122 Excell 2007 menggunakan rumus =finv0,05;2;179. Berdasarkan perhitungan
tersebut diperoleh nilai F
hitung
F
tabel
yaitu
31,513
3,046 dan signifikansi 0,000 0,05 maka H
03
ditolak yang artinya gaya belajar dan motivasi belajar secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa.
4.2 Pembahasan
Pada bagian pembahasan akan dibahas mengenai pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa, pengaruh motivasi belajar terhadap hasil
belajar matematika siswa, serta pengaruh gaya belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika siswa. Berikut penjelasannya:
4.2.1 Pengaruh Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas V SDN Dabin I Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Berdasarkan analisis data yang telah dipaparkan di atas, diperoleh temuan-temuan yang
merupakan jawaban atas masalah-masalah penelitian. Dimana permasalahan penelitian telah terjawab, yaitu gaya belajar berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas V SDN Dabin I Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Berdasarkan hasil analisis korelasi R diperoleh angka R sebesar
0,321. Karena nilai korelasi ganda terletak diantara 0,20 – 0,399, dapat dikatakan
bahwa terjadi hubungan yang rendah antara gaya belajar terhadap hasil belajar matematika.
Temuan peneliti menunjukkan bahwa gaya belajar berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal ini berarti semakin baik
123 gaya belajar, maka akan diikuti dengan peningkatan hasil belajar matematika
siswa di SDN Dabin I Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, dan sebaliknya jika gaya belajar yang diterapkan kurang baik, maka akan memberi pengaruh
terhadap menurunnya hasil belajar matematika siswa. Dengan demikian, jika ingin meningkatkan hasil belajar matematika siswa, maka usaha yang dapat
dilakukan adalah dengan menerapkan gaya belajar yang sesuai yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suyono dan Hariyanto 2015: 148 yang menyatakan seorang anak yang memahami modalitas belajarnya sendiri akan memperoleh manfaat dalam
pembelajarannya karena dia akan biasa dengan cara belajar yang cocok bagi dirinya sendiri. Demikian juga bagi guru yang memahami modalitas belajar setiap
anak akan mampu memilih metode pembelajaran yang bervariasi sehingga diharapkan pembelajaran yang disampaikan akan mudah lebih mudah diterima
oleh siswa dan lebih bermakna. Berdasarkan uji regresi yang dilakukan menunjukkan ada pengaruh yang
positif dari gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan melihat kolom sig. Pada tabel Coeficients yang diketahui
signifikansinya sebesar 0,000. Selanjutnya pada analisis koefisien determinasi yang dapat dilihat pada kolom R Square diketahui gaya belajar dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa walaupun hanya memberikan pengaruh sebesar 10,3. Hal ini dikarenakan hasil belajar matematika siswa tidak
hanya dipengaruhi oleh gaya belajar saja, melainkan ada beberapa faktor lain yang memengaruhi hasil belajar matematika siswa.
124 Rifa’i dan Anni 2012: 69 menyatakan “hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar”. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada yang
dipelajari oleh siswa tersebut. Dengan demikian, apabila siswa tersebut mempelajari sebuah pengetahuan tentang konsep tertentu, maka perubahan
perilaku yang diperoleh oleh siswa tersebut adalah berupa penguasaan konsep. Berdasarkan hasil temuan dapat diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa
kelas V di SDN Dabin I Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang termasuk dalam kategori cukup. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai rata-rata hasil belajar
pada seluruh responden adalah 69,05. Nilai rata-rata tersebut tergolong kategori cukup karena nilai tersebut berada pada rentang nilai antara 60-69.
Peningkatan hasil belajar dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa aspek, baik internal maupun eksternal. Menurut Ghufron dan Risnawita 2014:
10 faktor eksternal yang memengaruhi hasil belajar adalah bagaimana lingkungan belajar dipersiapkan dan fasilitas-fasilitas diberdayakan. Sedangkan
aspek internal meliputi aspek perkembangan anak, dan keunikan personal individu anak. Perlu diketahui bahwa setiap individu memiliki keunikan
tersendiri dan tidak pernah ada dua orang yang memiliki pengalaman hidup yang sama persis, hampir dipastikan gaya belajar masing-masing orang berbeda satu
dengan yang lainnya. Berdasarkan pendapat tersebut, gaya belajar merupakan salah satu faktor yang memengaruhi hasil belajar yang termasuk ke dalam faktor
internal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar yang terdapat pada siswa
kelas V SDN Dabin I Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang termasuk dalam
125 kategori sedang. Terbukti dari rata-rata indeks skor sebesar 61,36 . Nilai indeks
61,36 berdasarkan kriteria Three Box Method berada pada rentang interpretasi 71,00
– 10,00 yang termasuk dalam kategori sedang. Artinya, responden memiliki persepsi yang sedang pada item pernyataan variabel gaya belajar. Hal
tersebut menunjukkan bahwa siswa mengakui gaya belajar mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan temuan penelitian dari 3 dimensi dan 19 indikator, persepsi siswa yang dihitung menggunakan nilai indeks paling dominan dalam gaya
belajar terletak pada dimensi “gaya belajar visual” yaitu sebesar 65,86. Gaya belajar visual adalah gaya belajar dimana gagasan, konsep, data dan informasi
lainnya dikemas dalam bentuk gambar dan teknik. Gaya belajar tipe ini menitikberatkan ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus
diperlihatkan dahulu agar siswa paham Rusman, dkk 2012: 33. Temuan penelitian menunjukkan indikator tertinggi terdapat pada
“teliti terhadap detail
” yaitu 77,25. Indikator “teliti terhadap detail” dibagi menjadi dua pertanyaan yaitu “saya belajar matematika dengan sungguh-sungguh” untuk
pernyataan positif dengan prosentase sebesar 75,26 dan pernyataan “saya tidak membaca perintah guru ketika mengerjakan soal
matematika” untuk pernyataan negatif dengan prosentase 79,24. Artinya pada indikator ini, pernyataan
negatiflah yang paling dominan. Sehingga dapat dikatakan siswa kelas V SDN Dabin I Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang kurang teliti terhadap
pembelajaran yang diberikan guru. Ketika diberi soal, bagi siswa yang terpenting adalah dikerjakan tanpa memperhatikan perintah guru sehingga hasil yang
diperoleh kurang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Ghufron dan
126 Risnawita 2014: 82 yang menyatakan bahwa individu dengan tipe ini tidak suka
mencari pembenaran atas apa yang ia kerjakan. Ia hanya ingin melakukan tugas dan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, ia cenderung
tidak terlalu memusingkan konsekuensi perbuatannya. Ia sekedar melaksanakan tugas dan tidak memedulikan akibatnya.
Pada dimensi “gaya belajar auditorial” temuan penelitian menunjukkan 62,67 siswa menggunakan gaya belajar auditorial sebagai salah satu cara
mereka untuk memperoleh informasi yang disampaikan oleh guru. Dari dimensi gaya belajar auditorial, persepsi yang tinggi diberikan siswa pada indikator
“senang membaca keras dan mendengarkan”, yaitu sebesar 73,2. Ciri khas dari gaya belajar auditorial adalah siswa mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui
telinga alat pendengarannya. Menurut Karwati dan Priansa 2014: 189 gaya belajar auditorial merupakan gaya belajar dengan cara mendengar. Jika siswa
dikelas maka ia lebih suka mendengar apa yang dikatakan oleh guru. Sementara itu, menurut Rusman, dkk 2012: 34 anak-anak auditori lebih cepat memahami
pelajaran melalui membaca teks dengan keras atau mendengarkan media audio. Dimensi gaya belajar terendah adalah gaya belajar tipe kinestetik, yaitu
dengan prosentase 55,57. Indikator terendah memiliki prosentase 49,02 yang terdapat pada indikator “selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak”. Pada
indikator ini memiliki satu pernyataan yaitu “saya memilih bermain daripada mengerjakan soal matematika”. Berdasarkan temuan tersebut, dapat diketahui
sebagian siswa kelas V SDN Dabin I Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang lebih memilih bermain daripada mengerjakan soal matematika yang diberikan
127 oleh guru. Sehingga hasil belajar yang mereka peroleh menjadi kurang maksimal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman 2012: 34 yang menyebutkan bahwa siswa yang bergaya belajar seperti ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Oleh sebab itu, pembelajaran yang dibutuhkan biasanya lebih bersifat praktik. Sebaiknya guru dalam memberikan pembelajaran atau tugas kepada siswa lebih
bervariasi sehingga siswa lebih tertarik dan tidak cepat bosan dengan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Misalnya, dalam memberikan soal
jangan berupa lembar jawab saja melainkan dijadikan sebuah kompetisi siapa yang cepat selesai akan diberikan hadiah oleh guru sehingga siswa akan lebih
semangat mengerjakan tugas tersebut. Hadiah merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan semangat belajar siswa dalam mempelajari materi pelajaran Majid
2014: 313. Berdasarkan hasil penelitian diatas, diketahui bahwa gaya belajar yang
dilakukan secara maksimal mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Menurut Morton 1984 dalam Ghufron dan Risnawita 2014: 12 menjelaskan
bahwa kemampuan seseorang untuk mengetahui gaya belajarnya sendiri akan meningkatkan efektivitasnya dalam belajar. Sehingga bisa dikatakan gaya belajar
mempunyai peranan yang penting dalam bidang pendidikan. Sejalan dengan pendapat Morton, penelitian yang dilakukan oleh Rejeki 2012 yang berjudul
“Pengaruh Kondisi Ekonomi Keluarga, Motivasi Belajar, dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa di SMK Murni 2 Surakarta Tahun Ajaran
20112012”. Pada hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa gaya belajar memiliki pengaruh langsung terhadap hasil belajar. Sehingga semakin tinggi gaya belajar
128 yang dimiliki siswa, maka semakin besar kecenderungan siswa tersebut untuk
mendapatkan hasil yang tinggi, begitu juga sebaliknya.
4.2.2 Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa