BIij
= Komponen bauran industri sektor i pada wilayah j
KKij
= Komponen keunggulan kompetitif sektor i pada wilayah j apabila:
PBij maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk ke dalam kelompok
progresif
maju
PBij
maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk ke dalam kelompok lamban
2.8. Teori Ekonomi Basis
Dalam teori ekonomi basis, perekonomian di suatu daerah dibagi menjadi 2 sektor utama, yaitu sektor basis dan sektor nonbasis. Sektor basis adalah sektor
yang mengekspor barang dan jasa ataupun tenaga kerja ke tempat-tempat di luar batas perekonomian daerah yang bersangkutan. Disamping barang, jasa dan
tenaga kerja, ekspor sektor basis dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di daerah tersebut terhadap barang-barang yang tidak bergerak, seperti
tempat-tempat wisata, peninggalan sejarah, museum dan sebagainya. Adapun sektor nonbasis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat yang bertempat tinggal di dalam batas-batas daerah itu sendiri. Sektor ini tidak mengekspor barang, jasa maupun tenaga kerja sehingga luas
lingkup produksi dan daerah pasar sektor nonbasis hanya bersifat lokal Glasson 1977.
Menurut Priyarsono
et al
. 2007 secara teoritis, sektor mana saja yang merupakan sektor basis dan nonbasis di suatu daerah tidaklah bersifat statis
melainkan dinamis. Artinya, pada tahun tertentu mungkin saja sektor tersebut merupakan sektor basis, namun pada tahun berikutnya belum tentu sektor tersebut
secara otomatis menjadi sektor basis. Sektor basis atau nonbasis bisa dapat mengalami kemajuan ataupun kemunduran. Sehingga definisi dari sektor basis
dan nonbasis dapat saja bergeser setiap tahunnya. Adapun sebab-sebab kemajuan sektor basis adalah:
1. Perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi
2. Perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah
3. Perkembangan teknologi
4. Adanya pengembangan prasarana ekonomi dan sosial
Di satu sisi, penyebab kemunduran sektor basis atau nonbasis adalah: 1.
Adanya penurunan permintaan di luar daerah 2.
Kehabisan cadangan sumber daya Menurut Glasson 1977 semakin banyak sektor basis dalam suatu daerah
akan menambah arus pendapatan ke daerah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya dan menimbulkan kenaikan volume sektor
nonbasis. Dengan kata lain, sektor basis berhubungan langsung dengan permintaan dari luar, sedangkan sektor nonbasis berhubungan secara tidak
langsung, yaitu melalui sektor basis terlebih dahulu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sektor basis merupakan penggerak utama dalam perekonomian
suatu daerah. Menurut Tiebout 1962 pendekatan pendapatan lebih baik digunakan
dibandingkan dengan pendekatan tenaga kerja karena beberapa alasan berikut ini: 1.
Pada pendekatan tenaga kerja sangat sulit untuk mengonversi tenaga kerja paruh waktu part time dan pekerja musiman menjadi tenaga kerja penuh
tahunan. 2.
Masalah kedua terjadi pada tenaga kerja ”penglaju” commuter, yaitu mereka yang bekerja pada daerah yang diteliti, tetapi rumahnya berada di
daerah lain. 3.
Masalah terakhir adalah adanya perbedaan produktivitas tenaga kerja antar sektor juga masih menimbulkan perdebatan diantara para ahli ekonomi.
Berbagai masalah tersebut telah menyebabkan pendekatan tenaga kerja relatif kurang peka untuk mengukur perubahan tenaga kerja total di suatu daerah
dibanding pendekatan pendapatan. Namun demikian, ketiga permasalahan tersebut dapat diatasi sehingga pendekatan tenaga kerja sangat cocok digunakan
terutama di negara atau daerah yang jumlah penduduknya besar. Melalui pendekatan tenaga kerja, pemerintah pusat maupun daerah dapat
mengembangkan sektor yang penyerapan tenaga kerjanya paling tinggi.
Menurut Priyarsono et al. 2007, untuk mengetahui sektor basis atau nonbasis dapat digunakan metode pengukuran langsung atau metode pengukuran
tidak langsung. Pada metode pengukuran langsung, penentuan sektor basis dan nonbasis dilakukan melalui survei langsung di daerah yang bersangkutan.
Sebaliknya, pada metode pengukuran tidak langsung penentuan sektor basis dan nonbasis dilakukan dengan menggunakan data sekunder beberapa indikator
ekonomi di suatu daerah, terutama data PDBPDRB dan tenaga kerja per sektor. Secara umum terdapat 3 metode yang digunakan untuk menentukan sektor
basis dan nonbasis di suatu daerah berdasarkan pengukuran tidak langsung, yaitu: 1.
