6. Kematian ibu yang tinggi. Remaja putri yang stres akibat kehamilannya sering mengambil jalan pintas untuk melakukan gugur kandung oleh tenaga dukun.
Angka kematian karena gugur kandung yang dilakukan dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak diketahui. Kematian ibu terutama karena perdarahan dan
infeksi.
2.3.9. Pengaruh Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan terhadap Kejadian Anemia
Remaja putri termasuk kelompok yang rawan terhadap anemia, hal ini disebabkan karena kebutuhan Fe pada wanita 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria.
Wanita mengalami menstruasi setiap bulannya yang berarti kehilangan darah secara rutin dalam jumlah banyak, juga kebutuhan Fe meningkat karena untuk pertumbuhan
fisik, mental dan intelektual dan kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani yang merupakan sumber Fe yang mudah diserap. Kelompok remaja putri mempunyai
risiko paling tinggi untuk menderita anemia karena pada masa itu terjadi peningkatan kebutuhan Fe. Peningkatan kebutuhan ini terutama disebabkan karena pertumbuhan
pesat yang sedang dialami dan terjadinya kehilangan darah akibat menstruasi. Kelompok ini juga memiliki kebiasaan makan tidak teratur, mengkonsumsi makanan
berisiko seperti fast food, snack dan soft drink Fikawati, 2004. Terjadinya anemia pada remaja putri yang hamil karena dalam kehamilan
keperluan akan zat makanan bertambah dan terjadi perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Volume darah bertambah banyak dalam kehamilan, akan tetapi
pertambahan sel-sel darah merah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah dengan perbandingan plasma 30, sel darah
Universitas Sumatera Utara
merah 18 dan hemoglobin 19. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, karena pertama pengenceran
meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat selama kehamilan. Kedua, pada waktu perdarahan dalam persalinan unsur besi yang hilang lebih sedikit
dibanding apabila darah itu tetap kental Wiknjosastro, 2005. Selain faktor fisiologis kehamilan terjadinya anemia, faktor perilaku juga memicu terjadinya anemia pada
kehamilan. Remaja putri yang hamil di luar nikah mempunyai rasa malu untuk memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan, sehingga tidak mendapatkan
tablet zat besi akan menyebabkan terjadinya anemia. Penelitian yang dilakukan Susilowati 1993 dalam Syarief 1994 bahwa dari
777 ibu hamil yang anemia, masih ditemukan sebanyak 21,1 ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya, 14,2 ibu hamil pernah memeriksakan kehamilannya
sebanyak 1 kali dan sisanya 64,8 ibu hamil pernah memeriksakan kehamilan 2 kali atau lebih.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dinan 1983 dalam Syarief 1994 tentang karakteristik ibu hamil dengan anemia bahwa sekalipun pemeriksaan
kehamilan lebih sering dilakukan oleh ibu hamil, namun prevalensi anemia masih tetap tinggi. Pengaruh pemeriksaan kehamilan dalam menurunkan prevalensi anemia
tampak nyata hanya pada ibu-ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Hasan Sadikin, akan tetapi penurunan tidak begitu nyata pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit
di luar Kabupaten Bandung. Dari gambaran tersebut dapat diartikan bahwa bukan hanya seringnya melakukan pemeriksaan kehamilan saja, akan tetapi kemampuan ibu
Universitas Sumatera Utara
dalam memperbaiki keadaan kesehatan sendiri ikut menentukan turunnya prevalensi anemia pada ibu hamil.
Hasil penelitian Susilowati 1993 dalam Syarief 2003 dilaporkan bahwa dari 777 ibu hamil yang anemia, masih ditemukan sebanyak 21,1 ibu hamil yang
tidak memeriksakan kehamilannya, 14,2 ibu hamil tidak pernah memeriksakan kehamilannya sebanyak 1 kali dan sisanya 64,8 ibu hamil pernah memeriksakan
kehamilan 2 kali atau lebih. Namun dalam penelitian ini tidak dijelaskan bagaimana hubungannya dengan anemia gizi pada ibu hamil.
2.4. Landasan Teori