Iklan Pembalut Tahun 1986 Perempuan dalam Ruang Publik
82
Praktek imitasi terhadap budaya Amerika cenderung langgeng berkat adanya pasar internasional, salah satunya adalah remaja putri tersebut, yang bersedia
membelanjakan penghasilan orang tuanya untuk membeli produk dari negara-negara maju. Pilihan remaja putri untuk mengikuti saran teman Amerika-nya telah
membentuk identitas baru dirinya sebagai bagian dari budaya global yang tidak hanya “tinggal di rumah”. Dalam proses ini, baik anak muda, kaum perempuan ataupun
keduanya merupakan motor utama penggerak terbentuknya budaya global karena mendominasi dalam peran sebagai pembelanja maupun .peraga media pemasaran.
Tubuh perempuan memiliki peran sentral dalam penjualan komoditi, karena mendominasi pembentuk gambaran dan tanda kepada para penonton iklan. Apabila
laki-laki sebagai penonton iklan, maka pemahaman yang timbul justru ketidaktahuan bagaimana cara menggunakannya.
164
Iklan pembalut cenderung menutupi wujud dari produk yang ditawarkan dengan menggantikannya menggunakan tubuh perempuan.
Dengan cara seperti ini, tubuh model merebut fokus terhadap esensi produk pembalut sehingga bagi penonton laki-laki perihal menstruasi hanya menjadi masalah
perempuan dan tabu untuk diungkapkan secara umum. Namun bagi perempuan sebagai penonton, sosok model iklan merupakan
jembatan menuju gaya hidup berkelas dan dekat dengan budaya populer. Maka,
164
Tiga laki-laki sebagai narasumber secara bersamaan mengutarakan kebingungan mengenai bagaimana caranya menggunakan pembalut karena hingga kini iklan produk
menstruasi tidak pernah memperlihatkan cara pemakaian. Meskipun demikian, ketiga laki- laki ini tetap kukuh tidak ingin tahu penggunaan pembalut dengan beralasan, “seperti itu kok
diiklankan ”. Wawancara terhadap Rizal 27 tahun, pekerja, Alam 24 tahun, pelajar, Eko
40 tahun, pegawai dan Bayu 24 tahun, pelajar, dilakukan pada tanggal 27 Februari 2016, pukul 9:43 WIB.
83
tujuan iklan pembalut bukan lagi sekedar menawarkan manfaat penggunaan produk melainkan juga sarana untuk menyebarkan kebudayaan populer yang diminati
kelompok menengah atas, melalui konsumsi gaya hidup sosok peraga. Iklan pembalut lihai mempermainkan rayuan yang dinamis tersebut, antara tabu menstruasi dan gaya
hidup berkelas. Contoh lainnya dapat kita amati pada iklan Kotex yang muncul dalam dua
halaman sekaligus di majalah Gadis pada tahun 1986. Kali ini, Kotex menggunakan bagian tubuh perempuan dari batas pinggul hingga betis sebagai peraga iklan.
165
Pihak perancang iklan Kotex memanfaatkan bagian pinggul hingga betis sebagai daya tarik sensual dari sosok perempuan. Bibir, mata, pipi, rambut, paha, betis, pinggul
dan anggota tubuh yang lain merupakan fragmen tanda sebagai obyek “fetish“, seakan mewakili totalitas tubuh serta jiwa perempuan.
166
Absennya wajah peraga justru mengungkapkan ketiadaan kehidupan sekaligus rahasia dari si pemilik tubuh sensual yang sedang mengalami menstruasi
sehingga malu untuk diketahui publik. Hal ini semakin diperkuat oleh posisi sapu tangan yang dibentangkan menutupi bagian pantat. Jika menstruasi mengalir deras
hingga merembes keluar pakaian, maka pada bagian pantat-lah darah akan membekas secara kentara. Apabila tujuan sapu tangan memang berkaitan dengan menstruasi
165
Gadis No. 32 Tahun XIII terbitan 22 Desember 1986, hlm. 87. Lihat gambar 13.a.
166
Eva Leiliyan ti, 2003, “Konstruksi Identitas Perempuan dalam Majalah
Cosmopolitan”, Jurnal Perempuan No. 28 terbitan Maret 2003, hlm. 82.
84
maka penggunaannya kurang tepat karena bukan berbahan handuk yang memiliki daya serap tinggi.