Metode Asumsi Metode ini merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam penentuan
sektor basis dan nonbasis di suatu daerah. Berdasarkan pendekatan ini sektor primer dan sekunder diasumsikan sektor basis, sedangkan sektor tersier
dianggap sebagai sektor nonbasis. Metode ini cukup baik diterapkan pada daerah yang luasnya relatif kecil dan tertutup serta jumlah sektornya sedikit.
Namun demikian, pada kasus-kasus tertentu, penentuan sektor basis dan nonbasis tersebut mungkin saja menjadi tidak akurat. Hal ini dikarenakan
suatu sektor seharusnya termasuk ke dalam sektor basis, akan tetapi pada pendekatan asumsi sektor tersebut termasuk ke dalam sektor nonbasis.
2. Metode Location Quotient LQ
Pada metode ini, penentuan sektor basis dan nonbasis dilakukan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan tenaga kerja di sektor i pada
daerah level bawah terhadap pendapatan tenaga kerja total semua sektor di daerah level bawah dengan pendapatan tenaga kerja di sektor i pada daerah
level atas terhadap pendapatan tenaga kerja semua sektor di daerah level atasnya. Secara matematis nilai LQ dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
a ia
b ib
S S
S S
LQ =
dimana:
LQ
=
Location Quotient
ib
S = Pendapatan tenaga kerja sektor i pada daerah level bawah
b
S = Pendapatan tenaga kerja total semua sektor pada daerah level bawah
ia
S = Pendapatan tenaga kerja sektor i pada daerah level atas
a
S = Pendapatan tenaga kerja total semua sektor pada daerah level atas
Daerah bawah dan daerah atas dalam pengertian ini merupakan daerah administratif. Misalnya, analisis sektor basis dan nonbasis dilakukan di level
kecamatan maka daerah bawahnya adalah kecamatan, sedangkan daerah atasnya adalah kabupatenkota dimana kecamatan tersebut berada. Jika hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menghasilkan nilai LQ1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor basis. Nilai LQ yang lebih dari
satu tersebut menunjukan bahwa pangsa pendapatan tenaga kerja pada sektor i di daerah bawah lebih besar dibanding daerah atasnya dan output
pada sektor i lebih berorientasi ekspor. Sebaliknya, apabila nilai LQ1 maka sektor i diklasifikasikan sebagai sektor nonbasis. Keunggulan LQ yaitu
selama data pendapatan dan tenaga kerja di suatu daerah tersedia secara lengkap dan akurat merode ini cukup akurat untuk diterapkan. Selain itu,
perhitungan yang digunakan juga relatif sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama dalam mengklasifikasikan sektor
basis dan nonbasis di suatu daerah. 3.
Metode Pendekatan Kebutuhan Minimum MPKM Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Ullman dan Dacey pada tahun
1960 McCann 2001. Dalam MPKM daerah yang diteliti dibandingkan dengan daerah yang memiliki ukuran yang relatif sama dan ditetapkan
sebagai daerah memiliki kebutuhan minimum tenaga kerja di sektor tertentu. Pada awalnya daerah-daerah yang berukuran relatif sama dengan daerah
yang diteliti tersebut dipilih terlebih dahulu. Untuk setiap daerah, kemudian dihitung persentase angkatan kerja yang dipekerjakan pada setiap sektor.
Kemudian, angka-angka persentase tersebut diperbandingkan antar satu daerah dengan daerah lainnya. Persentase angkatan kerja terkecil yang
paling minimum dipergunakan sebagai ukuran kebutuhan minimum bagi
sektor tertentu dan sekaligus sebagai batas untuk menentukan sektor basis dan nonbasis. Rumus yang digunakan adalah:
m r
im ir
E E
E E
MPKM =
dimana:
MPKM
= Metode Pendekatan Kebutuhan Minimum
ir
E = Pendapatan tenaga kerja sektor i di daerah yang diteliti
r
E = Pendapatan tenaga kerja total semua sektor di daerah yang
diteliti
im
E = Pendapatan tenaga kerja sektor i di daerah yang memiliki batas
minimum pendapatan tenaga kerja
m
E = Pendapatan tenaga kerja total semua sektor di daerah yang
memiliki batas minimum pendapatan tenaga kerja Kelemahan metode ini lebih sulit untuk diterapkan terutama di negara-
negara yang memiliki banyak daerah administratif. Selain itu, menurut Budiharsono 2001 apabila masing-masing sektor tersebut dipecah lagi
menjadi sektor-sektor yang lebih terperinci maka akan mengakibatkan hampir semua sektor merupakan sektor basis.
2.9. Penelitian Terdahulu