110
c. Uji Signifikansi T-test Uji-t
Hasil uji t dapat dilihat pada tebel 4.14 dan 4.15. Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah secara individual variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat Dalam uji-t digunakan hipotesis sebagai berikut.
H : Masing-masing variabel independen tidak memiliki pengaruh
yang signifikan secara parsial terhadap variabel dependen H
1
: Masing-masing variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel dependen
Dengan kriteria, tolak H jika probabilitas t-
statistik α =0.05 = 5
Tabel 4.14 Hasil Uji t Model I
Sumber : output SPSS
Coefficients
a
.108 .196
.552 .581
.022 .006
.432 3.929
.000 .028
.051 .042
.535 .593
-.007 .007
-.079 -1.049
.295 -.021
.007 -.157
-2.958 .003
-4.9E-009 .000
-.054 -.729
.466 .000
.000 .051
1.039 .299
3.19E-005 .000
.007 .156
.876 -.028
.124 -.011
-.223 .823
Constant LnW EALTH
DEPEND LnASSET
TYPE POP
SKPD FINDL
DEVL Model
1 B
Std. Error Unstandardized
Coefficients Beta
Standardiz ed Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: DISC a.
111
Tabel 4.15 Hasil Uji t Model II
Sumber : output SPSS
1 Kekayaan daerah terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan
pemerintah daerah
Kekayaan daerah yang diukur dengan menggunakan total pendapatan asli daerah. Berdasarkan pengujian uji regresi berganda dapat
terlihat bahwa tingkat kekayaan daerah memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan nilai probability t-
statistic α α = 5 pada tabel 4.14 dan 4.15 yaitu sebesar 0.000 untuk model I dan model II
sehingga kekayaan daerah berpengaruh terhadap pengungkapan. Hasil pengujian ini mendukung hipotesis satu yaitu kekayaan daerah
Coefficients
a
.109 .196
.557 .578
.022 .006
.430 3.950
.000 .027
.051 .041
.528 .598
-.007 .007
-.079 -1.048
.295 -.022
.007 -.159
-2.986 .003
-5.2E-009 .000
-.057 -.783
.434 .000
.000 .051
1.042 .298
.000 .000
.025 .520
.603 -.038
.196 -.009
-.195 .846
Constant LnW EALTH
DEPEND LnASSET
TYPE POP
SKPD FIND
DEV Model
1 B
Std. Error Unstandardized
Coefficients Beta
Standardiz ed Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: DISC a.
112
berpengaruh positif dan signifikan dengan tingkat pengungkapan LKPD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Andriani 2012 dan
Setyaningrum 2012. Koefisien yang bertanda positif pada kedua model menunjukan hubungan searah antara tingkat kekayaan dengan
pengungkapan, jika kekayaan pemerintah daerah besar maka tingkat pengungkapan laporan keuangan menjadi tinggi. Oleh karena itu hal ini
membenarkan teori yang mengatakan bahwa semakin besar kekayaan pemerintah daerah, meningkatkan niat dari pemerintah daerah untuk
meningkatkan pengungkapan laporan keuangannya.
2 Tingkat ketergantungan terhadap tingkat pengungkapan laporan
keuangan pemerintah daerah
Tingkat ketergantungan yang diproksikan dengan porsi pendapatan transfer dalam total pendapatan menunjukkan tidak adanya
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan nilai probability t-
s tatistic α α = 10 pada tabel 4.14 dan 4.15 yaitu sebesar 0.517 untuk
model I dan sebesar 0.606 pada model II sehingga tingkat ketergantungan dan pengungkapan tidak bisa dikatakan berpengaruh. Hasil pengujian ini
menolak hipotesis dua yaitu tingkat ketergantungan berpengaruh positif dan signifikan dengan tingkat pengungkapan LKPD. Hal ini sejalan
113
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ingram 1984, Liestiani 2009, Hilmi 2012 dan Andriani 2012. Namun tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Setyaningrum 2012. Tingkat ketergantungan dengan pengungkapan dikatakan tidak berhubungan secara signifikan
kemungkinan karena sejak diberlakukannya otonomi daerah, kewenangan untuk mengatur dan mengelola urusan pemerintahan telah diserahkan
kepada daerah otonom sehingga pemerintah pusat tidak lagi melakukan pengawasan secara utuh terhadap pemerintah daerah. Jika ada,
pengawasan tersebut tidak digunakan dalam menentukan anggaran dana perimbangan di daerah sehingga tidak mendorong pemerintah daerah
untuk meningkatkan kualitas laporan keuangannya. Insentif pelaporan keuangan baru diberikan mulai tahun 2010, namun lebih diarahkan pada
pencapaian opini bukan kualitas pengungkapan.
