Analisis Sektoral dan Struktur Ekonomi

akhirnya akan dapat menciptakan kesempatan kerja. Di lain pihak, Arsyad 2000 menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Regional Bruto PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi daerah secara langsung ataupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tolak ukur dari keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah diantaranya adalah PDRB daerah tersebut dan pertumbuhan penduduk yang bermuara pada tingkat kesempatan kerja. PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan faktor-faktor produksi. PDRB juga merupakan jumlah dari nilai tambah yang diciptakan dari seluruh aktivitas ekonomi suatu daerah atau sebagai nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah. Mengambil analisis makro Produk Domestik Regional Bruto, Mankiw 2000 menjelaskan bahwa secara umum PDRB dapat dihitung berdasarkan harga konstan atau berdasarkan harga berlaku. PDRB menurut harga konstan adalah merupakan ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik sebab perhitungan output barang dan jasa perekonomian yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh perubahan harga.

2.5. Analisis Sektoral dan Struktur Ekonomi

Suatu perekonomian secara umum dapat dianalisis pada dua aspek, yaitu analisis sektoral dan analisis regional. Kajian tersebut dapat dilakukan untuk tingkat ekonomi nasional maupun untuk tingkat ekonomi daerah regionallokal. Analisis sektoral, baik perekonomian tingkat nasional, tingkat regional subnasional maupun tingkat subregional dilihat berdasarkan sektor-sektor kegiatan ekonomi atau lapangan usaha. Hingga saat ini sektor-sektor kegiatan ekonomi atau lapangan usaha dibagi menjadi 9 sektor, yaitu: 1. Sektor Pertanian 2. Sektor Pertambangan, dan Penggalian

3. Sektor Industri Pengolahan

4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum

5. Sektor Bangunan

6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

7. Sektor Pengangkutan, dan Komunikasi

8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

9. Sektor Jasa-jasa

Dari 9 sektor di atas dikelompokan kembali menjadi 3, yaitu: 1. Sektor Primer meliputi pertanian; dan pertambangan, dan galian 2. Sektor Sekunder meliputi industri pengolahan; listrik, gas, dan air minum; dan bangunan 3. Sektor Tersier meliputi perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan, dan komunikasi; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa. Meminjam istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi umum disebut transformasi struktural dan dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri ekspor dan impor, penawaran agregat produksi dan penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Todaro 2000. Struktur ekonomi yang dimaksud disini adalah bangun ekonomi suatu provinsi atas sektor primer pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, sektor sekunder manufaktur, konstruksi, dan sektor tersier jasa. Perbedaan peran antar sektor primer dan sekunder di setiap provinsi, dapat menggambarkan perbedaan tingkat industrialisasi antar provinsi, dimulai dengan struktur ekonomi dengan sifat pertanian yang dominan hingga industri yang dominan. Struktur ekonomi suatu provinsi pada dasarnya dapat ditelaah atau diukur dari 2 indikator pokok. Pertama, diukur dari nilai moneter seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai lapangan usaha ekonomi di suatu wilayah pada suatu kurun waktu tertentu. Kedua, diukur dari segi ketenagakerjaan, yakni jumlah penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha, status pekerjaan, atau jenis pekerjaannya Harmini 1997.

2.6. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi