Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pembelajaran Konvensional
36
dicapai jelas operasional, sementara program pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap-demi
tahap yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Abdul Majid 2013:229-230 skenario pembelajaran kontekstual mengembangkan tujuh komponen dalam pembelajaran dapat dilakukan
melalui: 1 mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru, 2 melakukan kegiatan inkuiri untuk semua topik yang diajarkan, 3 mengembangkan sifat
ingin tahu siswa melalui kegiatan bertanya, 4 menciptakan masyarakat belajar, melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, dan tanya jawab, 5 adanya
model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, atau media, 6 melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan,
dan 7 melakukan penilaian objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa. Berdasarkan pendapat di atas skenario
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara penuh, mulai dari kegiatan mengembangkan
pemikiran siswa, kegiatan inkuiri sehingga siswa dapat menemukan pengetahuan secara mandiri, kegiatan masyarakat belajar melalui kerja
kelompok maupun berdiskusi antar kelompok dan dengan guru, permodelan yang bisa dilakukan oleh siswa maupun guru, dan mengajak siswa untuk
merefleksikan di setiap akhir kegiatan pembelajaran.
37
Implementasi pendekatan kontekstual pada kemampuan membaca pemahaman bagi siswa tunarungu dalam penelitian ini terdapat pada tujuh
komponen yang meliputi: 1 konstruktivisme, 2 inkuiri, 3 bertanya, 4
permodelan, 5 masyarakat belajar, 6 penilaian autentik, dan 7 refleksi.
1. Konstruktivisme
Pada komponen ini, materi yang akan dipelajari dikaitkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Sebelum
bacaan diberikan, guru memunculkan pertanyaan yang berhubungan dengan inti bacaan yang akan dibahas, dengan tujuan siswa dapat
menyampaikan pengetahuan yang telah dimilikinya.
2. Inkuiri
Kegiatan inkuiri dalam kegiatan membaca pemahaman ini dilakukan oleh siswa melalui kegiatan menemukan kata-kata sulit yang belum
dipahami dalam bacaan, kata benda yang terdapat dalam bacaan, dan menemukan point penting yang terdapat dalam bacaan dengan cara
menjawab pertanyaan bacaan melalui kegiatan berkelompok, supaya setiap siswa dapat saling berbagi pengetahuan, dan bekerjasama.
3. Bertanya
Kegiatan bertanya pada pembelajaran membaca ini diimplikasikan melalui kegiatan apersepsi sebelum memulai kegiatan pembelajaran.
Selain itu, memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai kata-kata sulit yang terdapat dalam bacaan.
4. Pemodelan
38
Kegiatan pemodelan pada pembelajaran membaca pemahaman ini dapat dilakukan dengan cara menghadirkan contoh kepada siswa melalui
kegiatan peragaan untuk memahami kata-kata yang belum dipahami oleh siswa, memberikan keberagaman contoh yang terkait dengan makna kata
dalam bacaan, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan jawaban di depan kelas.
5. Masyarakat belajar
Implikasi komponen ini dilakukan melalui kegiatan berdiskusi kelompok, antar kelompok dan dengan guru untuk membahas makna kata yang
belum dipahami, kata benda, dan inti bacaan melalui pembahasan pertanyaan bacaan.
6. Penilaian autentik
Penilaian kemampuan membaca pemahaman menggunakan penilaian yang bervariasi, penilaian partisipasi siswa seperti saat kegiatan
masyarakat belajar melalui kegiatan kerja kelompok dan berdiskusi, kegiatan inquiri, dan bertanya, dan hasil pekerjaan siswa.
7. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan melalui kegiatan pembahasan materi pelajaran dan kegiatan menyimpulkan materi pembelajaran di setiap
akhir pertemuan. Selain itu, dilakukan melalui kegiatan perenungan atas pembelajaran yang sudah didapat dengan mengaitkan hasil belajar
dengan pemanfaatanya dalam kegiatan sehari-hari.