Revisi Produk Operasional Uji Coba Lapangan Operasional

99 kriteria “sangat baik”. Validasi tahap ketiga juga dilakukan setelah merevisi media sesuai saran ahli materi, validasi tahap ketiga memperoleh rata-rata 4,87 dengan kriteria “sangat baik”. Setelah melakukan revisi untuk ketiga kalinya, peneliti segera melakukan validasi tahap keempat. Validasi tahap keempat memperoleh rata-rata 4,87 dengan kriteria “sangat baik”. Setelah selesai melakukan validasi tahap keempat, validator memberikan rekomendasi bahwa media layak untuk diujicobakan tanpa revisi. Validasi kepada ahli media dilakukan sebanyak 3 tahap. Validasi tahap pertama memperoleh rata-rata 2,62 dengan kriteria “cukup”. Setelah dilakukan revisi sesuai saran dari ahli media, peneliti segera melakukan validasi tahap kedua. Validasi media tahap kedua memperoleh skor rata-rata 3,95 dengan kriteria “baik”. Validasi tahap ketiga juga dilakukan setelah merevisi media sesuai saran ahli media, validasi tahap ketiga memperoleh rata-rata 4,43 dengan kriteria “sangat baik”. Setelah selesai melakukan validasi tahap ketiga, validator memberikan rekomendasi bahwa media layak untuk diujicobakan tanpa revisi. Uji coba dilakukan melalui tiga tahap yaitu uji coba lapangan awal yang dilakukan kepada 4 orang siswa , uji coba lapangan utama yang dilakukan kepada 10 orang siswa, dan uji coba lapangan operasional yang dilakukan kepada 30 orang siswa. Hasil uji coba lapangan awal memperoleh skor rata-rata 4,325 dengan kriteria “sangat baik”. Uji coba lapangan utama memperoleh skor rata-rata 4,69 dengan kriteria “sangat baik”. Hasil uji coba lapangan operasional memperoleh skor rata-rata 4,697 dengan kriteria “sangat baik”. Dengan demikian, produk yang dikembangkan yaitu kertu gladhen aksara Jawa layak untuk 100 digunakan sebagai media pembelajaran dalam materi menulis aksara Jawa untuk siswa kelas IV SD.

C. Pembahasan

Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk baru yang dikembangkan dari produk yang telah ada. Produk baru yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah media kertu gladhen aksara Jawa yang dikembangkan dari media pembelajaran flashcard. Pengembangan media pembelajaran kertu gladhen aksara Jawa didasarkan pada permasalahan yang ditemukan peneliti di lapangan yaitu belum tepatnya media pembelajaran yang dipakai oleh guru kelas dalam mengajarkan pelajaran Bahasa Jawa, sehingga penelitian ini difokuskan pada bagaimana menghasilkan media pembelajaran Bahasa Jawa yang layak digunakan oleh siswa kelas IV SD. Alasan pemilihan media flashcard untuk dikembangkan karena menurut Venny Indria Ekowati 2007:8 contoh media yang tepat digunakan untuk mengajarkan membaca dan menulis aksara Jawa yaitu media flashcard aksara Jawa. Venny Indria Ekowati berpendapat bahwa penggunaan media yang tepat merupakan salah satu cara untuk membuat pembelajaran aksara Jawa menjadi lebih menarik. Langkah-langkah pengembangan media pembelajaran kertu gladhen aksara Jawa didasarkan pada prosedur pengembangan oleh Borg dan Gall yang terdiri dari 10 tahap dimulai dari studi pendahuluan hingga diseminasi. Namun, penelitian pengembangan ini hanya dilakukan sampai dengan langkah ke-9 yaitu revisi produk akhir. Peneliti tidak melakukan diseminasi produk dikarenakan 101 keterbatasan waktu dan biaya untuk menyebarluaskan produk yang telah dikembangkan. Pada tahap perancangan media, peneliti memperhatikan prinsip desain keseimbangan, penekanan, dan kesatuan seperti yang telah dikemukakan oleh McElroy sebagaimana yang terdapat dalam BAB II. Prinsip keseimbangan tercermin dari pembuatan tata letak kertu gladhen aksara Jawa yang rapi dengan memperhatikan kaidah komposisi tata letak yang baik. Prinsip penekanan terlihat dari penekanan kepada setiap huruf Jawa yang ada di setiap kartu dengan membuat ukuran huruf yang lebih besar pada bagian atasnya. Selain kedua prinsip tersebut, prinsip kesatuan juga diperlukan dalam membuat rancangan desain media. Semua unsur yang terdapat pada bagian belakang kartu memiliki hubungan satu sama lainnya sehingga pembaca memahaminya sebagai suatu kesatuan. Selain memperhatikan prinsip-prinsip desain diatas, perancang juga harus memperhatikan unsur-unsur komunikasi grafis yaitu teks, ilustrasi, dan warna seperti yang telah dikemukakan oleh Pujiriyanto sebagaimana yang terdapat dalam BAB II. Media pembelajaran kertu gladhen aksara Jawa dirancang dengan menggunakan background batik yang dibuat dengan warna-warna sederhana sehingga tidak mengganggu penyajian pesan utama yang terdapat pada bagian kartu. Huruf yang digunakan dalam pembuatan kertu gladhen aksara Jawa adalah huruf Arial dan hanacaraka. Huruf aksara Jawa yang ingin ditonjolkan pada setiap kartu ditunjukkan dengan penggunaan warna-warna yang mencolok seperti warna