Tukang oyak: “Op, Tukang oyak: “Op, ini permintaan pertama, berasal dari
Khazanah Bahasa, Sastra dan Budaya Serumpun himpunan tulisan
299
Herry Nur Hidayat, Eka Meigalia
Minangkabau. Di samping membicarakan kategori kaba, hal yang penting dalam buku ini adalah
gambaran umum kaba-kaba yang berkembang luas di wilayah Minangkabau.
Penelitian tentang ungkapan Minangkabau ini telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya. Namun telah disampaikan di atas, kajian terhadap karya-karya Sastra Minangkabau hanya
berhenti menjadi koleksi Ruang Baca Program Studi Sastra Minangkabau.
Penelitian pengusul
yang berhubungan
dengan objek penelitian ini adalah muatan budaya keminangkabauan pada kaba 2012. Penelitian
ini menghasilkan simpulan muatan kekerabatan, merantau, status sosial, dan silek dari dua belas kaba
objek penelitian. Pada tahun yang sama, pengusul juga telah melakukan transformasi kaba menjadi
cerita anak dan komik. Usaha ini bertujuan agar produk sastra tradisional bisa lebih diterima oleh
generasi muda saat ini.
Penelitian ini menggunakan serangkaian kegiatan penelusuran kepustakaan. Penelusuran kepustakaan
ini dimaksudkan untuk memperoleh data berupa tuturan, arsip, dan berbagai artikel yang menyinggung
tentang hal yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu pembicaraan, penelitian, dan artikel mengenai
karya-karya Sastra Minangkabau Modern.
Khazanah Bahasa, Sastra dan Budaya Serumpun himpunan tulisan
300
Herry Nur Hidayat, Eka Meigalia
Karya Sastra Minangkabau Perkembangan karya Sastra Minangkabau ini
tidak bisa melepaskan diri dari kritik terhadapnya. Menurut Pradopo 1997, kritik sastra sangat berguna
bagi para sastrawan untuk mengembangkan bakatnya yang pada akhirnya kesusastraan dapat berkembang
baik dalam hal jumlah maupun mutunya.
Dalam perkembangannya, karya sastra di wilayah budaya Minangkabau terkesan berjalan di
tempat. Gaung perkembangan dan pertumbuhannya “hanya terdengar” di wilayah lokal Sumatera Barat
saja. Padahal jika dilihat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya, perkembangan karya sastra
Minangkabau tidak kalah dengan wilayah budaya lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut.
Pertama, kurangnya ruang bagi pengarang untuk mengekspresikan
karyanya kepada
khalayak. Terlepas dari perkembangan teknologi yang bisa
menjangkau khalayak secara global melalui internet, masih kurangnya ruang untuk sebuah pembicaraan
atau diskusi secara langsung antara pengarang dengan pembaca.
Kedua, kurangnya minat khalayak terhadap karya sastra. Hal ini berkaitan dengan minat baca
yang sangat kurang. Sistem pembelajaran yang seolah