12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Keterampilan Menulis
1. Hakikat tentang Menulis
Menulis menurut Gie 2002:3 diistilahkan mengarang, yaitu segenap rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Dalam kehidupan modern ini jelas bahwa keterampilan menulis
sangat dibutuhkan. Menulis dipergunakan sesorang untuk mencatat atau merekam,
meyakinkan, melaporkan
atau memberitahukan,
dan
mempengaruhi orang lain.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Prof. M. Atar Semi 2007:14 yang menyatakan bahwa menulis atau mengarang merupakan suatu proses
kreatif menindahkan gagasan kedalam lambang lambang tulisan. Menulis memiliki tiga aspek utama. Pertama, adanya tujuan atau maksud tertentu
yang hendak dicapai. Kedua, adannya gagasan yang hendak dikomunikasikan. Ketiga, adanya sistem pemindahan gagasan, yaitu
berupa sistem bahasa.
Senada dengan pendapat tersebut Akhadiah dalam Andri Wicaksono 2014:11 menyatakan bahwa menulis dapat didefinisikan
sebagai 1 merupakan suatu bentuk komunikasi, 2 merupakan proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan
disampaikan, 3 merupakan bentuk komunikasi yang berbeda dengan
13
bercakap-cakap; dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan, 4 merupakan
suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat-alat penjelas serta ejaan dan tanda baca, 5 merupakan bentuk komunikasi untuk
menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi
oleh jarak, tempat dan waktu.
Pendapat tersebut menerangkan bahwa menulis merupakan suatu bentuk komunikasi pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan.
Selain itu menulis diartikan berbeda dengan percakapan karena menulis menggunakan pelengkap seperti alat penjelas serta ejaan dan tanda baca.
Menulis juga
merupakan bentuk
komunikasi yang
berusaha menyampaikan gagasan penulis kepada pembaca yang dibatasi oleh jarak,
tempat dan waktu.
Ngalim Purwanto dan Djeniah Alim 1997:58 di dalam bukunya menerangkan bahwa ada perbedaan mengarang dengan becakap-cakap.
Perbedaannya adalah bercakap-cakap melahirkan pikiran dan perasaan dengan cara yang teratur. Sedangkan mengarang adalah kegiatan
melahirkan pikiran dan perasaan dengan cara yang teratur dan diwujudkan
dengan bentuk bahasa tulis atau tulisan.
Tarigan 1983 dalam Haryadi dan Zamzani 1996:77 mengemukakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melambangkan
grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang
14
sehingga oranglain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut,
kalau mereka memahami bahasa dan lambang tersebut.
Sejalan dengan pendapat tersebut Sumarno 2009:5 juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis adalah kegiatan
meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti oranglain. Pengertian tersebut menunjukan bahwa gagasan diwujudkan ke
dalam simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengeri orang lain perlu dibuat dengan jelas dan dapat dimengerti oranglain agar informasi
yang ingin disampaikan dapat diterima dengan mudah.
Lado menerangkan bahwa
to write is not put down the graphic symbol that represent a language one understands, so that other can read
these graphic representation
yang dapat diartikan bahwa menulis menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahawa
yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol grafisnya. Andri
Wicaksono, 2014:11. Bryne 1979 mengemukakan bahwa mengarang pada hakikatnya
bukan sekedar menulis simbol-simbol grafis sehingga bentuk kata, dan kata-kata disusun menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang
adalah menuagkan buah pikiran kedalam bahasa tulis melalui kalimat- kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas sehingga buah
pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil
Haryadi dan Zamzani, 1996:77.
15
Sejalan dengan pengertian di atas, Andri Wicaksono 2014:12 menjelaskan bahwa menulis adalah kegiatan menuangkan gagasan, ide,
atau pendapat yang disampaikan kepada orang lain pembaca melalui media bahasa tulis untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh
penulis. Pada prinsipnya, fungsi utama tulisan adalah sebagai alat komunikasi secara tidak langsung atau tidak bertatap muka dengan orang
yang diajak berkomunikasi. Bagi seorang siswa kegiatan menulis mempunyai fungsi utama
sebagai sarana untuk berpikir dan belajar. Melalui tugas menulis yang diberikan, siswa telah belajar mengungkapkan ide dan mendemonstrasikan
bahwa mereka telah menguasai materi yang diberikan. Dalam hal ini menulis sesungguhnya adalah aktivitas yang mudah.
