dan keadilan yang sesungguhnya semu. Hal ini memancing antar generasi rentan mendistribusikan dan menyebarkan kekerasan. 202 Oleh karena itu, tidak heran apabila rangkaian tragedi, mulai dari Santa Cruz, Dili 1991 hingga Aceh 1999 nihil penyelesaian di peradilan, mengorbankan banyak orang dan menyisakan kepedihan yang mendalam. kontrol represif pemerintah terhadap pers. Wijaya Herlambang, 2014, Kekerasan Budaya Pasca 1965, Tangerang Selatan: CV Marjin Kiri, hlm. 226. Baca juga Seno Gumira Ajidarma, 2006, Trilogi Insiden: Saksi Mata, Jazz, Parfum Insiden, Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara, Yogyakarta: Bentang Pustaka. 201 Karya seni dan sastra berkomitmen sosial berbeda dengan tradisi universialisme dan individualisme, karena dibikin oleh kelompok masyarakat minoritas, seperti Tionghoa atau buruh yang menceritakan kenyataan sehari-hari, misalnya kemiskinan, bukan hal-hal absurd layaknya gaya penulisan Sutardji Calzoum Bachri atau Budi Darma khas pemerintahan Soeharto. Lihat Wijaya Herlambang, op.cit, hlm. 225-228. 202 A. Latief Wiyata, 2006, Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura, Yogyakarta: LKiS, hlm. 10. 109 Setelah melewati perjuangan berdarah, tuntutan rakyat akan reformasi kursi kepresidenan terkabulkan. 203 Pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan pengunduran dirinya sebagai presiden. Sebagai wakil presiden yang kala itu tengah menjabat, B.J. Habibie naik menggantikan Soeharto. Usai reformasi hingga tahun 2000, Indonesia mengalami pergantian presiden sebanyak dua kali yaitu B.J Habibie dan Abdurrahman Wahid Gus Dur. Dalam bagian selanjutnya akan memaparkan ringkasan pendek mengenai kepemimpinan dan situasi Indonesia pasca reformasi.

3. Pasca Lengsernya Soeharto

Sebagai pengganti Soeharto, Habibie tidak memiliki banyak pilihan dalam menjalankan tugas presiden karena selain minimnya waktu jabatan juga harus berhadapan dengan kepentingan elite politik, baik daerah maupun pusat, yang bermunculan akibat dari konsentrasi kekuasaan politik dan keuangan. 204 Secara bersamaan kedekatan Habibie terhadap para elite era pemerintahan Soeharto mengurangi inisiatif reformisnya. Selang tujuh belas bulan kemudian, Abdurrahman Wahid Gus Dur naik sebagai presiden menggantikan Habibie. Selain nama Gus Dur, sidang umum Majelis 203 Pendapat lain menyebutkan bahwa praktek pemerintahan Soeharto yang otoriter, oligopoli dan menindas hak-hak asasi manusia dinilai sangat berlawanan dengan berkobarnya semangat demokrasi di negara-negara Dunia Ketiga. Lihat Herman Hidayat, 2003, “Sistem Politik Orde Baru Menuju Kepudaran ” dalam Muhamad Hisyam ed., op.cit, hlm. 231. 204 Tod Jones, 2015, Kebudayaan dan Kekuasaan di Indonesia, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan KITLV, hlm.210. Bandingkan dengan Idi Subandy Ibrahim ed., op.cit, Bandung: Penerbit Mizan, hlm. 22.

Dokumen yang terkait

Konstruksi peran sosial perempuan dalam rubrik liputan khas sukses di mata kami pada majalah femina

1 21 144

PENDAHULUAN PERKEMBANGAN ESTETIKA FOTO DALAM IKLAN (Studi Dokumen Foto dalam Iklan Kosmetik Revlon di Majalah Femina Tahun 2000 - 2014).

0 2 45

PENUTUP PERKEMBANGAN ESTETIKA FOTO DALAM IKLAN (Studi Dokumen Foto dalam Iklan Kosmetik Revlon di Majalah Femina Tahun 2000 - 2014).

0 3 9

REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN CLEAR VERSI “SANDRA DEWI” (Studi Semiotik tentang Representasi Citra Perempuan dalam iklan shampo Clear Soft and Shiny Versi “Sandra Dewi” di Majalah Femina).

2 30 84

REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN CLEAR VERSI “SANDRA DEWI” (Studi Semiotik tentang Representasi Citra Perempuan dalam iklan shampo Clear Soft and Shiny Versi “Sandra Dewi” di Majalah Femina).

0 1 84

CITRA ENDORSER PEREMPUAN PADA IKLAN MEDIA CETAK (Analisis Perbedaan Peran Domestik &Publik Perempuan dalam Iklan pada Majalah Femina Indonesia Periode Tahun 2003 & Periode Tahun 2013).

0 0 8

Konstruksi Citra Perempuan dalam Majalah Femina

1 4 19

Konstruksi Nilai-nilai Perempuan Indonesia dalam Majalah Femina

0 0 14

this PDF file CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN DI MAJALAH FEMINA EDISI TAHUN ajian Semiotik Terhadap Nilainilai Gender Dalam Desain Iklan | Martadi | Nirmana DKV01030205

0 0 23

REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN CLEAR SOFT AND SHINY VERSI “SANDRA DEWI” (Studi Semiotik Tentang Representasi Citra Perempuan Dalam iklan shampo Clear Soft and Shiny Versi “Sandra Dewi” Di Majalah Femina )

0 0 24