3 Total aset terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan
pemerintah daerah
Hasil pengujian regresi pada model I dan model II pasa tabel 4.14 dan 4.15 menunjukkan nilai probability t-
statistic α α = 5 yaitu sebesar 0.295 untuk model I dan II sehingga total aset terhadap tingkat
pengungkapan LKPD dikatakan tidak berpengaruh. Hasil pengujian ini menolak hipotesis tiga yaitu total aset berpengaruh positif dan signifikan
114
dengan tingkat pengungkapan LKPD. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilmi 2012 dan Andriani 2012 namun tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriasari 2014. Hal ini mungkin dikarenakan permasalahan aset merupakan permasalahan
hampir setiap Pemerintah Daerah. Kewajiban membuat Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan mengharuskan
aset harus dinilai dengan nilai perolehan, padahal sebagian besar aset diperoleh pada tahun yang sudah relatif lama dan tidak tercatat biaya
yang diperlukan untuk memperoleh aset tersebut. Sehingga sebagian besar Pemerintah Daerah kesulitan menentukan besarnya nilai aset yang
dimiliki. Oleh sebab itu kecenderungan pemerintah daerah untuk tidak menaruh perhatian yang besar terhadap pengungkapan berdasarkan
standar akuntansi pemerintahan.
4 Tipe pemerintah terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan
pemerintah daerah
Tipe pemerintahan menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Hal
ini dikarenakan nilai probability t-statis tic α α = 1 pada tabel 4.14
dan 4.15 yaitu sebesar 0.003 untuk model I dan model II sehingga tipe pemerintah dan pengungkapan bisa dikatakan berpengaruh. Akan tetapi
hasil ini tidak sesuai dengan ekspektasi penelitian yang menyatakan
115
bahwa tingkat pengungkapan kota lebih tinggi dibandingkan tingkat pengungkapan kabupaten. Hasil pengujian ini menolak hipotesis empat
yaitu kota memiliki tingkat pengungkapan lebih tinggi dibandingkan kabupaten. Jika dilihat dari perspektif investor, perekonomian kota jauh
lebih baik dibandingkan dengan kabupaten dan tingkat kompleksitas kota jauh lebih besar dibanding kabupaten. Oleh sebab itu seharusnya
pengungkapan laporan keuangan untuk kota jauh lebih tinggi dibanding kabupaten. Tetapi kenyataannya dalam penelitian ini, kabupaten memiliki
tingkat pengungkapan yang lebih tinggi dibanding kota. Hal ini kemungkinan dikarenakan pemerintah kabupaten berusaha menarik minat
investor sehingga termotivasi untuk melakukan pengungkapan yang lebih banyak pada catatan atas laporan keuangannya. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fitriasari yaitu yaitu tipe pemerintah memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan.
Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Liestiani 2010 dan Andriani 2012.
116
5 Jumlah penduduk terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan
pemerintah daerah
Jumlah penduduk
merupakan proksi
dari kompleksitas
pemerintahan. Jumlah penduduk menunjukkan adanya pengaruh yang tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan
pemerintah daerah. Pada tabel 4.14 hasil pengujian regresi pada model I menunjukkan nilai probability t-statistic
α α = 5 yaitu sebesar sebesar 0.466. Untuk model II pada tabel 4.15 menunjukkan nilai
probability t- statistic α α = 5 yaitu sebesar 0.434 sehingga jumlah
penduduk dan pengungkapan dikatakan tidak berpengaruh untuk kedua model. Kompleksitas ini ternyata menghambat tingkat pengungkapan. Hal
ini mengindikasikan rendahnya dorongan dari masyarakat untuk meminta pengungkapan yang lebih besar dalam laporan keuangan pemerintah.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ingram 1984 bahwa jumlah penduduk tidak memiliki hubungan yang signifikan
terhadap tingkat pengungkapan. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Liestiani 2009 dan Hilmi 2012 yaitu jumlah penduduk
memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan.
