12 hipotesis; 6 mengendalikan variabel; 7 merencanakan dan melaksanakan
penelitian; 8 inferensi; 9 aplikasi; dan 10 komunikasi.
B. Pembelajaran Sains SD
Keberhasilan pembelajaran sains di SD tergantung pada interaksi guru dan siswa selama pembelajaran. Tanpa paham tentang peserta didik yang akan
difasilitasi mustahil guru dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat dan materi pembelajaran yang sesuai Maslichah Asy’ari: 2006: 37.
Menurut yang dikemukakan oleh Sri Sulistyorini 2007: 10 di dalam interaksi belajar mengajar guru benar-benar diharapkan menerapkan aktivitas siswa, yaitu
belajar sambil mempraktikannya learning by doing. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah Sri Sulistyorini, 2007: 39. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat menemukan
konsep belajar. Setelah konsep dipahami secara tepat, siswa membangun pemahaman dalam struktur kognitifnya .
C. Karakteristik Siswa SD
Karakteristik siswa sekolah dasar sangat kompleks, namun pada hakikatnya meraka adalah sama. Sama dalam pengertian di sini adalah langkah awal
pendidikan mereka setelah pra sekolah adalah pendidikan di Sekolah Dasar. Menurut Suharjo 2006: 35 Dari segi antropologis, anak didik itu pada
hakikatnya sebagai makhluk individual, makhluk sosial, dan makhluk susila
13 moralitas. Sebagai makhluk individu, karena anak memiliki kekhasan tersendiri
dari anak yang lainnya. Perbedaan anak tersebut bisa dalam sikap, watak, bahkan dalam perkembangan fisik mauapun mental anak.
Sebagai makhluk sosial berarti anak didik tidak lepas dari kehidupan sosialnya. Kehidupan sosial keluarga di rumah, kehidupan sosial di lingkungan
pergaulan tetangga, dan bahkan yang jelas terjadi di kehidupan sosial sekolah. Dengan demikian sebagai makhluk sosial anak didik memiliki sifat kooperatif dan
dapat bekerjasama, karena itu anak didik dapat dipengaruhi dan dididik agar mereka menjadi manusia yang berbudaya Saifullah dalam Suharjo, 2006: 36.
Oleh karena itu anak didik harus diarahkan, dibimbing dan dididik kearah tujuan hidup sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan yang dijunjung tinggi Saifullah dalam
suharjo, 2006:36. Menurut Jean Piaget dalam Suharjo, 2006: 37 tahap-tahap perkembangan
anak itu secara hirarkis terdiri dari empat tahap, yaitu tahap sensori motoris, tahap pra operasional, tahap operasi kongkrit, dan tahap operasi formal. Penjelasan
mengenai tahapan di atas sebagai berikut. 1
Tahap sensoris motoris 0 – 2 tahun, pada tahap ini kondisi anak tidakbelum memiliki konsep tentang suatu objek yang tetap.
2 Tahap pra operasional 2 – 67 tahun, pada tahap ini anak mulai timbul
pemahaman kognitifnya. Namun hanya terbatas pada apa yang ada di sekitarnya.