Berbeda dengan hal tersebut menulis dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis adalah kegiatan yang dilakukan
seseorang dalam menghasilkan sebuah tulisan. Dalam hal ini menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Heaton dalam St. Y.
Slamet, 2008:141
Caryn dalam bukunya yang berjudul “Daripada Bete, Nulis Aja
Yuk” mengemukakan bahwa dibandingkan dengan seni lain, menulis adalah kegiatan yang paling fleksibel. Tidak seperti tarian atau teater,
menulis tidak perlu pentas. Tidak seperti melukis, menulis tidak perlu cat, kuas, atau kanvas. Tidak seperti main piano, menulis tidak memerlukan
16
piano. Menulis dapat dilakukan dimana saja. Peralatan yang diperlukan
adalah pena, kertas, dan tentu saja imajinasi.
Widyamartaya dalam Andri Wicaksono 2014:10 menerangkan bahwa menulis dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan
seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud
pengarang. Menulis juga bisa diartikan sebagai usaha untuk berkomunikasi yang mempunyai aturan main serta kebiasaannya sendiri
Murahimin, 1994:13.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan yang produktif dalam menghasilkan tulisan.
Menulis dapat dilakukan dimana saja dan menjadi sebuah aktivitas yang mudah dan menyenangkan. Melalui kegiatan ini menulis dapat menjadi
sarana untuk menuangkan ide dan gagasan menjadi sebuah karya yang dapat dinikmati pembaca sebagai penerima informasi. Untuk itu dalam
kegiatan menulis seorang penulis harus memperhatikan tulisannya agar
mudah dipahami dan dimengerti pembaca. 2.
Tahapan Menulis
Aktivitas menulis mengikuti beberapa alur dan proses yang terdiri dari beberapa tahap. MCkay dalam Haryadi dan Zamzani 1996:78
mengemukakan tujujuh tahap, yaitu 1 pemilihan dan pembatasan masalah, 2 pengumpulan bahan, 3 penyusunan bahan, 4 pembuatan
17
kerangka karangan, 5 penulisan naskah awal, 6 revisi, dan 7
penulisan akhir.
Andri wicaksono 2014:14 menjelaskan langkah-langkah awal
dalam menghasilkan cerita pendek meliputi.
Langkah 1: Menetapkan Niat Segala sesuatu diawaki dengan niat. Apapun yang kita lakukan
harus dilandasi dengan niat dan motivasi. Ada tiga cara untuk dapat menjadi penulis, yaitu dengan menulis, menulis, dan menulis serta sebuah
keberanian, keingintahuan yang besar dan semangat mencoba sesuatu yang baru.
Dalam hal menulis cerita siswa perlu diberikan motivasi bahwa menulis merupakan hal yang menyenangkan, sehingga guru dapat
memberikan contoh atau teknik menulis yang menyenangkan dan bermakna agar siswa lebih tertarik dalam pelajaran. Motivasi yang dapat
dilakukan guru adalah dengan cara memberikan sumber bacaan yang menarik bagi siswa dan membiasakan siswa untuk selalu menuliskan
segala ide serta gagasan yang mereka miliki. Langkah 2: Beternak Ide
Terkadang ide yang tertulis dalam berbagai media penyimpanan yang kita miliki akan sangat berguna, meskipun hanya berupa satu kalimat
yang diperoleh dalam benak kita. Buku misalnya, dapat digunakan sebagai media untuk mengembangkan ide atau gagasan yang kita miliki.
18
Pengembangan ide tersebut dapat dilakukan melalui penggabungan dari beberapa ide atau gagasan menjadi sesuatu yang baru.
Ide dalam cerita ibarat rencana dalam menu. Para tokoh, peristiwa, percakapan dan unsur lainnya, seperti benang tenun yang berjalin satu
sama lain, sehingga tampak rapid an bagus hasil tenunannya Abdul Aziz Abdul Majid, 2002:17. Menyusun ide tersebut dapat dilakukan dengan
cara membuat kerangka karangan yang nantinya akan memudahkan siswa dalam menyusun cerita.
Sebuah dapat diperoleh dari pengalaman dan lingkungan sekitar siswa. Dalam hal ini siswa perlu untuk meurumuskan gagasan mereka
menjadi suatu kerangka karangan yang saling padu. Ide terse but perlu di sesuaikan dengan tema yang diberikan oleh guru. Selain itu dalam mencari
ide siswa diberikan kebebasan dalam mengemukakan gagasannya dan mencoba mengeluarkan kreativitasnya mengolah suatu tema.