117
6 Jumlah SKPD terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan
pemerintah daerah
Hasil pengujian regresi pada model I dan model II menunjukkan nilai probability t-
statistic α α = 10 pada tabel 4.14 dan 4.15 yaitu masing-masing sebesar 0.189 dan 0.459 sehingga jumlah SKPD dan
pengungkapan tidak bisa dikatakan berpengaruh. Hasil pengujian ini menolak hipotesis enam yaitu jumlah SKPD berpengaruh positif dan
signifikan dengan
tingkat pengungkapan
LKPD. Hal
tersebut kemungkinan karena walaupun jumlah satker pada kabupaten kota cukup
banyak namun kegiatan antar satkernya cenderung generik, sehingga tidak diperlukan pengungkapan yang lebih banyak. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hilmi 2012 dan Fitriasari 2014. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khazanah 2014.
7 Jumlah temuan tahun lalu terhadap tingkat pengungkapan laporan
keuangan pemerintah daerah Model I
Untuk model I menggunakan Lag Effect dimana Jumlah temuan yang digunakan yaitu merupakan jumlah temuan hasil audit tahun lalu,
kemudian untuk tingkat pengungkapan menggunakan pengungkapan pada laporan keuangan tahun ini. Hasil pengujian untuk model I berdasarkan
tabel 4.14 menyatakan jumlah temuan audit tidak berhubungan secara
118
signifikan dengan pengungkapan karena nilai probability t-statistik α α
= 5 yaitu sebesar 0,132. Hasil pengujian ini menolak hipotesis tujuh yaitu jumlah temuan tahun lalu berpengaruh positif dan signifikan dengan
tingkat pengungkapan LKPD untuk model I. Hasil pengujian menyatakan bahwa jumlah temuan audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan. Hasil pengujian ini mendukung Hilmi 2011, Andriani 2012 dan Fitriasari 2014 yang menyatakan bahwa jumlah temuan audit
tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan. Untuk model I, hal ini kemungkinan karena pemerintah
kabupatenkota mengabaikan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada periode
sebelumnya dengan
tidak sepenuhnya
menindaklanjuti rekomendasi atas hasil temuan audit BPK RI. Bukti yang menyatakan
bahwa pemerintah daerah tidak sepenuhnya melakukan tindak lanjut atau tindak lanjut yang dilakukan belum sesuai adalah terdapat pada tabel 4.18
dibawah ini :
119
Tabel 4.18 Data Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan TLRHP
Pada Pemerintah Daerah Tahun 2010 S.D. 2014 Semester I
nilai dalam juta rupiah
Temuan Jumlah
Rekomendasi Status Pemantauan Tindak Lanjut
Sesuai Rekomendasi
Belum Sesuai
Rekomenda si
Belum Ditindak
lanjut Tidak
Dapat
ditindak lanjuti
Jumlah
69.265 169.296
85.441 48.331
35.445 79
Nilai 18.450.105,70
3.742.223,56 7.675.285,29 7.002.930,38 29.666,47
50.47 28.55
20.94 0.04
Sumber : IHPS semester I Tahun 2014 Dari tabel tersebut dapat dilihat total keseluruhan temuan audit dan
rekomendasi yang terakumulasi sampai dengan pertengahan tahun 2014. Total dari tindak lanjut yang sudah ditindak lanjuti dan sesuai dengan
rekomendasi adalah sebanyak 85.441 rekomendasi atau 50.47. Sedangkan untuk yang belum sesuai rekomendasi dan yang belum
ditindak lanjuti sama sekali adalah sebanyak 83.776 atau sebesar 49.49. Hal ini menunjukkan bahwa tindak lanjut yang belum sesuai rekomendasi
dan yang belum ditindak lanjuti masih sekitar setengah dari tindak lanjut yang direkomendasikan. Sehingga dalam hal ini, pemerintah daerah belum
sepenuhnya memperhatikan pemeriksaan BPK dengan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK.
120
8 Jumlah temuan periode sekarang terhadap tingkat pengungkapan
laporan keuangan pemerintah daerah Model II
Model II menggunakan tahun yang sama untuk menguji pengaruh jumlah temuan dengan tingkat pengungkapan. Hasil pengujian untuk
model II berdasarkan tabel 4.15 menyatakan jumlah temuan audit tidak berhubungan secara signifikan dengan pengungkapan karena nilai
probability t- statistik α α = 5 tidak signifikan yaitu sebesar 0,444.
