SMAKuliah mengalami anemia sebesar 39,1. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa responden yang berpendidikan rendah tidak mengalami anemia, hal
ini walaupun responden hanya berpendidikan rendah SDSMP tetapi karena faktor keinginan dari dalam diri responden agar kehamilan dapat berjalan dengan baik serta
mendapat dukungan dari orang tua ataupun tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ANC maka responden akan terhindar dari kejadian anemia.
Sebaliknya terdapat 9 responden yang berpendidikan tinggi mengalami anemia, hal ini mungkin disebabkan asupan zat besi tidak adekuat, dan dalam proses kehamilan
mengalami gangguan-gangguan yang dapat menyebabkan berkurangnya absorbsi zat besi, namun bisa juga karena ketidakpatuhan responden dalam mengkonsumsi tablet
besi serta cara konsumsi yang tidak tepat seperti minum tablet besi dengan minum teh atau kopi.
5.3. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Anemia pada Kehamilan
Usia Remaja
Dilihat dari tingkat pengetahuan yang dimiliki responden bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kurang baik yaitu 35 orang 56,5,
selebihnya berpengetahuan baik yaitu 27 orang 43,5. Responden yang mempunyai pengetahuan baik sebagian besar tidak anemia 85,2, sedangkan responden yang
mempunyai pengetahuan kurang baik sebagian besar anemia 91,4. Hasil uji Chi- Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan pengetahuan responden
dengan kejadian anemia p=0,0001 0,05.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Muzayyaroh 2007, diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tinggi dengan persentase 46,7 dan pencegahan anemia
selama kehamilannya baik dengan prosentase sebesar 43,3. Uji korelasi dengan tingkat kepercayaan 95 diperoleh hasil 0,866 yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan pencegahan anemia selama kehamilan.
Pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dapat diperoleh melalui pendidikan. Pengetahuan gizi dan kesehatan akan
berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan. Semakin banyak pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, maka semakin beragam pula jenis makanan yang dikonsumsi
sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi dan mempertahankan kesehatan individu Suhardjo, 2009.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2007.
Dalam penelitian ini terlihat bahwa responden masih ada yang tidak mengerti tentang frekuensi kunjungan menurut standar yang ditetapkan departemen kesehatan
sebanyak 33,87. Namun yang paling banyak responden tidak tahu tentang penyebab anemia seperti yang ditanyakan pada soal pengetahuan nomor 7, responden banyak
menjawab tidak tepat atau menjawab B benar bahwa anemia disebabkan ibu hamil kurang tidur 85,48 sedangkan responden yang menjawab tepat atau menjawab S
Universitas Sumatera Utara
salah hanya 14,52. Demikian juga pada pertanyaan nomor 9 tentang tanda gejala anemia, ibu banyak yang menjawab tidak tepat atau menjawab B benar bahwa ibu
hamil yang mengalami anemia ditandai dengan kaki bengkak-bengkak 74,19, sedangkan yang menjawab tepat atau menjawab S salah hanya 25,81. Selanjutnya
pada pertanyaan nomor 3 tentang pemeriksaan pada trimester II banyak responden menjawab tidak tepat atau menjawab B benar bahwa pada trimester II kehamilan
bulan 4-6 tidak perlu melakukan pemeriksaan karena keluhan tidak ada yaitu 67,74, sedangkan yang menjawab tepat atau menjawab S salah sebanyak 32,26.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa remaja dengan pengetahuan kurang baik cenderung mengalami anemia, berbanding terbalik dengan remaja yang
berpengetahuan baik cenderung tidak mengalami anemia. Hal ini disebabkan dengan tidak mengetahui pentingnya melaksanakan pemeriksaan kehamilan, tidak
mengetahui tentang pentingnya konsumsi tablet besi ataupun mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat besi maka dalam perilaku konsumsi makanan sehari-
hari tidak memperhatikan asupan gizi yang dikonsumsi sehingga menyebabkan terjadinya anemia. Kehamilan pada remaja seharusnya membutuhkan perhatian yang
ekstra baik bagi remaja itu sendiri maupun lingkungan sekitarnya karena dengan belum stabilnya alat-alat reproduksi remaja akan memengaruhi terjadinya gangguan-
gangguan pada masa kehamilan, seperti penurunan kadar hemoglobinnya. Untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang bahaya melakukan
hubungan seks pranikah ataupun menikah di usia dini yang dapat menyebabkan hamil pada usia remaja perlu dibentuk kegiatan karang taruna di setiap desa di Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
Hinai, selain itu petugas kesehatan di Puskesmas Hinai ataupun di Puskesmas Pembantu agar melakukan kegiatan konseling terutama tentang kesehatan reproduksi
remaja agar pengetahuan remaja meningkat dan dapat mencegah terjadinya kehamilan di luar nikah ataupun hamil pada usia remaja.
5.4. Hubungan Sikap dengan Kejadian Anemia pada Kehamilan Usia Remaja