Langkah 3: Menentukan Judul Dalam membuat tulisan diperlukan sebuah judul yang
eye-cathing,
intinya tonjolkan kelebihan dan tutupi kekurangan dalam tulisan. Ini merupakan hal yang wajar dalam membuat sebuah tulisan. Judul dibuat
sederhana, menarik dan mudah dimengerti oleh pembaca. Sehingga apa yang ada dalam judul dapat mewakili isi yang ada dalam tulisan tersebut.
Dalam membuat judul perlu ditekankan pada pemilihan judul yang menarik. Hal ini akan membuat pembaca tertarik melihat isi cerita yang
dibuat penulis. Judul yang sederhana dapat mudah dimengerti pembaca,
19
sehingga judul perlu dibuat dengan jelas dan sesederhana mungkin agar menarik dan mudah dipahami.
Langkah 4: Bermain Dialog dan Narasi Pelukisan kejadian atau tindakan dalam sebuah tulisan dapat
memperlancar sebuah tulisan untuk dipahami oleh pembaca. Dialog sangat diperlukan dan dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi. Adanya
kemudahan informasi yang dibuat penulis akan menambah kenyamanan dari pembaca dalam memahami isi tulisan.
Dialog dan narasi dapat membuat tulisan lebih hidup. Untuk itu siswa perlu membuat dialog yang sederhana. Dalam membuat dialog ini
tanda baca perlu diperhatikan selain itu sebuah tulisan bukan hanya narasi saja atau bahkan dialog saja. Perlu adanya kesesuaian antara dialog dan
narasi agar tulisan lebih hidup. Langkah 5: Menjadi Epigon
Dalam kepenulisan, orang yang meniru gaya tulisan seorang penulis lazim disebut epigon. Menulis awal merupakan kegiatan yang sulit
dilakukan, seperti layaknya seorang bayi meniru atau mengamati adalah hal yang sangat perlu. Para penulis besar menjadi terkenal karena mereka
mampu kreatif membebaskan diri dari dari meniru gaya penulis yang dikagumi.
Eni Setiati 2010:52-60 menjelaskan bahwa dalam penulisan non fiksi ada 5 tahapan yang perlu diketahui sebelum memulai menulis. Lima
tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
20
a.
Prewriting
pra-menulis
Prewriting
adalah proses berpikir untuk menentukan tujuan tulisan, menyesuaikan gaya bahasa dan bahasan dengan pembaca, serta
memilih topic. Penulis perlu menentukan tujuan sebelum memulai menulis. Tujuan tersebut berupa menyampaikan informasi, menghibur,
atau berupa ajakan. b.
Outlining
penulisan naskah awal Setelah topik telah ditentukan, langkah berikutnya adalah membaca
referensi dan membuat garis besar tulisan
outline
. Dalam hal ini perlu diperhatikan tentang penentuan pendahuluan, bahasan utama dan
pokok bahasan. c.
Writing
pembahasan isi naskah Pada tahap ini, penulis membuat draf kasar naskah. Penulis bebas
menuliskan apa saja yang ada di kepalanya, entah itu gagasan maupun ide kreatif yang dapat dijadikan sebagai bahan menulis. Pada tahap ini
dinamakan
free writing.
d.
Rewriting
Tahapan ini adalah tahap dimana penulis menuliskan kembali naskah kasar sesuai dengan garis besar tulisan, diawali dengan judul,
kemudian kalimat pembuka, kalimat pendukung dalam badan alinea, dan kalimat penutup. Pada tahapan ini penulis mencoba untuk
merangkai kata menjadi kalimat yang enak dibaca dan mudah dimengerti oleh pembaca.
21
e.
Editing
Tahapan ini adalah tahap akhir yang perlu dilakukan sebelum menyelesaikan tulisan. Penulis perlu membaca ulang setiap kata,
kalimat, tanda baca, dan ungkapan asing. Dalam menulis cerita, terutama para pemula biasanya mengalami
kesulitan dalam menuliskan ide atau gagasannya. Hal ini membuat penulis pemula merasa menulis itu sulit dan membosankan. Untuk dapat menulis
hingga mahir, siswa memerlukan bahan bacaan atau tokoh yang menginspirasi dalam menulis. Siswa dapat memilih cerita yang mereka
sukai kemudian menuliskan dengan bahasanya sendiri atau meniru gaya bahasa penulis yang sudah mahir.
B. Hakikat Cerita Pendek