Hasil pengujian ini menolak hipotesis delapan yaitu jumlah temuan pada tahun yang sama berpengaruh negatif dan signifikan dengan tingkat
pengungkapan LKPD . Baik untuk model I maupun model II, hasil pengujian menyatakan bahwa jumlah temuan audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan. Hasil pengujian ini mendukung Andriani 2012 dan Fitriasari 2014. Untuk model II, hal ini bisa terjadi
kemungkinan karena pemerintah kabupatenkota belum sepenuhnya menindaklanjuti rekomendasi BPK.
9 Tingkat Penyimpangan tahun lalu terhadap tingkat pengungkapan
laporan keuangan pemerintah daerah Model I
Tingkat penyimpangan dalam penelitian ini diukur dengan nilai temuan audit terkait ketidakpatuhan dibandingkan dengan jumlah belanja
daerah. Untuk model I menggunakan Lag Effect dimana nilai temuan yang
121
digunakan yaitu merupakan nilai temuan dari hasil audit tahun lalu, kemudian untuk tingkat pengungkapan menggunakan pengungkapan pada
Laporan Keuangan tahun ini. Berdasarkan tabel 4.14 menyatakan tingkat penyimpangan memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
tingkat pengungkapan dengan nilai probability t-statistik α α = 5
yaitu sebesar 0.334. Hasil pengujian ini menolak hipotesis sembilan yaitu tingkat penyimpangan tahun lalu berpengaruh positif dan signifikan
dengan tingkat pengungkapan LKPD untuk model I. Hasil pengujian ini mendukung Fitriasari 2014 dan Khasanah 2014 yang menyatakan
bahwa tingkat penyimpangan tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan.
Untuk model I, hal ini kemungkinan karena pemerintah kabupatenkota mengabaikan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada
periode sebelumnya
dengan tidak
sepenuhnya menindaklanjuti
rekomendasi BPK RI terkait nilai nominal rupiah temuan audit. Pada tabel 4.18 dapat dilihat bahwa dari total nilai temuan senilai Rp. 18.450.105,70
juta baru sebesar Rp. 3.742.223,56 juta saja yang ditindaklanjuti sesuai rekomendasi atau sebesar 20,28. Sedangkan sisanya sebesar Rp.
14.678.215,67 juta atau 79,56 belum ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi dan belum ditindaklanjuti sama sekali.
122
10 Tingkat Penyimpangan periode sekarang terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah Model II
Model II menggunakan No Lag Effect dimana nilai temuan yang digunakan yaitu merupakan nilai temuan dari hasil audit tahun 2013,
kemudian untuk tingkat pengungkapan menggunakan pengungkapan pada Laporan Keuangan pada tahun yang sama. Berdasarkan tabel 4.15
menyatakan tingkat penyimpangan memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan dengan nilai probability t-
statistik α α = 5 yaitu sebesar 0,979. Hasil pengujian ini menolak
hipotesis sepuluh yaitu tingkat penyimpangan pada tahun yang sama berpengaruh negatif dan signifikan dengan tingkat pengungkapan LKPD .
Hasil pengujian ini mendukung Fitriasari 2014 dan Khasanah 2014 yang menyatakan bahwa tingkat penyimpangan tidak berpengaruh
terhadap tingkat pengungkapan. Hal ini bisa terjadi kemungkinan karena pemerintah
kabupatenkota belum
sepenuhnya menindaklanjuti
rekomendasi BPK RI terkait nilai nominal rupiah temuan audit.
123
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh kekayaan daerah, tingkat ketergantungan, total aset, tipe pemerintah, jumlah penduduk, jumlah SKPD,
jumlah temuan dan tingkat penyimpangan terhadap tingkat pengungkapan LKPD kabupaten dan kota di Indonesia. Analisis dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi berganda dengan program Statistical Package for Social Science SPSS Ver. 20. Data sampel sebanyak 425 LKPD kabupaten dan kota di
Indonesia yang telah diaudit oleh BPK selama tahun 2013. Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diringkas
sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji regresi berganda multiple regression baik yang
menggunakan Lag Effect maupun tidak menggunakan Lag Effect menunjukkan bahwa kekayaan daerah secara statistik berpengaruh positif
dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Liestiani 2010,
Andriani 2012 dan Setyaningrum 2012. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khazanah 2014.