1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan perjalanan yang tidak pernah berakhir dalam pembinaan dan pemahaman diri. Ini berarti bahwa analisis serta perbaikan cara-cara belajar
dituntut agar tetap berlangsung berkesinambungan Sindhunata, 2000:115. Proses belajar tersebut dapat di lakukan di mana saja, salah satunya adalah di sekolah.
Berdasarkan jenjang persekolahan, pendidikan paling dasar adalah pendidikan sekolah dasar. Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah dasar, siswa
mendapatkan berbagai macam pelajaran. Salah satu pelajaran yang ada di sekolah dasar adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Agar penyelenggaraan pendidikan dapat
berjalan dengan lancar, setiap pembelajaran di sekolah membutuhkan adanya interaksi antara peserta didik dan sumber belajar.
Pelaksanaan pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi setiap warga masyarakat UU sisdiknas No
23 tahun 2003. Siswa diberi pembelajaran membaca dan menulis pada setiap mata pelajaran. Namun dalam hal ini pelajaran Bahasa Indonesia lebih fokus pada
peningkatan keterampilan membaca dan menulis siswa. Mata pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya merupakan mata pelajaran yang
menyenangkan. Namun, sering sekali siswa menganggap Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami. Kesulitan dalam pelajaran ini
ditunjukan pada aktifitas menulis dan membaca. Sungguh memprihatinkan,
2
bahasa yang digunakan sebagai bahasa pengantar sehari-hari masih membuat siswa mengalami kesulitan dalam belajar Bahasa Indonesia.
Dalam aktifitas menulis khususnya membuat cerita pendek, siswa mengalami kesulitan dalam mencari ide dan merangkai kalimat menjadi cerita yang ingin
dikembangkan. Padahal menulis merupakan aktifitas yang menyenangkan. Caryn Mirriam-Goldberg Ph.D 2005:28 dalam bukunya yang berjudul
“Daripada Bete, Nulis Aja” menyatakan bahwa mampu menuliskan kata ke atas kertas dan
mengisi halaman-halaman dengan gagasan dan pendapat dari diri sendiri menimbulkan kegembiraan tersendiri. Kegembiraan tersebut didapat melalui
aktifitas siswa dalam berimajinasi. Berimajinasi merupakan kebutuhan alamiah dan bukan bentuk kemalasan.
Imajinasi siswa bisa saja lahir sebagai hasil dari imitasi atau meniru dari tayangan yang ditontonnya bahkan bisa juga pengaruh dari dongeng yang di dengarnya.
Namun, imajinasi juga bisa muncul secara murni dan orisinil dari benaknya sebagai hasil mengolah dan memanfaatkan kelebihan dari kemampuan otak yang
dianugerahkan Tuhan Andri Wicaksono, 2014:2. Imajinasi dapat bermanfaat apabila mampu dituliskan menjadi rangkaian kata-kata yang tersusun menjadi
sebuah cerita. Hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan menulis, salah satunya adalah menulis cerita pendek.
Kegiatan menulis dapat melahirkan siswa yang mampu belajar secara mandiri. Dalam hal ini, guru harus mampu menunjukan sikap positif dalam
membelajarkan pelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Oleh karena itu diperlukan
3
sebuah strategi yang dapat membantu siswa untuk mempermudah dalam mencari ide dan memulai menulis suatu cerita pendek.
Siswa sekolah dasar pada dasarnya dalam tahapan operasional konkret. Hal ini juga diutarakan oleh Piaget Rita Eka Izzati dkk, 2008:105-106 yang
menyatakan bahwa anak pada umur 7-12 tahun berada pada tahap operasional konkret. Sangat penting bagi guru untuk memahami tahapan ini. Pada awal masa
kanak-kanak konsep yang didapatkan masih samar-samar dan tidak jelas. Pada tahapan operasional konkret anak sudah dapat menggunakan operasai
mental untuk memecahkan masalah-masalah yang aktual. Anak juga mampu menggunakan mentalnya untuk memecahkan masalah yang konkret. Oleh karena
itu peranan guru sangat penting dalam mengembangkan keterampilan siswa, khususnya keterampilan menulis cerita pendek.
Pelajaran menulis cerita pendek pada siswa memerlukan sebuah strategi yang memudahkan siswa dalam belajar menulis. Strategi tersebut harus membuat siswa
lebih memahami konsep Bahasa Indonesia secara gampang. Sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Pembelajaran
yang menyenangkan dapat membuat siswa lebih fokus dan tertarik pada pelajaran yang diberikan guru.
Proses pembelajaran yang lancar dan menyenangkan dapat berpengaruh pada peningkatan mutu pendidikan dan pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini sesuai
dengan Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa,
4
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut guru
memiliki peranan penting pada saat pembelajaran, dalam hal ini guru berperan untuk memfasilitasi siswa.
Oleh karena itu diperlukan sosok guru yang kreatif dan inovatif untuk menjadi fasilitator bagi siswa. Seharusnya guru mampu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan dan tidak hanya menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi pembelajaran. Pembelajaran yang hanya menggunakan
metode ceramah dapat mematikan kreatifitas siswa. Padahal, jika dikembangkan kreatifitas siswa pada masa anak-anak ini sangat luar biasa.
