Sektor Jasa-jasa Analisis Data dan Pembahasan
jasa-jasa di DKI Jakarta relatif lebih cepat karena dipengaruhi oleh pertumbuhan tenaga kerja sektor jasa-jasa ditingkat nasional. Ini dikarenakan adanya
konsentrasi aktivitas ekonomi dalam sektor jasa-jasa di DKI Jakarta seperti jasa pemerintahan dan pertahanan yang dikarenakan DKI Jakarta sebagai pusat
pemerintahan; jasa sosial dan kemasyarakatan seperti jasa pendidikan, jasa kesehatan; jasa hiburan dan rekreasi; dan jasa rumah tangga dan perorangan.
Penyediaan jasa-jasa baik jasa sosial maupun komersial telah mendorong aktivitas perekonomian yang pada akhirnya mendorong penciptaan kesempatan kerja di
DKI Jakarta seperti yang terdapat di Jakarta Pusat yaitu Senayan, Taman Merdeka yang pada tahun 2008 jumlah wisatawannya mencapai 1.029.184 orang,
Kemayoran; di Jakarta Timur yaitu TMII yang pada tahun 2008 jumlah wisatawannya mencapai 4.510.679 orang, di Jakarta Selatan yaitu Kawasan
Ragunan yang pada tahun 2008 jumlah wisatawannya mencapai 3.319.186 orang; di Jakarta Barat yaitu Kota Tua yang pada tahun 2008 jumlah wisatawannya
mencapai 119.641 orang, Daan Mogot, Cengkareng; dan di Jakarta Utara yaitu Ancol yang pada tahun 2008 jumlah wisatawannya mencapai 13.567.630 orang,
Sunda Kelapa; serta di Kepulauan Seribu yaitu pulau Bidadari, pulau Sebaru, pulau Onrust.
Pada komponen pertumbuhan tenaga kerja nasional, sektor perdagangan,
hotel, dan restoran masih menjadi andalan bagi perluasan kesempatan tenaga kerja DKI Jakarta dengan nilai pertumbuhan tenaga kerja sebesar 156.175 orang.
Selanjutnya, sektor jasa-jasa menempati urutan kedua dengan nilai pertumbuhan tenaga kerja sebesar 103.028 orang. Sisanya untuk sektor tersier yakni sektor
pengangkutan, dan komunikasi; dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan menempati angka pertumbuhan tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan
nilai pertumbuhan tenaga kerja nasional sektor primer dan sektor sekunder terkecuali sektor industri pengolahan yang menempati urutan ketiga dengan nilai
pertumbuhan tenaga kerja nasional sebesar 94.676 orang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa komponen pertumbuhan tenaga kerja nasional mendorong
pertumbuhan tenaga kerja sektor tersier DKI Jakarta. Sehingga icon DKI Jakarta sebagai kota yang menyediakan berbagai fasilitas pelayanan dan jasa juga ternyata
didukung oleh adanya pertumbuhan tenaga kerja pada tingkat nasional. Selain itu,
DKI Jakarta juga masih mengimbangi adanya pertumbuhan tenaga kerja nasional sektor industri pengolahan. Hal ini dikarenakan DKI Jakarta masih merelokasi
beberapa kawasan industri, perkampungan industri kecil PIK dan pengembangan industri lokal di wilayahnya meskipun lokasinya masih di dominasi oleh wilayah
pinggir DKI Jakarta.
Untuk komponen bauran industri, penyerapan tenaga kerja masih
didominasi oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai pertumbuhan tenaga kerja bauran industri sebesar 103.201 orang. Selanjutnya sektor
pengangkutan dan komunikasi; dan sektor jasa-jasa menempati urutan kedua dan keempat dengan nilai pertumbuhan tenaga kerja bauran industri sebesar 76.743
dan 48.727 orang. Sedangkan untuk sektor listrik, gas, dan air bersih mengungguli jumlah pertumbuhan tenaga kerja bauran industri sektor jasa-jasa; dan sektor
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Dan sektor bangunan mengungguli jumlah pertumbuhan tenaga kerja bauran industri sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan. Hal ini menjelaskan bahwa dalam komponen bauran industri, sektor tersier masih mengungguli sektor lainnya kecuali sektor jasa-jasa yang
kurang unggul dibandingkan oleh sektor listrik, gas, dan air bersih; dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang memang umumnya sektor
tersebut penyerapan tenaga kerjanya tidak begitu besar. Apalagi jika dibandingkan dengan sektor listrik, gas, dan air bersih dan sektor bangunan yang penyerapan
tenaga kerjanya lebih tinggi dikarenakan kondisi wilayah DKI Jakarta masih memprioritaskan pada pembangunan dan perbaikan fisik seperti gedung-gedung
perkantoran, perbelanjaan dan apartemen tempat tinggal, sarana umum sosial, fasilitas umum seperti jalan raya, jembatan fly over dan under pass, banjir kanal,
instalasi komunikasi dan informasi, serta pembangunan dan perbaikan dalam penyediaan jasa-jasa disamping memang jauh sebelumnya DKI Jakarta sudah
dikenal sebagai pusat perdagangan maupun penyedia jasa wisata termasuk penginapan dan kuliner.
Dalam komponen keunggulan kompetitif, pertumbuhan tenaga kerja
terbesar masih didominasi oleh sektor tersier yakni sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor jasa-jasa; dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
dengan nilai pertumbuhan tenaga kerja sebesar 88.985; 69.171; dan 35.306 orang.
Selanjutnya sektor sekunder pada sektor pertambangan dan penggalian menempati urutan selanjutnya dengan nilai pertumbuhan tenaga kerja sebesar 11.369 orang
diatas sektor pengangkutan, dan komunikasi yang justru memiliki angka -8.371 orang. Hal ini mengindikaskan selain DKI Jakarta dalam komponen keunggulan
kompetitif masih juga didominasi oleh sektor tersier, ternyata potensi sektor pertambangan dan penggalian memiliki keunggulan kompetitif tersendiri yang
mampu menyerap tenaga kerja. Ini dikarenakan semenjak otonomi daerah, masyarakat memiliki keleluasaan untuk memanfaatkan potensi alam yang ada di
DKI Jakarta dan bisa kita lihat dari pemanfaatan potensi laut di Kepulauan Seribu seperti adanya penggalian pasir dan potensi alam lainnya di Kawasan Hutan
Lindung I seperti Pulau Pabelokan, Pulau Dua Barat, dan Pulau Dua Timur sebagai kawasan khusus pertambangan. Sedangkan untuk sektor pengangkutan
dan komunikasi mengindikasikan adanya kurang kompetitifnya sektor ini dikarenakan adanya kemajuan teknologi dan fasilitas sarana umum sehingga
memudahkan masyarakat untuk melakukan kegiatannya sendiri tanpa melibatkan perusahaan-perusahaan penyedia jasa pengangkutan. Disamping itu, adanya
persaingan oleh perusahaan-perusahaan besar dalam bidang pengangkutan maupun komunikasi yang secara modern telah menjalin hubungan dengan wilayah
nasional maupun internasional yang juga turut mempengaruhi keunggulan kompetitif pada pertumbuhan sektor pengangkutan, dan komunikasi DKI Jakarta.