Gambar 13.a. Kotex Sumber: Gadis 1986
Potongan tubuh yang mengenakan rok span, gelang emas yang terlilit di pergelangan tangan kanan dan sapu tangan bercorak bunga terompet serta burung beo
merupakan penanda dari sebuah identitas. Hanya perempuan perkotaan atau pekerja kantoran yang berkenan mengenakan rok span, mengalungkan gelang emas di
pergelangan tangan dan tambahan aksesoris sebuah sapu tangan. Produk Kotex telah menyadur elemen-elemen urban perkotaan sebagai bujuk rayu penjualan, yang
diharapkan bukan sekadar dikonsumsi oleh kelas menengah atas namun juga semua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
kalangan. Hal ini tercermin dari penggunaan kata “Anda” yang menjangkau perempuan jauh lebih luas ketimbang aksesoris pada tubuh model iklan.
Perancang iklan Kotex memberitahu perempuan bahwa tidak seorang pun bakal mereka-reka rahasia yang tersembunyi di balik sapu tangan tersebut. Meskipun
sejujurnya, baik perempuan maupun laki-laki sudah mengetahui secara pasti rahasia yang dimaksud, yaitu “tembus belakang” sehingga lebih baik menggunakan Kotex
untuk menanggulangi kejadian serupa.
167
Artinya, meski berada dalam kesatuan namun tubuh perempuan dapat terpecah menjadi fragmen-fragmen yang mengikuti
kepentingan pasar. Produsen Kotex mendikte perempuan untuk mengikuti arahan yang tertera
dalam iklan supaya menjadi ideal dan modern. Pada halaman ke-89 di majalah Gadis, Kotex melanjutkan penawaran produk yang terkategori menjadi tiga jenis, yakni
super, regular dan slim.
168
Awalnya, perempuan dikondisikan untuk membutuhkan pembalut. Namun satu pembalut saja tidak cukup, maka Kotex menciptakan tiga
kebutuhan dengan varian berbeda yang bisa digunakan saat menstruasi banyak super, sedang regular maupun sedikit slim.
167
Tiga perempuan dan lima laki-laki sebagai narasumber menjawab mengetahui tujuan penggunaan sapu tangan yang dibentangkan di bagia
n pantat model iklan, yaitu “untuk menutupi tembus belakang”. Wawancara terhadap Devi 51 tahun, ibu rumah tangga,
Stephanie 23 tahun, pelajar, Ani 38 tahun, aktivis lingkungan, Rizal 27 tahun, pekerja, Bayu 24 tahun, pelajar, Estu 24 tahun, pekerja, David 38 tahun, pengajar dan Galang 30
tahun, pegawai, dilakukan pada tanggal 2 Maret 2016, pukul 21:00 WIB. Juga dilakukan pada tanggal 4 Maret 2016, pukul 13:21 WIB.
168
Gadis No. 32 Tahun XIII terbitan 22 Desember 1986, hlm. 89. Lihat gambar 13.b.
86 Gambar 13.b. Kotex Sumber: Gadis 1986
Istilah-istilah tersebut tentunya hanya dapat dipahami oleh kelompok masyarakat yang mengerti bahasa Inggris, yakni kelas sosial menengah atas. Selain
itu, istilah-istilah tersebut menyatakan perbedaan bentuk-bentuk pembalut yang dapat digunakan sesuai sedikit-banyaknya darah menstruasi sekaligus sebagai penegasan
representasi Kotex sebagai perusahaan multinasional. Kotex yang berada di bawah naungan koorporasi Kimberly-Clark USA
169
berhasil menginvasi area privat dan
169
Selain Kotex, koorporasi Kimberly-Clark juga menghasilkan produk-produk global lainnya, misalnya tisu Kleenex, popok bayi Huggies, dan pembersih Scott. Baca
www.kimblerly-clark.com, diakses pada tanggal 25 Maret 2016, pukul 10:16 WIB.
87
memukul rata kebutuhan seluruh perempuan di dunia melalui konsumsi atas produk- produknya.
170
Ketiga iklan pembalut yang beredar pada tahun 1986 di atas memperlihatkan kesamaan, yaitu gambaran menjadi modern. Iklan Carefree menggambarkan
perempuan modern sebagai pemakai pantyliner setiap harinya agar terbebas dari rasa lembab dan tetap higienis. Sementara gambaran modern dalam iklan Tampax adalah
ketika perempuan beralih menggunakan tampon yang lebih memungkinkan kebebasan tanpa sakit lecet akibat pembalut. Iklan Kotex yang terakhir memberikan
gambaran modern melalui peluncuran tiga varian produk yang digunakan sesuai waktu dan masa menstruasi. Meskipun iklan Tampax menempatkan perempuan
remaja sebagai figur namun masing-masing representatif dari ketiga iklan produk tersebut kentara menyasar kelas menengah. Namun secara diam-diam juga merayu
perempuan yang bukan berasal dari kelas menengah supaya meningkatkan mobilitas sosialnya melalui gambaran modern layaknya figur dalam iklan, fashionable, penuh
percaya diri, bebas beraktifitas dan menggunakan pembalut.