pendidikan ibu hamil sebagian besar sudah termasuk baik SMA yaitu 53,3 dan perguruan tinggi 7,5, sedangkan pendidikan rendah SD yaitu 15,8 dan SMP yaitu 23,3. Dari
hasil uji statistik bahwa pendidikan tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal, dimana nilai p lebih besar dari 0,05 p=0,0516.
2.1.7.2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2007.
Beberapa pendapat yang apatis mengatakan bahwa pengetahuan tidak menghasilkan perbedaan apa-apa, sedangkan pendapat yang terlalu optimis mengatakan bahwa pengetahuan
itu menghasilkan perubahan dalam segala hal. Perspektif yang tepat untuk diambil adalah perspektif pertengahan yakni pengetahuan merupakan faktor yang penting namun bukan
faktor yang utama dalam perubahan perilaku kesehatan seseorang Hamdy, 2002. Hasil penelitian pengaruh pengetahuan terhadap pelaksanaan ANC telah dilakukan
oleh
Penelitian Murniati 2007 mendapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal di Kabupaten Aceh
Tenggara. Ibu hamil yang memanfaatkan pelayanan antenatal lebih banyak pada ibu yang mempunyai pengetahuan baik 97,1, sedangkan ibu yang tidak
Mariam 2006 tentang faktor-faktor penyebab belum tercapainya cakupan K4 antenatal care di Desa Sukoharjo I Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten
Tanggamus mendapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil sangat memengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care.
Universitas Sumatera Utara
memanfaatkan pelayanan antenatal lebih banyak pada ibu yang mempunyai pengetahuan kurang 20,9.
Hasil penelitian Muzayyaroh 2007, diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tinggi dengan prosentase 46,7 dan pencegahan anemia
selama kehamilannya baik dengan prosentase sebesar 43,3 . Uji korelasi dengan tingkat kepercayaan 95 diperoleh hasil 0,866 yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan pencegahan anemia selama kehamilan.
2.1.7.3. Sikap terhadap Pelayanan Kesehatan
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek Notoatmodjo, 2007.
Sikap merupakan salah satu diantara kata yang paling samar namun paling sering digunakan di dalam kamus ilmu perilaku. Untuk menjadikannya singkat dan sederhana,
Green 1980 dalam Hamdy 2002 menawarkan dua definisi yang jika digabungkan akan mencakup unsur-unsur penting dari sikap. Mucchielli menguraikan sikap sebagai suatu
Universitas Sumatera Utara
kecenderungan jiwa atau perasaan yang relatif tetap terhadap kategori tertentu dari objek, orang, atau situasi. Kirscht menyebutkan bahwa sikap menggambarkan suatu kumpulan
keyakinan yang selalu mencakup aspek evaluatif, sehingga sikap selalu dapat diukur dalam bentuk baik dan buruk atau positif dan negatif.
Edwards 1957 sebagaimana dikutip Supriadi 1993 mengatakan bahwa sikap merupakan suatu bentuk kecenderungan untuk bertingkah laku, dapat juga diartikan sebagai
suatu bentuk respons evaluatif, yaitu suatu respons yang sudah dalam pertimbangan individu yang bersangkutan. Dengan demikian bila seseorang bersikap positif terhadap sesuatu hal
maka ia akan bertindak untuk mendukung keyakinannya tersebut. Adanya sikap yang positif terhadap pelayanan yang diberikan puskesmas ataupun terhadap tenaga kesehatan yang ada
tentunya akan mendorong seseorang untuk selalu berobat ke puskesmas. Hasil penelitian Bintang 1989 sebagaimana dikutip Herlina 2001 memperlihatkan
bahwa sikap petugas kesehatan berpengaruh terhadap pemanfaatan poliklinik Departemen Keuangan R.I, yang mana makin baik sikap petugas kesehatan makin meningkat pemanfaatan
poliklinik oleh pegawai. Dampak pemberian pelayanan yang dehumanis dan depersonalistis, Headler dalam
Lumenta 1989 dalam penelitiannya di Amerika Serikat berkesimpulan bahwa karena pasien lapisan bawah tidak membayar subsidi pemerintah maka para tenaga pelayanan kesehatan
dan tenaga medis menganggap dapat memperlakukan pasien sesuka hati dan sebagai akibatnya pasien cenderung akan mengurangi kunjungan dalam memperoleh pelayanan.
Penelitian Situmeang 2010 tentang
pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan antenatal oleh ibu hamil di
Kabupaten Tapanuli Tengah
mendapatkan hasil bahwa sikap berpengaruh signifikan
Universitas Sumatera Utara
terhadap pemanfaatan sarana pelayanan antenatal dan terjadinya anemia pada ibu hamil p=0,000. Semakin positif sikap ibu hamil terhadap sarana pelayanan antenatal maka ibu
akan memanfaatkan pelayanan antenatal sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya anemia.
Demikian juga hasil penelitian Bastary 2001 bahwa tidak ada hubungan yang bermakna sikap ibu hamil dengan pemanfaatan ANC dan terjadinya anemia {p=0,572 berarti
kemungkinan responden yang bersikap positif untuk melakukan ANC lengkap dan mengalami anemia sama besar dengan yang bersikap negatif.
2.1.7.4. Dukungan Pihak Luar