Pada tahapan ini anak masih berfikir polos, tidak takut pada apapun dan memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Dalam hal ini guru harus
mengembangkan strategi yang digunakan dalam pembelajaran, mengingat sekarang ini sudah banyak teknik, stategi dan metode yang cocok digunakan
dalam menyampaikan materi pada proses pembelajaran. Penggunaan strategi yang dapat mempermudah pembelajaran menuntut guru
untuk lebih aktif dan kreatif dalam mencari bahan yang digunakan pada saat pembelajaran berlangsung. Salah satunya dengan penggunaan strategi 3M
meniru-mengolah-mengembangkan dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Penggunaan strategi ini akan mempermudah siswa dalam belajar menulis cerita
pendek. Strategi 3M meniru-mengolah-mengembangkan memiliki keunggulan lebih
cepat dipahami siswa. Hal tersebut dikarenakan strategi ini melalui proses yang
5
mudah dipraktikan oleh siswa. Tahapan strategi ini meliputi tahapan meniru ide dari cerita pendek yang sudah ada, lalu diolah dengan ide yang dimiliki siswa dan
dikembangkan sesuai kreativitas masing-masing. Jika guru tidak menggunakan strategi yang dapat mempermudah
pembelajaran, maka proses penerimaan informasi dari guru kepada siswa dapat terhambat. Hal ini membuat siswa cepat bosan dan sulit untuk memahami konsep
yang diberikan oleh guru. Kondisi demikian terjadi pada beberapa mata pelajaran khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia.
Materi Bahasa Indonesia di sekolah dasar bisa dikatakan masih ada yang abstrak, dalam artian guru kesulitan mencari media yang dapat digunakan dalam
proses pembelajaran tersebut. Oleh karena itu seorang guru harus kreatif agar dapat mengkonkretkan materi melalui media yang menyenangkan sehingga
mudah diterima siswa. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada guru Kelas
VI SD Negeri Karangjati diperoleh data wawancara mengenai pelajaran Bahasa Indonesia sebagai berikut:
Pertama, pelajaran Bahasa Indonesia itu membosankan. Siswa banyak yang mengeluh terkait banyaknya bacaan yang harus mereka baca pada mata
pelajaran ini. Selain itu siswa belum mengetahui pentingnya belajar Bahasa Indonesia. Pelajaran ini sulit dipahami siswa dikarenakan Bahasa Indonesia yang
masih bersifat abstrak, terutama dalam bacaan. Setiap siswa memiliki argumen berbeda dalam mengartikan makna bacaan dalam teks cerita.
6
Kedua, guru belum banyak mengetahui tentang strategi, yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi pada pelajaran Bahasa Indonesia. Teks
bacaan dalam buku pelajaran selalu digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran. Hal tersebut membuat variasi strategi pembelajaran Bahasa Indonesia
menjadi terbatas. Padahal, dalam pelajaran Bahasa Indonesia guru harus menggunakan strategi menarik agar materi yang dianggap sukar oleh siswa dapat
menjadi lebih mudah. Ketiga, siswa merasa kesulitan dalam pokok bahasan membuat cerita
pendek. Walaupun siswa dibebaskan dalam membuat cerita pendek, namun pelajaran menulis cerita pendek cukup membuat siswa kesulitan. Kesulitan
tersebut berasal dari mencari ide untuk membuat cerita pendek. Siswa juga merasakan kesulitan dalam membuat awalan dalam memulai sebuah cerita cerita
pendek. Peranan guru dalam pembelajaran dikelas cukup minim, dikarenakan banyak siswa yang cenderung pasif mengikuti pelajaran di kelas.
Keempat, keterampilan menulis cerita pendek siswa Kelas VI SD Negeri Karagjati masih rendah. Siswa masih mengalami kesulitan dalam pemilihan kata
dan belum ada keterkaitan antar paragraph pada cerita pendek yang dibuat siswa. Saat membuat cerita pendek siswa juga belum memperhatikan tanda baca. Waktu
yang diberikan oleh guru belum banyak dimanfaatkan dengan baik oleh siswa. Siswa yang sudah bosan lalu asyik dengan pekerjaan lain seperti menggambar dan
bercanda dengan temannya yang lain. Kelima, rendahnya minat membaca siswa. Untuk dapat memperbanyak
informasi atau bahan dalam menulis diperlukan usaha mencari referensi sebanyak-
7
banyaknya melalui kegiatan membaca. Namun dilapangan siswa Kelas VI SD Negeri Karangjati belum maksimal mamanfaatkan perpustakaan yang ada. Pada
jam istirahat siswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dan membeli jajanan di kantin sekolah. Padahal di perpustakaan sekolah terdapat
banyak buku yang menarik untuk dibaca referensi untuk membuat tulisan cerita pendek.
Keenam, guru masih sebagai pusat pembelajaran. Dalam hal ini siswa cenderung lebih pasif dan kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Penggunaan
media sebenarnya sangat penting agar siswa mampu lebih aktif dalam mengikuti pelajaran. Namun, guru belum menggunakan media dalam menjelaskan materi
pada pokok bahasan menulis cerita pendek. Sesuai dengan permasalahan pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok
pembahasan menulis cerita pendek di Kelas VI SD Negeri Karangjati, minimnya strategi dalam membelajarkan Bahasa Indonesia mengakibatkan hasil belajar
siswa rendah. Dari permasalahan tersebut peneliti merasa perlu melakukan penelitian tindak kelas untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis
cerita pendek melalui strategi 3M meniru-mengolah-mengembangkan.
B. Identifikasi Masalah